Empat Hikmah, Tafsir Al-Quran Surat Al-Ma’un yang Jarang Diungkap
Di antara surat-surat dalam Al-Quran, ada yang menjadi perhatian khusus bagi tokoh umat Islam di Indonesia. Surat Al-Ma’un mengajarkan tentang relasi iman dan amal.
Kaum Muslimin yang tidak peduli terhadap kelompok dhuafa dan marginal, dianggap sebagai orang-orang yang mendustakan agama.
Surat Al-Ma’un sedikitnya memuat empat pelajaran hikmah, jika disesuaikan dengan poin pertama dan kedua Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yang berbunyi,
“Hidup manusia harus berdasar tauhid, bertuhan, beribadah serta tunduk dan taat kepada Allah SWT”, dan “Hidup manusia itu bermasyarakat.”
1.Ukhuwah atau Persaudaraan
Hikmah pertama adalah nilai ukhuwah atau persaudaraan.
Menyampaikan kepedulian terhadap kaum marginal dalam bentuk apapun apakah itu berupa sedekah, pendidikan, atau advokasi selaras dengan hadis Nabi Muhammad Saw yang berbunyi, “tahaddu, tahabbu”, yakni pemberian itu akan menimbulkan rasa cinta.
“Orang yang sering memberi akan meningkatkan rasa ukhuwahnya di antara sesama. Nah itulah yang diajarkan di dalam esensi Al-Ma’un, yaitu ukhuwah Islamiyah".
2.Nilai Pembebasan
Hikmah kedua dari Surat Al-Ma’un adalah nilai pembebasan (liberasi) terhadap keadaan yang membelenggu orang miskin, orang yang lemah (dhuafa), atau orang yang terlemahkan (mustadh’afin) baik karena keadaan atau karena sistem.
“Karena pada hakikatnya orang-orang bodoh dan miskin itu terbelenggu pada keadaan, tergantung dengan orang lain. Karena itu Kiai Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah mengajak kita membebaskan mereka agar keluar dari ketergantungan dengan kebodohannya dan ketergantungan dengan kemiskinannya,” jelas Wakil Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) PP Muhammadiyah, Faiz Rafdhi, dalam pengajian di Tvmu.
3.Nilai Persamaan atau Egalitarianisme
Hikmah yang berikutnya atau hikmah ketiga adalah nilai musawah atau persamaan (egalitarianisme).
“Dengan mengangkat mereka dari keterpurukan maka ada kesamaan derajat dan status sosial bahwa mereka adalah makhluk yang sama dengan kita. Sama-sama manusia. Memanusiakan manusia. Memanusiakan mereka pada hakikatnya adalah memanusiakan kita juga,” ungkapnya.
4.Nilai al-‘adl atau Keadilan
Sedangkan hikmah keempat adalah nilai al-‘adl atau keadilan. Faiz lalu menyitir ungkapan Buya Syafii Ma’arif yang mengatakan bahwa sila kelima Pancasila seperti anak yatim piatu karena keadilan sejatinya jarang dijangkau oleh kelompok dhuafa dan marginal.
“Kalau kita mengangkat orang-orang dhuafa-mustadh’afin hakikatnya kita berlaku adil pada mereka karena hakikatnya mereka ini adalah orang-orang yang terzalimi, tertindas, apakah karena keadaannya, budayanya, lingkungannya atau bahkan oleh sistem,” tutur Faiz.