Empat Hal Penting Diperhatikan, Membangunkan Sahur Agar Berkah
Memukul ketongan dan bunyi-bunyian saat sahur telah menjadi bagian tradisi masyarakat di Nusantara. Tentu saja, hal itu telah menyatu dengan situasi puasa Ramadhan. Seiring dengan syiar pembacaan Al-Quran atau Tadarus di masjid, langgar, dan mushala.
Ternyata, tradisi tersebut mempunyai pijakan yang telah dituntun ulama terdahulu. Berikut Ust Ma'ruf Khozin, Direktur Aswaja NU Center Jawa Timur membukakan pemahaman bagi kita:
Beragam cara membangunkan orang sahur yang kita jumpai saat ini ternyata sudah terjadi sejak masa silam. Seperti yang disampaikan oleh Syekh Athiyah dalam Fatawa Al-Azhar 8/284:
1. Berjalan Keliling
ﻟﻤﺎ ﺟﺎء ﺇﻟﻰ ﻣﺼﺮ ﻋﺘﺒﺔ ﺑﻦ ﺇﺳﺤﺎﻕ ﻭاﻟﻴﺎ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ اﻟﺨﻠﻴﻔﺔ اﻟﻌﺒﺎﺳﻰ اﻟﻤﻨﺘﺼﺮ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻗﺎﻡ ﻫﻮ ﺑﺎﻟﺘﺴﺤﻴﺮ ﺳﺎﺋﺮا ﻋﻠﻰ ﻗﺪﻣﻴﻪ ﻣﻦ ﻣﺪﻳﻨﺔ اﻟﻌﺴﻜﺮ ﻓﻰ اﻟﻔﺴﻄﺎﻁ ﺣﺘﻰ ﺟﺎﻣﻊ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ اﻟﻌﺎﺹ ﻭﻛﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﺳﻨﺔ 238 ﻫـ
Ketika Utbah bin Ishaq datang ke Mesir sebagai Gubernur di masa Abbasiyah, Khalifah Muntasir Billah, ia berjalan kaki untuk mengajak sahur dari Fustat sampai Masjid Jami' Amr bin Ash pada 238 H
2. Mengumumkan di Masjid
ﻭﻛﺎﻥ اﻟﺰﻣﺰﻣﻰ ﻳﺘﻮﻟﻰ اﻟﺘﺴﺤﻴﺮ ﻓﻰ ﺻﻮﻣﻌﺘﻪ ﺑﺄﻋﻠﻰ اﻟﻤﺴﺠﺪ ﻭﻣﻌﻪ ﺃﺧﻮاﻥ ﺻﻐﻴﺮاﻥ ﻳﻘﻮﻝ: ﻳﺎ ﻧﻴﺎﻣﺎ ﻗﻮﻣﻮا ﻟﻠﺴﺤﻮﺭ
Zamzami membangunkan sahur dari atas Masjid, ditemani 2 anak kecil, ia mengumumkan: "Orang-orang yang tidur! Bangunlah untuk Sahur!
3. Melantunkan Syair-syair
ﻓﻜﺎﻥ ﺃﻫﻞ ﻣﺼﺮ ﺃﻭﻝ ﻣﻦ اﺑﺘﻜﺮﻭا "اﻟﺒﺎﺯﺓ" ﻣﻊ اﻷﻧﺎﺷﻴﺪ، ﻭﻳﻘﻮﻡ ﻋﺪﺓ ﺃﺷﺨﺎﺹ ﻣﻌﻬﻢ ﻃﺒﻞ ﺑﻠﺪﻯ
Dialah orang pertama penduduk Mesir yang pagi-pagi melagukan Bazah dengan lagu dan orang-orang memakai gendang
4. Menggunakan Lentera
ﻭﺷﺎﻫﺪ اﺑﻦ ﺑﻄﻮﻃﺔ ﻓﻰ ﺭﺣﻠﺘﻪ ﻭﺭﺃﻯ ﻓﻰ اﻟﺤﺮﻡ اﻟﻤﻜﻰ اﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﺑﺮﻣﻀﺎﻥ، ﻭﻗﺎﻝ: ﻛﺎﻧﻮا ﻳﻌﻠﻘﻮﻥ ﻗﻨﺪﻳﻠﻴﻦ ﻟﻠﺴﺤﻮﺭ ﻟﻴﺮاﻫﻤﺎ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺴﻤﻊ اﻷﺫاﻥ ﻟﻴﺘﺴﺤﺮ
Ibnu Batutah menyaksikan dalam petualangannya dan menjumpai di Makkah ada perayaan Ramadhan. Mereka menggantungkan 2 lentera untuk sahur agar orang yang tidak mendengar azan bisa melihat lentera tersebut
Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua. Dengan membangunkan sahur yang benar, sesuai anjuran ulama, kita semua akan meraih keberkahan di bulan Ramadhan. Amiin.