Empat Hal Penting Mengenang Kembali Kiai Maimoen Zuber Meneduhkan
Kiai Haji Maimun Zubair, kadang ditulis menggunakan ejaan lama Maimoen Zoebair, atau akrab dipanggil Mbah Moen, adalah seorang ulama dan politikus Indonesia. Ia Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang, wafat 6 Agustus 2019, atau saat hendak menunaikan ibadah haji di Makkah Arab Saudi.
Tokoh NU kelahiran tanggal 28 Oktober 1928, Karangmangu, dimakamkan di Tanah Suci dan diantarkan jutaan umat Islam pada bulan Dzulhijjah ketika itu.
Haul ke-3 Syaikhina Maimoen
"Sifat-sifat Beliau yang insyaalllah bisa kita teladani," tutur Ismael Amin Kholil, dzurriyah Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif al-Bankalany. Berikut penuturan lengkapnya.
Sudah 3 tahun Syaikhina Maimoen Zubair wafat. Namun nama beliau masih harum dan dikenang sampai saat ini, makam beliau di Pemakaman Ma’la Makkah masih ramai diziarahi, putra-putra bahkan cucu-cucu beliau sukses menjadi para ahlul ilmi yang menyambung dakwah dan perjuangan beliau sampai detik ini.
Berbicara tentang Mbah Moen, tentunya kita akan berbicara tentang lautan ilmu, kebaikan dan keteladanan yang tak ada batasnya. Namun dalam haul beliau ke-3 ini, saya berusaha merangkum sifat-sifat dan budi pekerti mulia beliau (baik yang saya ketahui sendiri atau yang saya dengar dari para santri beliau lainnya) agar bisa kita teladani dan kita terapkan dalam kehidupan kita. berikut setetes dari lautan sifat mulia Syaikhina Maimoen yang bisa saya tuliskan :
1. Sosok pemersatu umat.
Pada zaman sekarang ini jarang sekali ada sosok yang bisa dicintai umat Islam dari berbagai lapisan dan kalangan. Salah satunya adalah Mbah Moen. Beliau adalah sosok pemersatu yang dicintai dan diterima oleh berbagai golongan, tak peduli apapun organisasinya. Semua respek dan menaruh hormat kepada beliau. Bahkan ketika beliau wafat, di antara karangan-karangan bunga -- yang dijejerkan hingga mencapai 1km lebih -- ada karangan bunga kiriman para tokoh dari agama lain.
2. Memasyarakatkan ngaji kitab dan ilmu agama.
Yang sering beliau pesankan kepada para santrinya adalah ngaji, ngaji dan ngaji. Dan itu yang beliau contohkan kepada para santrinya semasa hidupnya. Datang dari perjalanan jauh sekalipun beliau tetap tidak meninggalkan mengaji bersama para santrinya. Padahal usia beliau sudah lebih dari 80 tahun. Beliau pernah berpesan:
“Senajan sitik jama’ahe, sing penting istiqomah. Kudu tetep ono ngaji senajan sedekok “ (Meskipun sedikit jemaahnya, yang penting istikamah. Harus tetap ada yang belajar mengaji meskipun sedikit [pesertanya]).
"Ngaji iku thoriqoh sing cetho agawe gampange melebu suwargo". (Mengaji itu tarekat yang jelas menjadikan mudah memasuki Surga).
Kanjeng Nabi Muhammad SAW dawuh:
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة
"Ora ana syarat kudu paham. Cukup kapan jangkah metu omah niate kerana ngaji, dijamin gampange suwarga deneng pengeran". (Tidak ada syarat harus paham. Cukup tahu saat berjalan keluar dari rumah dengan niat untuk mengaji (mencari ilmu), dijamin dimudahkan menuju Surga Sang Pencipta).
Ngaji adalah jalan yang jelas untuk menuju surga. Seperti sabda Rasulullah SAW, yang artinya barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Dalam hadits itu tidak ada syarat harus paham. Cukup dengan keluar dari kediaman dengan niat menuntut ilmu, maka dia mendapatkan jaminan dari Allah berupa dimudahkan baginya jalan menuju surga.
