Empat Hal Penting Rukyatul Hilal, Ada Sejak Menag Wahid Hasyim
Diadakan rukyatul hilal, ternyata mempunyai sejarah panjang di Indonesia. Proses melihat bulan langsung untuk menentukan awal Ramadhan, ternyata telah diadakan pada tahun 1950, ketika Menteri Agama KH Abdul Wahid Hasyim.
Sidang isbat dihadiri oleh para ahli, ulama dan ormas-ormas Islam yang ada di Indonesia. Di antara ormas yang paling ketat berpendapat perlunya rukyatul hilal adalah Nahdlatul Ulama (NU), dan didukung sejumlah ormas Islam lain. Sementara Muhammadiyah berpendapat cukup melalui hisab atau perhitungan.
Pemerintah Indonesia melakukan sidang Isbat ini untuk penetapan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha sejak tahun 1950.
Dari sidang isbat lahirlah keputusan pemerintah mengenai penetapan awal bulan tersebut. Namun demikian, keputusan tidak mengikat sehingga tetap memberikan toleransi kepada kelompok umat yang berbeda pendapat.
Sebetulnya mekanisme penetapan awal bulan hijriah atau bulan Islam oleh pemerintah sudah melalui proses yang panjang.
Dalam Almanak Kementerian Agama disebutkan, Tim Hisab Rukyat yang dulunya bernama Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama membahas mengenai penetapan tersebut setidaknya selama empat tahap.
Tahap pertama, ketika masih ada tenggang waktu sepuluh tahun sebelumnya. Tahap kedua, dalam tenggang waktu 2 tahun sebelumnya.
"Ketiga, ketika masih ada tenggang waktu satu tahun sebelumnya. Dan keempat, pada tahun yang sama sebelum bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha tiba," demikian seperti dilansir situs resmi para ahli tarekat, jatman.or.id
Dasar Hadits
“Berpuasalah bila kalian telah melihat hilal dan berlebaranlah ketika kalian telah melihat hilal,” demikian bunyi hadits Nabi Saw terkait penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan.
Melihat hilal atau dalam istilah arabnya rukyatul hilal menjadi tradisi umat muslim di sejumlah negara di dunia untuk menyambut hari pertama dan mengakhiri bulan Ramadhan.
Metode rukyatul hilal atau melihat hilal dengan mata telanjang digunakan untuk penentuan tanggal 1 bulan Ramadhan atau penentuan awal bulan hijriah lainnya. Jika hilal tidak terlihat, maka jumlah hari dalam bulan tersebut harus digenapkan.
Meski begitu ada metode lain yang digunakan oleh sebagian umat muslim, yaitu metode hisab. Keduanya merupakan metode yang sah.
Berikut ini hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang rukyatul hilal:
1. Tidak Hanya untuk Bulan Ramadhan
Rukyatul hilal, selain dilakukan untuk penentuan awal Ramadhan juga dilakukan untuk penentuan bulan Islam yang lain seperti Syawal untuk menetapkan pelaksanakan Idul Fitri dan Dzulhijjah untuk menetapkan Idul Adha.
2. Melibatkan Metode Hisab
Meskipun Rukyatul Hilal dan Hisab merupakan dua metode terpisah, tapi hisab yang artinya perhitungan menjadi alat bantu bagi proses rukyatul hilal. Karena hisab akan menghitung untuk menentukan di mana posisi hilal.
Ilmu astronomi atau ilmu falak berkembang begitu pesat. Sehingga bisa menyediakan data tentang matahari dan bulan selama setahun. Baik mengenai ketinggiannya, posisinya, warnanya, lamanya di atas ufuk dan lain sebagainya.
Data-data inilah yang kemudian digunakan untuk menghitung kapan hilal tanggal 1 bisa terlihat. Jadi, dapat dikatakan rukyat tanpa hisab akan sulit dilakukan.
Sebab seorang perukyat akan diarahkan pandangannya ke posisi hilal dengan perhitungan-perhitungan hisab. Dengan hisab, lamanya hilal di atas langit bisa diketahui dalam hitungan menit hingga detiknya.
3. Kriteria Rukyatul Hilal
Rukyatul hilal bisa menjadi penentu awal bulan Islam ketika telah memenuhi kriteria sebagai awal bulan, yakni ketinggian 2 derajat, jarak sudut matahari ke bulan 3 derajat atau umur bulan 8 jam setelah ijtimak.
Ini merujuk pada keputusan Imkanur Rukyat MABIMS (Menteri Agama Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura).
4. Isbat
Di Indonesia, penetapan awal Ramadhan dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini kementerian agama, melalui sidang Isbat. Jadi, penetapan dikembalikan kepada pemerintah. Tidak dilakukan sendiri-sendiri apalagi perorangan.
Advertisement