Empat Kriteria Ideal Calon Ketum PBNU, Gus Nadir: Taat Kiai Sepuh
Prof Nadirsyah Hosen, intelektual Muslim di Australia, menyampaikan pandangannya soal kriteria bagi calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ia menyampaikan pesannya menjelang Muktamar ke-34 NU di Lampung, 23-25 Desember 2021.
Menurutnya, setidaknya ada empat kriteria ideal bagi calon ketua umum Nahdlatul Ulama dalam Muktamar NU mendatang.
Putra ulama legendaris Prof KH Ibrahim Hosen ini menjelaskan kriteria tersebut tertuang di dalam kata PBNU.
Pertama, Pandai membaca perubahan sosial. Menurut Gus Nadir saat ini landscape dakwah Islam juga sudah berbuah. Artinya pemimpin NU harus bisa menjawab dengan kebutuhan zaman yang sekarang sudah mulai digandrungi oleh generasi milenial.
Kedua, Bangkitkan kembali peradaban Islam. Gus Nadir mengatakan bahwa bola dunia dari lambang NU mencirikan sejak awal para pendiri NU tidak hanya menempatkan NU dalam kajian lokal saja, tetapi lebih dari itu, NU hadir untuk ruang yang lebih luas yaitu mencakup seluruh dunia.
"Akan tetapi peradaban Islam yang dibangun kembali oleh NU, itu bukan berarti menggusur peradaban barat sekarang. Bukan berarti menghancurkan peradaban yang ada, kemudian membangun kembali dari puing-puing kehancuran itu," ujar Gus Nadir.
Sebelumya, Gus Nadir mengungkapkan dalam acara Webinar Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Malang (UNISMA), Sabtu 16 Oktober 2021.
Peradaban Islam, lanjut Gus Nadir mengatakan, merangkul dan bekerjasama dengan peradaban lainya. Karena peradaban dunia yang sekarang sedang dihadapi merupakan asimilasi dan akumulasi dari berbagai peradaban pada masa lampau yang semuanya saling memiliki kontribusi.
"Dan kita tidak bisa mengklaim bahwa hanya kitalah satu-satunya yang berhak mewarisi dunia ini," tutur pria kelahiran 8 Desember 1973 tersebut.
Ketiga, Nurut apa kata masyayikh. Gus Nadir menganggap bahwa para masyayikh NU ketika memutuskan sesuatu bukan hanya dengan memahami teks dan konteks, akan tetapi juga dengan menggunakan pendekatan spiritual.
"Ini menjadi salah satu kekuatan NU dalam rangka membaca perubahan sosial, membangkitkan kembali peradaban Islam, serta berkontribusi terhadap peradaban dunia, kita mengikuti apa kata masyayikh," ucap dosen Monash Law School itu.
Keempat, Untuk Indonesia tercinta.
"Sehebat apapun program-program yang dicanangkan, semuanya harus diletakkan di dalam rumah kita bersama yaitu untuk Indonesia tercinta," tutur Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-Selandia Baru ini.