Empat Hal Penting, Menegakkan Shalat Mengandung Nilai Pendidikan
Shalat merupakan tiang agama. Barang siapa mengerjakan shalat berarti menegakkan agama, dan barang siapa meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama. Begitulah pesan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW).
Selanjutnya, mari kita perhatikan pesan-pesan dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman:
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِۗ اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذَّاكِرِيْنَ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” (QS Hud: 114)
Berikut uraian Prof Dr Sofyan Sauri, MPd, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia. Semoga bermanfaat.
Ayat ini mengandung perintah dan peringatan kepada manusia untuk mendirikan shalat, karena shalat termasuk amal dan perbuatan baik. Sehingga dosa-dosa manusia dapat dihapus dengan cara melakukan perbuatan baik tersebut. Pada dasarnya, semua itu nasihat agar manusia selalu tetap dalam kondisi ingat kepada Allah SWT dalam segala situasi dan kondisi.
Empat Hal Penting
Ayat 114 surat Hud tersebut di atas mengandung nilai-nilai pendidikan. Di antaranya:
Pertama, mendidik kita menjadi seorang insan yang menjaga shalat.
Kedua, mendidik kita agar senantiasa menyadari setiap dosa dan kekhilafan yang kita lakukan lalu bersegera bertobat.
Ketiga, mendidik kita menjadi hamba yang senantiasa mengingat Allah di waktu lapang dan sempit.
Keempat, mendidik kita menjadi hamba yang beriman dan bertakwa.
Ibnu Arabi dalam Faidlul Qadir mengatakan kebaikan akan menghapus keburukan, baik sebelumnya atau setelahnya karena pelaksanaan kebaikan setelah keburukan itu lebih baik, perbuatan itu lahir dari hati, dan berpengaruh dengannya. Maka jika ia melakukan kebaikan, itu menunjukkan hatinya yang baik. Dan jika ia melakukan perbuatan yang baik, itu timbul dari pilihan hati, sehingga menghapus keburukan yang dilakukan sebelumnya.
Sahabat Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata, “Andaikan tidak ada lima keburukan di dunia ini, tentunya manusia menjadi orang shalih semua. Kelima keburukan itu yaitu:
Pertama, merasa senang dengan kebodohan.
Kedua, tamak dengan dunia.
Ketiga, bakhil dengan kelebihan harta.
Keempat, beramal disertai ria.
Kelima, selalu merasa bangga diri di atas yang lainnya.
Imam al-Ghazali di dalam kitab Minhajul ‘Abidin menuturkan bahwa secara garis besar ada tiga macam kategori dosa dan cara meleburnya.
Pertama, meninggalkan kewajiban-kewajiban yang ditetapkan oleh Allah kepadamu seperti shalat, puasa, zakat, kafarat, dan lainnya.
Maka (untuk meleburnya) engkau mengqadha kewajiban-kewajiban tersebut selagi memungkinkan.
Kedua, dosa-dosa di antaramu dan Allah seperti meminum minuman khamr, memakan riba, dan sebagainya.
(Untuk meleburnya) maka engkau menyesali perbuatan-perbuatan tersebut dan menetapkan hatimu untuk tidak akan mengulanginya lagi selamanya
Dosa mendengarkan ucapan-ucapan yang tak baik dapat lebur dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Dosa memakan harta riba dapat dilebur dengan bersedekah makanan yang halal dan baik. Dosa berdiam diri di masjid dalam keadaan junub dapat dihapus dengan beriktikaf di masjid.
Ketiga, dosa-dosa di antara kamu dan para hamba.
Dosa macam ini lebih rumit dan lebih berat. Hal ini dikarenakan dosa antarsesama manusia lebih banyak menuntut tindakan-tindakan tertentu untuk bisa meleburnya.
Dosa antarsesama umat manusia ini bisa jadi menyangkut harta benda, jiwa, kehormatan, kesucian, ataupun agama. Masing-masing memiliki cara tersendiri bila seorang yang menyalahinya ingin melebur dosa tersebut seperti mengembalikan hartanya, meminta maaf, menolongnya dalam kesulitan, dan lain-lain.
Dosa pun Terampuni
Sementara itu Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir menjelaskan bahwa sebanyak apa pun dosa yang dilakukan seseorang selagi ia melakukan shalat niscaya dosanya akan terampuni. Hal ini diumpamakan seperti orang yang mandi lima kali maka kotoran dalam tubuhnya akan hilang.
Kriteria dosa yang diampuni di sini yaitu dosa-dosa kecil, bukan termasuk dosa yang besar seperti menyekutukan Allah atau membunuh seorang Muslim secara zalim.
Shalat sangat penting terutama agar dosa manusia terampuni sehingga menjadi hamba yang dicintai oleh Allah. Maka dari itu seorang Muslim harus menjaga shalatnya dengan menyempurnakan wudhu, syarat, dan rukun shalat.
Dari Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ
Artinya: “Keluarga, harta, dan anak dapat menjerumuskan seseorang dalam maksiat (fitnah). Namun fitnah itu akan terhapus dengan shalat, saum, sedekah, amar makruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran).” (HR Bukhari No. 525 dan Muslim No. 144).
Advertisement