Empat Hal Penting dalam Fikih Islam di Tengah Pandemi Covid-29
Di tengah masa-masa pandemi Covid-19, banyak hal baru terjadi dalam bidang hukum Islam. Masalah fikih Islam menjadi berkembang dan dinamis. Munculnya berbagai persoalan baru, terkait pasien virus Corona, pemulasaraan jenazah, dan lain-lain.
"Fikih Islam Mewajibkan Prioritaskan Keselamatan Orang Hidup". Demikian Ustadz Ma'ruf Khozin menjelaskan dalam suatu pengajian rutin. Berikut uraian Ustadz Ma'ruf yang juga Pengasuh Pesantren Aswaja Sukolilo Surabaya:
Dalam Fikih Islam mewajibkan untuk memprioritaskan keselamatan orang hidup, bukan orang mati.
1 Kuburan yang sudah ditutup tidak boleh dibuka kecuali jika ada kaitan dengan hak-hak orang yang masih hidup. Misalnya ada harta yang tertinggal saat memakamkan dan baru ingat beberapa hari sesudahnya, maka kuburan tersebut wajib dibongkar untuk mengambil harta di liang lahat tersebut. Termasuk dalam hal ini adalah masalah otopsi jenazah.
2 Jika ada seorang ibu hamil kemudian wafat dan ada kepastian bahwa janinnya masih hidup, maka wajib mengeluarkan bayi tersebut meskipun membedah perut jenazah adalah haram, tetapi keselamatan orang hidup wajib didahulukan.
3 Janin yang sudah dipastikan tidak bernyawa dan menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan sang ibu yang ada peluang untuk tetap hidup, maka kandungan tersebut digugurkan/ aborsi.
4 Orang yang masih hidup dan akan mati, tetapi masih bisa diselamatkan dengan satu-satunya cara yaitu mengambil organ dari jenazah untuk dicangkokkan (transplantasi), maka tindakan ini wajib dilakukan demi keberlangsungan nyawa orang tersebut.
Dari banyaknya contoh dalam Fikih Islam yang mewajibkan untuk mendahulukan keselamatan orang hidup menjadikan saya untuk memahami tindakan para tenaga medis saat masa pandemi Covid-19 ini, baik dengan ketatnya penanganan, kehati-hatian, hal-hal yang dinilai belum sempurna dalam menangani pemulasaran jenazah dan sebagainya.
Sekali lagi karena untuk keselamatan bersama. Terlebih lagi sudah terlalu banyak Tenaga Kesehatan yang turut menjadi korban Covid-19.
Di Sana Mereka Mengenalku
Sehari penuh ini saya berkunjung ke Sampang, Madura dalam rangka takziyah dan ziarah:
1. Wafatnya Bu nyai Khadijah, istri KH Darwisy bin KH Fathul Bari (Mursyid Thariqah Naqsyabandiyah, sepupu kakek saya, paman Abah saya sekaligus sesama santri di Peterongan Jombang di Tahun 1960-an).
2. Ziarah ke makam Mertua
3. Takziyah dan ziarah ke Sahabat saya selama di Pondok Ploso Kediri.
Imam Al-Ghazali mencantumkan sebuah riwayat hadis dalam kitab Ihya' Ulumiddin:
ﺣَﺪِﻳﺚ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔ «ﻣَﺎ ﻣﻦ ﺭﺟﻞ ﻳﺰﻭﺭ ﻗﺒﺮ ﺃَﺧِﻴﻪ ﻭﻳﺠﻠﺲ ﻋِﻨْﺪﻩ ﺇِﻻَّ اﺳﺘﺄﻧﺲ ﺑِﻪِ ﻭﺭﺩ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳﻘﻮﻡ»
Hadis dari Aisyah: "Tidak seorang pun yang berziarah ke makam saudaranya lalu duduk di dekatnya kecuali ia senang dengan kedatangannya dan ia menjawab salamnya hingga ia berdiri"
Hadis ini ditakhrij oleh Al-Hafidz Zainuddin Al-Iraqi:
ﺃﺧﺮﺟﻪ اﺑْﻦ ﺃﺑﻲ اﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓِﻲ اﻟْﻘُﺒُﻮﺭ ﻭَﻓِﻴﻪ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺳﻤْﻌَﺎﻥ ﻭَﻟﻢ ﺃَﻗﻒ ﻋَﻠَﻰ ﺣَﺎﻟﻪ ﻭَﺭَﻭَاﻩُ اﺑْﻦ ﻋﺒﺪ اﻟْﺒﺮ ﻓِﻲ اﻟﺘَّﻤْﻬِﻴﺪ ﻣﻦ ﺣَﺪِﻳﺚ اﺑْﻦ ﻋَﺒَّﺎﺱ ﻧَﺤﻮﻩ ﻭَﺻَﺤﺤﻪُ ﻋﺒﺪ اﻟْﺤﻖ اﻷﺷﺒﻴﻠﻲ.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam kitab Al-Qubur, di dalamnya terdapat perawi bernama Abdullah bin Sam'an, saya tidak mengetahui perilakunya. Dan hadis yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam kitab At-Tamhid dari Ibnu Abbas, dan dinilai Sahih oleh Abdul Haq Al-Asybili. (Ihya' dan Al Mughni, 4/491)
Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi menulis sebuah rangkuman:
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺇِﺑْﻦِ اﻟﻘﻴﻢ اﻷَْﺣَﺎﺩِﻳﺚ ﻭاﻵْﺛَﺎﺭ ﺗﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃَﻥ اﻟﺰاﺋﺮ ﻣَﺘﻰ ﺟَﺎءَ ﻋﻠﻢ ﺑِﻪِ اﻟﻤﺰﻭﺭ ﻭَﺳﻤﻊ ﻛَﻼَﻣﻪ ﻭَﺃﻧﺲ ﺑِﻪِ ﻭﺭﺩ ﺳَﻼَﻣﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻫَﺬَا ﻋَﺎﻡ ﻓِﻲ ﺣﻖ اﻟﺸُّﻬَﺪَاء ﻭَﻏَﻴﺮﻫﻢ ﻭَﺃَﻧﻪ ﻻَ ﺗَﻮْﻗِﻴﺖ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚ ﻗَﺎﻝَ ﻭَﻫُﻮَ ﺃﺻﺢ
Ibnu Qayyim berkata: "Dalil-dalil hadis dan riwayat Sahabat menunjukkan bahwa manakala peziarah datang (ke kuburan) maka yang ada di kubur tahu siapa yang datang, dapat mendengar perkataannya, senang dengan kedatangannya dan menjawab salamnya. Ini berlaku bagi (arwah) Syuhada dan lainnya serta terjadi kapan saja. Ini adalah pendapat yang lebih sahih" (Syarh Ash-Shudur 221)
Demikian penjelasan Ustadz Ma'ruf Khozin. Berkesempatan "ziarah ke makam Sahabat dan kerabat saya, Lora Nurul Yaqin Al-fada di Burnang Tambelangan, Sampang."