Empat Hal Penting Teologi Al-Maun, Gerakan Pelayanan Muhammadiyah
Eksistensi Persyarikata Muhammadiyah di tengah masyarakat, diakui kehadirannya. Memberikan pelayalan secara langsung kepada umat, dalam berbagai bidang, yakni pendidikan dan pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit yang bertebaran di sejumlah daerah di Indonesia.
Rumah sakit Muhammadiyah memiliki etos Al Maun yang telah menjadi pondasi bahkan ciri khas gerakan kesehatan dan pelayanan sosial. Bahkan, Al-Maun telah menjadi branding tersendiri bagi amal usaha kesehatan Muhammadiyah.
Etos tersebut, bagi Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir, tercerminkan dalam PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) sehingga siapa saja yang sengsara itu harus ditolong oleh Muhammadiyah tanpa diskriminasi.
“Nilai al-Maun itu bagi kita juga merupakan rekonstruksi atau semacam lompatan atau kritik keras terhadap pemahaman orang Islam yang saat itu hanya menghafal dan menghafal dan saat itu Al-Quran hanya menjadi bacaan, tetapi Kiai Dahlan justru memproyeksikan Al-Maun menjadi gerakan yang menjadikan produk dakwah,” terang Haedar saat memberikan Pidato Kunci dalam Silaturahmi Nasional Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU), dikutip Jumat 12 Agustus 2022.
Empat Hal Penting Citra Al-Maun
Pertama, semangat Al Maun ini menurutnya menjadi nilai welas asih. Di mana teologi welas asih menurut dr Sutomo mengandung ideologi, pemikiran dan teologi welas asih yang berbeda dari dari paham darwiniyah (Di mana orang harus bersaing dimana yang menang yang menguasai).
Al Maun, menurut dr Sutomo membongkar dan mendobrak pandangan itu dengan wujud orang kaya harus mencintai dan membantu orang miskin juga lainnya. Welas asih itu, kata Haedar, diterjemahkan dalam kehidupan karena memiliki makna yang dalam, mencintai orang sedemikian rupa melebihi segalanya dan caranya pun lembut, baik, sederhana, dan bila ini dipraktikkan di RSMA praktek welas asih itu dahsyat baik di Pimpinan, dokter, tenaga kesehatan dan lainnya sehingga welas asih itu akan menampilkan gesture yang lebih dari senyum.
Kedua, Al Maun itu orientasinya pro-dhuafa.
Ketiga, inklusif tanpa diskriminasi.
“Kita ingin dengan PKO ini bisa menghasilkan layanan sosial kesehatan bagi semua tanpa membedakan agamanya,” tegas Haedar.
Keempat, berorientasi pada kemajuan. Hadirnya teologi Al Maun ini melahirkan rumah sakit, rumah miskin, rumah yatim. “Kiai dahlan tanpa belajar manajemen bisa menerjemahkan nilai abstrak menjadi institusi. Itu kehebatan Muhammadiyah dan Kiai Dahlan,” ungkapnya.
Tetapi yang tidak boleh disalah pahami, menurut Haedar, adalah adanya Al Maun ini jangan dipahami bahwa kemudian Muhammadiyah anti orang kaya, anti orang agniya, atau berlebih justru dengan adanya mereka kita rangkul untuk membantu kaum dhuafa. Maka kita harus menghargai dan mengajak mereka untuk bergerak bersama.
Advertisement