3. Mencintai para Habaib.
Untuk sifat beliau yang satu ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Termasuk kebiasaan beliau, siapa pun Habaib yang beliau temui pasti beliau beri uang. Meskipun itu adalah santri beliau sendiri. Habib Sholeh Alattas bercerita pernah mendapat uang “segenggam” dari Mbah Moen. Habib Sholeh yang pernah mondok lama di Al-Anwar Sarang menolak. Beliau berkata :
“Jangan Yai.. ini terlalu banyak“.
Tapi Mbah Moen justru bertanya: “Habib mau buat saya senang nggak?"
Akhirnya Habib Sholeh tidak bisa menolak dan berkata apa-apa lagi.
4. Selalu menebar manfaat dan kebaikan kepada siapa pun.
Mas Abdul Adhim bercerita: "Dulu setiap ada santri pamit pulang ke Mbah Moen untuk mengambil uang kiriman, pasti beliau tanya berapa kirimannya dalam sebulan?" Langsung beliau cukupi agar santri itu fokus ngaji dan tidak pulang. Juga banyak tempat-tempat umum yang beliau bangun, termasuk membangun bendungan di daerah sekitar selatan Sarang untuk mengairi sawah masyarakat.
Dan masih banyak akhlak dan budi pekerti beliau lainnya.
Selain itu, Mbah Moen juga terkenal sebagai sosok wali yang kasyaf ( bisa membaca isi hati orang ). Saya punya beberapa pengalaman terkait keistimewaan beliau ini. Dulu sebelum berangkat ke mondok ke Tarim, belum saya utarakan niat di balik sowan saya, Mbah Yai sudah bertanya:
“ Ismael mau kemana?“
“Mau ke Yaman Yai“.
“Alllah Yubarik Fil Yaman, Al-Ilmu Yamani wal hikmatu Yamaniah," beliau menimpali.
Ketika pertama kali sowan setelah pulang dari Tarim, beliau tiba-tiba berpesan:
“Pondok iku salaf utowo umum, iku endi sing digampangno gusti Allah“ (Pondok pesantren salaf atau umum, di mana saja dimudahkan Allah Ta'ala).
التيسير علامة الرضا
“Perkara yang digampangkan jalannya oleh Allah, itu alamat bahwa Allah ridha“.
"Sebelum bulan puasa kemarin, saya sudah membuat rencana untuk membuka pondok pesantren putri formal. Namun pendaftar hanya 2 orang saja. Sekarang setelah saya ubah menjadi pondok salaf dan tahfidz, dengan menggabungkan metode Pesantren Nusantara-Tarim Hadhramaut, Alhamdulillah pondok putri di rumah sudah memiliki 50 + santriwati dari berbagai penjuru Indonesia". Setelah sekian lama akhirnya saya baru paham maksud dari dawuh Mbah Moen itu.
Salah satu santri beliau, Habib Mikail Hud dari Malang pernah bercerita:
“Dulu waktu pertama kali ana mondok di Sarang, waktu itu Mbah Moen sakit. Akhirnya terbesit dalam hati ketika duduk bersama beliau: “ Ya Allah, saya baru mondok masak Mbah Moen sudah mau wafat.“
Tiba-tiba beliau tertawa dan menepuk pundak ana. Lalu berkata: “Bib...,saya masih lama sama antum“.
Setahun sebelum beliau wafat, Mbah Moen sering berkata kepada Habib Mikail: “Bib.., Sudah mentok wis Bib.. Umur saya sudah mentok, sudah ada di atas kepala.“
Untuk mengenang beliau pada haul ke-3 ini,
Allahummaghfir lahu war khamhu wa 'afihi wa'fu 'anhu untuk Syaikhina Maimoen.
Ismael Amin Kholil, Makkah, 30 Juni, 2022.
*) Dikutip dari WA Grup Ngaji Kebangsaan 'Ala NU.