Empat Hal Penting Pembentuk Jiwa Kepemimpinan dalam Keluarga
Tak bisa dipungkiri, keluarga adalah tempat untuk menentukan dan menyelamatkan kehidupan ini. Keluarga sebagai tempat menentukan dan menyelamatkan kehidupan amat terasa peran tersebut lebih-lebih di masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini.
"Keluarga sebagai faktor terpenting dalam kehidupan, menurutnya keluarga sebagai tempat bersemayam cinta dan kasih sayang, juga sebagai kawah candradimuka," tutur Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Arif Jamali Muis.
“Akan minimnya kepemimpinan, keluargalah yang menjadi kawah candradimuka nya, bukan di tempat yang lain, yang lain saya kira hanya tinggal moles. Maka kalau di Muhammadiyah itu salah satu perkaderan melalui keluarga,” tutur Arif Jumali, pada Kajian yang diadakan Estiga dan SK 1912 Keluarga Muhammadiyah Yogyakarta.
Perhatikan Empat Hal Penting
Menurut Arif, setidaknya terdapat empat hal untuk membentuk jiwa kepemimpinan dalam keluarga.
1.Dialog dalam Keluarga
Pertama, budaya dialog dan keterbukaan dalam keluarga. Dialog untuk memutuskan sesuatu dalam keluarga bukan saja dilakukan oleh orang tua, melainkan juga anak-anak harus dilibatkan secara aktif.
“Ketika kita mengambil keputusan dalam keluarga, meskipun kita punya prinsip, kita punya keputusan tersendiri tapi jangan keputusan itu disampaikan di keluarga kemudian semua orang harus mengikuti. Tapi ajak dialog semua anggota keluarga,” tuturnya.
2.Hidupkan Budaya Baca
Kedua, dalam keluarga harus dihidupkan budaya baca. Budaya kedua ini dimaksudkan untuk menunjang dan memaksimalkan budaya pertama. Sebab, kata Arif, agar dialog itu bermakna maka di rumah itu harus ada budaya baca dan literasi, karena tidak mungkin dialog itu akan bermakna tanpa ada budaya membaca di rumah.
Dalam keluarga, terlebih keluarga Muhammadiyah harus memiliki budaya ini dan selalu menyediakan uang dan ruang dalam keluarga untuk berbelanja buku. Karena budaya baca ini akan memberi dampak positif dalam jangka panjang pada kehidupan anak. Budaya membaca ini menjadi bekal argumentative bagi anak dalam menentukan pilihan hidup.
3.Berani Ambil Keputusan
Ketiga, ajari anak untuk berani mengambil atau menentukan keputusan serta konsekuensinya. Akan tetapi jika keputusan yang diambil salah tidak lantas dihujat, melainkan diarahkan. Menurutnya, budaya sekolah di Indonesia minim sekali mengajarkan anak dalam menyampaikan pemikirannya dan mengambil keputusan.
4.Belajar Berorganisasi
Keempat, ajari keluarga dan anak dalam bermasyarakat dan berorganisasi, atau dalam pengertian keluarga atau anak menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat di masyarakat. Arif menegaskan, anak menjadi apapun itu boleh asal memberi manfaat positif bagi lingkungan dan masyarakat luas.
Advertisement