Empat Hal Penting bagi Pemimpin Tuntunan Imam Al-Ghazali
Belakangan secara luas banyak orang tersita perhatian akan figur pemimpin. Pemimpin yang mengayomi, pemimpin yang membela rakyat, di antara figur yang dinanti masyarakat kini, menjelang diadakannya pesta demokrasi, Pemilihan Presiden 2024.
Bagi umat Islam, khususnya kaum santri, terdapat rujukan yang khas sesuai dengan pandangan Imam Al-Ghazali, yang kitabnya banyak dipelajari di Indonesia.
Imam Abu Hamid Al-Ghazali (w. 1111 M), dalam bukunya yang terkenal "Al Tibr al Masbuk fu Nashihah al-Muluk", menulis :
كتب الوزير يونان إلى الملك العادل أنشرونا وصايا ومواعظ فقال ينبغي يا ملك العالم أن يكون معك أربعة أشياء دائمة: العقل، والعدل، والصبر، والحياء، وينبغي يا ملك الزمان أن تنفي عنك الحسد والكبر وضيق الصدر ويريد به البخل والعداوة، واعلم يا ملك الزمان أن الذين كانوا قبلك من الملوك مضوا والذين يأتون من بعدك لم يصلوا فاجتهد أن يكون جميع ملوك الزمان محبيك ومشتاقيك.
“Seorang perdana menteri Yunani menulis surat kepada Anusyirwan, raja Persia, yang dikenal adil. Surat itu berisi pesan-pesan profetik yang indah.
Bunyinya : “Wahai tuan pemimpin yang terhormat. Seyogyanya engkau senantiasa memegang teguh empat hal: pikiran yang jernih, bertindak adil, bersabar hati dan menjaga kehormatan diri. Seyogyanya pula engkau selalu menjauhi empat hal : arogan, dengki, kikir dan marah.
Ketahuilah bahwa para pemimpin sebelummu telah lewat. Para pemimpin sesudahmu belum lahir. Maka berusahalah sekuatmu agar semua pemimpin sesudahmu mencintai dan merindukanmu”.
"Membaca kata-kata ini aku merindukan Gus Dur". Demikian catatan KH Husein Muhammad.
Umat Islam tentu saja mencari figur pemimpin, dikhususnya yang berkemampuan dan ulama. Bagaimana soal ini?
Ulama itu Siapa?
Maulana Jalaluddin Rumi, sufi lenyair terbesar, saat ditanya santrinya, “Siapakah yang disebut ulama?
Ia tak mendefinisikannya, tetapi memberikan contoh (perumpamaan) yang amat menarik tentang siapa orang alim (orang berilmu) itu. Katanya:
Dia (orang alim/ulama) itu bagaikan pohon yang akarnya menghunjam di tanah yang subur. Tanah itu menjadikan pohon tersebut berdiri kokoh dan kuat yang mengeluarkan daun-daun yang menghijau dan merimbun. Lalu ia mengeluarkan bunga yang indah berwarna warni dan menghasilkan buah-buah yang lebat dan sedap. Meski dialah yang menghasilkan buah itu, tetapi ia sendiri tak mengambil buah itu. Buah itu untuk orang lain atau diambil mereka. Jika manusia bisa memahami bahasa pohon itu, maka pohon itu akan mengatakan :
تحن تعلمنا ان نعطى ما تعلمنا ان ناخذ.
“Kami belajar untuk memberi dan tidak untuk meminta”.
Demikian catatan KH Husein Muhammad. (20.09.23/HM)
Manusia Makhluk Mulia
Seiring dengan ketentuan soal pemimpin yang baik, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk mulia. Ini yang patut menjadi perhatian kita bersama.
وَلَـقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْۤ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا
"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. " (Q. S. Al-Isra' : Ayat 70)
Semoga kita dan seluruh keluarga kita selalu bertakwa kepada Allah, selalu berakhlak mulia, memiliki derajat mulia di sisi Allah SWT. Aamiin....!!!
Semoga bermanfaat.