Empat Jenis Keimanan, Semakin Kuatkah di Bulan Ramadhan?
Ulama ahli teologi dari Mesir, Syekh Ibrahim Al-Bajuri, membagi jenis iman kedalam 4 hal. Berikut penjelasan Ust Ma'ruf Khozin, Ketua Aswaja NU Centre Jawa Timur.
Pertama iman yang terus bertambah dan tidak berkurang, yaitu iman para Nabi dan para kekasih pilihan Allah.
Kedua jenis iman yang terus berkurang dan tidak pernah bertambah, bahkan bisa sampai kering kehabisan iman. Jenis iman ini dimiliki oleh orang-orang yang gemar melakukan dosa besar tanpa taubat. Sebab bagi orang yang beriman -walaupun tinggal setetes- akan lebih memilih untuk tidak melanggar larangan Allah.
Ketiga, iman yang stabil, tidak bertambah dan tidak berkurang. Ini adalah jenis iman para malaikat. Artinya malaikat yang diperintah untuk melakukan sujud, mereka akan terus sujud, tidak bertambah misalnya ingin melakukan ibadah lain, mereka juga tidak kelelahan sehingga ingin pensiun dari tugasnya tadi.
Inilah yang dijelaskan dalam Al-Qur'an: "Malaikat tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan malaikat selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim: 6)
Keempat, jenis iman yang mengalami naik turun, bahasa pebisnis 'fluktuatif'. Yakni iman yang kadang menguat sehingga ingin banyak melakukan ibadah, tapi kadang imannya menurun sehingga berat dan terasa malas untuk ibadah. Jenis keimanan keempat ini dimiliki oleh kebanyakan Kaum Muslimin.
Momentum Lonjakan Iman
Ada momen tertentu bagi kaum Muslimin mengalami lonjakan kenaikan iman. Saat di Makkah dan Madinah misalnya, di sana nyaris tidak ada gangguan yang menghalangi ibadah. Setengah jam sebelum azan langkah mereka begitu ringan berbaris cepat menuju Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Pemandangan ini bertolak belakang 180° saat dia berada di rumahnya yang sama sekali tidak menghiraukan azan walaupun suara muazin begitu kencang memanggilnya.
Contoh lainnya adalah di bulan Ramadhan. Biasanya suka marah dan menuruti nafsu ternyata mampu ditahan selama berpuasa. Jarang kita melakukan salat sunah berpuluh-puluh rakaat kecuali di bulan Ramadhan ini. Pada 11 bulan lainnya kadang berat mengeluarkan isi kantong untuk dibagikan kepada fakir miskin, anehnya di bulan Ramadhan ini kita sukarela dan senang bisa mengeluarkan zakat fitrah, memberi takjil buka puasa, menyantuni anak yatim yang dibingkai dengan buka puasa bersama, melakukan sahur on the road dan sebagainya.
Oleh karena itu, di samping berkurangnya godaan melakukan dosa dan magnet untuk beribadah begitu kuat, maka Nabi Muhammad SAW menilai rugi jika sampai tidak mendapatkan ampunan di bulan Ramadhan ini: "Merugilah seseorang yang mendengar namaku tetapi ia tidak bersalawat kepadaku. Merugi pula seseorang yang berjumpa Ramadhan dan berakhir tanpa mendapat ampunan. Dan rugi pula bagi seseorang yang memiliki orang tua hingga berusia senja namun tidak mengantarnya masuk ke surga -karena tidak mau berbakti-" (HR Tirmidzi dan Hakim dari Abu Hurairah)
Sepertiga pertama dari bulan Ramadhan telah terlewati. Namun keutamaan Ramadhan tidak berada di awal, justru di akhir.
Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan kemampuan untuk terus ibadah hingga akhir bulan Ramadhan. Amin
Demikian pesan Ramadhan bersama KH. Ma’ruf Khozin. Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur.
Advertisement