Empat Langkah Cegah Seks Menyimpang, Peran Keluarga Menentukan
Fenomena LGBT merupakan salah satu bentuk penyimpangan seksual dan secara naluri telah keluar dari -orang yang mengalami fitrahnya sebagai manusia yang diciptakan Alah berpasang-pasangan (laki-laki dengan perempuan).
Meskipun latar belakang LGBT yang terjadi dalam diri seseorang berbeda-beda, namun secara teori orang-orang yang mengalami orientasi seksual dengan sesama jenis dibagi menjadi dua macam, yaitu ego-sistonik dan ego-distonik.
Ego-sistonik adalah orang-orang yang dia mengalami kecenderungan seksual sesama jenis kemudian merasa nyaman dengan keadaan tersebut, tidak ada konflik batin yang terjadi di dalam dirinya, dan menganggap bahwa apa yang terjadi adalah sebuah pemberian dari Tuhan.
Berbeda dengan ego-distonik yang justru mereka bingung dan mempertanyakan keadaan yang terjadi dalam dirinya. Mereka paham dan mengerti bahwa merea berbeda, menyukai sesama jenis, namun secara sadar mempertanyakan keadaan tersebut. Hal itu dijelaskan Ketua Departemen Dakwah PP Nasyiatul Aisyiyah, Elisa Kurnia pada acara Dialektika tvMU, dikutip Jumat 15 Oktober 2021.
“Jadi penting adanya peran dari psikolog, psikiater, konselor, guru, ustadz untuk memberikan pemahaman-pemahaman tadi, berawal dari Maqashid as-Syariah tadi, tahuidnya kita luruskan sehingga mereka memahami,” ungkapnya.
Untuk mencegah eksistensi ruang seksual sesama jenis semakin meluas, perlu adanya usaha bersama untuk mewujudkan Indonesia menjadi bangsa yang terhormat dan bermartabat.
Langkah Konkret Cegah Penyimpangan
Berangkat dari permasalahan tersebut, Elisa menjelaskan Langkah-langkah konkret sebagai bentuk pencegahan.
Pertama, menjadikan keluarga sebagai basis utama perlindungan dari LGBT. Perlunya mengikuti kelas-kelas pra-nikah sebagai bentuk Kesiapan dan kemampuan mengelola keluarga.
Kedua, memperhatikan pola asuh yang baik dalam keluarga. Memahami dan mengenali tahap-tahap dan perkembangan sesksual anak sebagai Langkah preventif.
Ketiga, mengenali kelompok rentan. Pentingnya mengenali kelompok rentan yang ada di masyarakat, seperti orang-orang yang sudah lama tidak bertemu dengan lawan jenis dan terutama orang-orang yang mengalami kecewa dalam hal yang bersifat hubungan.
Keempat, adalah dengan membangun masyarakat madani yang Tangguh kolaborasi.
Advertisement