Empat Hal Penting, Kitab Terakhir Imam Asy'ari
Beberapa sumber klasik menyatakan bahwa al-Ibanah adalah karya terakhir Imam Asy'ari. Namun banyak peneliti yang meyakini bahwa al-Luma' adalah kitab terakhir Imam Asy'ari, sama sekali bukan al-Ibanah. Indikasinya banyak, di antaranya adalah:
1. Kematangan argumen Sang Imam lebih terlihat dalam Luma', dan ini kurang terlihat di Ibanah yang cenderung lebih tekstualis.
2. Persoalan ilmu kalam yang dikaji Luma' lebih komprehensif, jauh dari Ibanah yang lebih sederhana hanya menunjukkan sisi perlawanan terhadap Muktazilah dan keberpihakan tegas terhadap lawan debat Muktzilah di era sebelumnya, yaitu Imam Ahmad.
3. Luma' adalah nafas ajaran Asy'ariyah yang diajarkan oleh murid-murid Imam Asy'ari dari masa ke masa. Nyaris semua madrasah Asy'ariyah bernuansa Luma' daripada bernuansa Ibanah.
4. Ibanah masih menampilkan sosok Abul Hasan yang masih bertaklid pada Imam Ahmad dan "terkesan" butuh pengakuan para Hanabilah di Baghdad saat itu. Sampai ada yang bilang bahwa Ibanah adalah tameng agar Asy'ari tidak diganggu oleh Hanabilah.
Sedangkan Luma' menunjukkan independensi seorang Abul Hasan al-Asy'ari sebagai Imam Mujtahid Mutlak dalam bidang akidah yang tidak bertaklid pada siapa pun.
Saya secara pribadi sepakat pada analisis di atas bahwa Luma' adalah kitab terakhir. Kalau dibalk, ada kesan justru Imam Asy'ari mengalami kemunduran.
Demikian catatan Ust Abdul Wahab Ahmad. Semoga bermanfaat.
Catatan Tambahan
Saudara vs Pendengki
Ketika melihat satu aib saudaranya ia akan memaklumi, memaafkan dan melupakan.
Sedangkan pendengki itu ketika melihat aib saudaranya ia akan menyebarkan aib tsb kepada orang lain.
المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
...Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Taqwa itu di sini *)beliau memberi isyarat ke dada Beliau sendiri tiga kali. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’ (HR. Muslim)
Semoga bermanfaat.
Advertisement