Empat Hal Penting soal Bermegah-megahan, Tafsir Surat At-Takatsur
Surah At Takasur adalah urutan surah yang ke 102 dalam kitab Al-Quran. Surah At-Takatsur ini terdiri dari 8 ayat dan termasuk Juz ke 30 atau Juz Amma serta tergolong dalam Surah Makkiyah yang turun di Kota Makkah.
Artinya:
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu
sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yaqin,
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS At-Takatsur: 1-8)
Berikut penjelasan Prof Dr H Sofyan Sauri, MPd, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia.
Asbabun Nuzul
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al Munir disebutkan bahwa Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Buraidah. Dia mengatakan, “Ayat ini turun berkenaan dengan dua kabilah dari kalangan kaum Anshar. Yakni Bani Haritsah dan Bani Harits. Mereka saling berbangga dan memperbanyak harta.
Satu kabilah mengatakan, “Adakah di antara kalian orang seperti fulan bin fulan bin fulan?” Kabilah yang satu lagi melakukan hal yang serupa. Mereka saling berbangga dengan menyebut orang-orang yang masih hidup.
Kemudian mereka berkata, “Mari ikutlah kami ke kuburan.” Lantas salah satu dari dua kabilah itu mengatakan, “Adakah di antara kalian orang seperti fulan bin fulan bin fulan?” Mereka berkata saling menunjuk-nunjuk kuburan tersebut. Lalu Allah menurunkan Surat At-Takatsur (Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur).
Interpretasi Para Mufasir
Dalam kitab At-Tafsîrul Munîr li Ma’âlimit Tanzîl ayat pertama dengan makna: “Yakni, bersaing untuk saling mengalahkan dengan prestasi (manaqib). Artinya banyaknya harta, banyaknya pengikut atau followers telah menyibukkan kalian dan menyombongkan semua itu dari merencanakan dan bersiap-siap sebelum terjadi hal yang sangat mengerikan pada hari Kiamat.”
Dalam Khawatir Qur’aniyah ditegaskan bahwa surah At-Takatsur ini memberikan ancaman kepada setiap orang yang hanya hidup untuk kelezatan dan kesenangan fisik semata. Oleh karena itu jangan menjadi seperti mereka.
Ibnu Taimiyah pernah ditanya mengenai ‘ainul yakin dan ‘ilmu yakin, menurutnya ‘ilmu yakin adalah sesuatu yang diketahui dengan mendengar, kabar berita, pengqiyasan (permisalan) dan berpikir tanpa melihat secara langsung. Sedangkan ‘ainul yakin adalah menyaksikan langsung dengan penglihatan. Ada juga haqqul yakin, yaitu dengan merasakan secara langsung.
Isi Kandungan Ayat Disarikan dari Berbagai Tafsir
Pertama, surah At-Takatsur memberikan ancaman kepada setiap orang yang hanya hidup untuk kelezatan dan kesenangan duniawi semata. Kedua, orang yang senantiasa berlomba-lomba dalam kesenangan duniawi, ia bisa terlalaikan dari ibadah dan baru tersadar ketika kematian telah tiba.
Ketiga, pada hari kiamat nanti, orang-orang yang berlomba-lomba dalam kesenangan duniawi akan mengetahui akibatnya. Keempat, orang yang terlalaikan dari akhirat karena bermegahan di dunia, kelak akan menyaksikan neraka secara langsung karena menjadi penghuninya. Kelima, setiap yang kita nikmati merupakan nikmat dari Allah yang kelak akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban.
Hikmah Surat At-Takatsur
Dalam Tafsir Al-Lubab jilid 4 disebutkan sejumlah hikmah dari surat At-Takatsur. Pertama, hal duniawi membuat manusia lengah hingga datang kematiannya. Kedua, peringatan Allah SWT atas persaingan bermegah-megah di dunia tidak akan membawa kepuasan, yang ada hanya tekanan.
Ketiga, mereka yang terlena akan keduniaan, kelak di akhirat akan menyesal. Keempat, semua kenikmatan yang diberi oleh Allah akan diadili.
Sementara itu dalam Tafsir al-Misbah, paling sedikit ada tiga ayat yang menggambarkan faktor-faktor yang bisa melengahkan manusia. Pertama, angan-angan kosong. Allah SWT berfirman:
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْاَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).” (QS Al-Hijr: 3)
Kedua, perkataan dusta. Allah berfirman:
وَالْخَامِسَةُ اَنَّ لَعْنَتَ اللّٰهِ عَلَيْهِ اِنْ كَانَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ
”Dan (sumpah) yang kelima bahwa laknat Allah akan menimpanya, jika dia termasuk orang yang berdusta.” (QS An-Nur: 7)
Ketiga, harta benda dan anak yang dimiliki. Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
”Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS Al-Munafiqun: 9)
Empat Hal Penting, Nilai-nilai Pedagogis
Surat At-Takatsur: 1-8 di atas mengandung sejumlah nilai pendidikan (pedagogis). Di antaranya, pertama, mendidik kita menjadi pribadi yang bersyukur atas limpahan nikmat dari-Nya dan menjauhi sifat bermegah-megahan yang melalaikan kehidupan akhirat.
Kedua, mendidik kita menjadi pribadi yang taat dan menjauhi sifat pamer, sombong serta berfoya-foya yang dapat melalaikan kita dari mengingat Allah.
Ketiga, mengajarkan kepedulian sosial dan menumbuhkan akhlak terpuji dengan membantu orang yang membutuhkan dan kelaparan dari harta yang kita miliki.
Keempat, mendidik kita menjadi pribadi yang senantiasa bermuhasabah karena apa yang kita miliki itu milik Allah dan akan diadili. (sumber: gontornews.com)
Demikian semoga bermanfaat.