Empat Hal Dimensi Sufistik dalam Mengawal Kebangsaan
Empat hal yang harus disadari warga Indonesia dalam mengawal kebangsaan. Demikian dikatakan Direktur Sufi Center Jakarta KH Luqman Hakim.
Pertama, minallah atau dari Allah. Menurut Kiai Luqman, jika warganya tidak menyadari bahwa kebangsaan ini anugerah dari Allah maka yang terjadi adalah konflik dan perang.
"Oleh karena itu kebangsaan ini harus kita lihat minallah. Mau kita bawa ke mana bangsa ini?" kata Kiai Lukman pada acara dialog kebangsaan dan buka puasa bersama Wakil Ketua MPR RI H Muhaimin Iskandar di Jakarta, Sabtu.
Menurut Kiai Luqman, jika hari ini Allah menurunkan ayat Al-Qur'an, maka menggunakan panggilan 'يَا أَيُّهَا النَّاسُ' (hai manusia) dan bukan 'يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا' (hai orang-orang yang berimana) karena di Indonesia terdapat semua golongan.
Kedua, ilallah (menuju kepada Allah). Terkait hal ini, ia menyatakan kalimat bijak dari Syekh Ibnu ‘Atha’illah As-Sakandari.
لاتَصْحَبْ مَن لايُنهِضُك حالُه، ولايَدُلُّك على الله مقالُه
Artinya: "Janganlah kamu berteman dengan orang yang perilakunya tidak membangkitkanmu menuju Allah Swt, dan ucapannya tidak memberi petunjuk padamu ke jalan Allah."
"Kalau tidak bangkit menuju kepada Allah, celaka betul kita," ujarnya.
Ketiga, ma'allah (bersama Allah). Ia mengingatkan agar bangsa Indonesia tidak lepas dari Allah. Sebab jika sampai lepas, bangsa ini terkena tirai atau hijab yang terdapat kegelapan.
Keempat, lillah (untuk Allah). Ia menyatakan, apa pun karir dan prestasi yang didapatkan bukan untuk Allah, maka menjadi gersang.
"(Kalau tidak untuk Allah) Kita ini berjalan seperti tengkorak gersang dan tiba-tiba menjadi sampah bangsa ini," kata Luqman Hakim. (adi)
"Janganlah kamu berteman dengan orang yang perilakunya tidak membangkitkanmu menuju Allah Swt, dan ucapannya tidak memberi petunjuk padamu ke jalan Allah."