Empat Fakta Menggerikan di India, Jenazah Covid-19 Dicabik Anjing
India berada pada urutan kedua setelah Amerika Serikat dalam total infeksi. Terkini, India telah melaporkan lebih dari 300.000 kasus baru setiap hari selama sembilan hari berturut-turut, mencapai rekor global baru sebesar 386.452 pada Jumat 30 April 2021.
Total kematian telah melampaui 200.000 dan kasus mendekati 19 juta - hampir 8 juta sejak Februari saja karena galur baru yang ganas telah dikombinasikan dengan peristiwa "penyebaran super" seperti demonstrasi politik dan festival keagamaan, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu 1 Mei 2021.
Pakar medis mengatakan angka riil mungkin lima hingga 10 kali lebih tinggi dari penghitungan resmi. Pasien-pasien mengemis untuk mendapatkan tempat di rumah sakit sementara tangki oksigen menjadi langka dan berharga.
Memang, krisis pandemi Covid-19 di India nampaknya sudah semakin parah setiap harinya. Hal tersebut terlihat pada sebuah masjid di India yang berubah menjadi sebuah rumah sakit darurat pasien Covid-19. Masjid tersebut adalah masjid Jahangipura.
Kondisi tersebut dilakukan oleh komunitas Muslim India yang terhitung minoritas. Fasilitas di dalamnya terdapat 50 kasur medis tampak bersusun rapi memenuhi aula.
Menteri Luar Negeri India Shri Harsh Vardhan Shringla mengatakan, lebih dari 40 negara memberikan bantuan kepada India, dengan mengirimkan berbagai kebutuhan medis hingga obat-obatan.
“Prancis juga aktif membantu dan penerbangan mereka akan datang pada hari Sabtu. Seperti yang baru saja saya katakan, lebih dari 40 negara dan ini bukan hanya negara maju tetapi juga tetangga. Bangladesh, Bhutan semuanya telah menawarkan bantuan,” ungkap Harsh.
Harsh menjelaskan, India saat ini memerlukan sekitar 550 mesin penghasil oksigen, 4.000 konsentrator oksigen, 10.000 tabung oksigen, dan 17 tangki oksigen cryogenic dari luar negeri.
Menurut Harsh berbagai bantuan medis dari sejumlah negara untuk penanganan COVID-19, dipastikan didistribusikan ke beberapa negara bagian yang tengah berada dalam kondisi kritis.
“Tujuan kami adalah untuk memastikan bahwa kami menyalurkan semua bantuan yang kami butuhkan dan diterima dengan cara yang seefektif mungkin. Dengan kata lain, bagaimana kita menerimanya. Bagaimana kami memastikan bahwa kami memfasilitasi perijinan dengan cepat,” terang Harsh.
Berikut Empat Fakta Mengerikan Lonjakan Gelombang Kedua Masa Covid-19 di India
1. Masjid Jadi Penampungan Pasien Covid-19
“Situasi Covid-19 di kota tidak baik dan orang-orang tidak mendapatkan tempat tidur di rumah sakit, Jadi kami memutuskan untuk membuka fasilitas untuk memberikan bantuan kepada orang-orang," ujar Irfan Sheikh, pengawas masjid, dilansir Arab News, Sabtu 1 Mei 2021.
"Dalam beberapa hari setelah fasilitas ini dibuka, semua 50 tempat tidur terisi. Anda bisa membayangkan tekanan seperti apa yang dialami rumah sakit," tambahnya.
Bahkan rencananya 50 tempat tidur lagi akan ditambahkan, jika pasokan oksigen dapat diandalkan. Tidak hanya masjid Jahangipura, Masjid Darool Uloom di kota yang sama mereka juga membuka pintunya untuk 142 tempat tidur yang dilengkapi dengan oksigen dengan 20 perawat dan tiga dokter yang berada di lokasi.
"Kami bisa membuat fasilitas Covid-19 dengan 1.000 tempat tidur, tapi pasokan oksigen menjadi kendala," kata Ashfaq Malek Tandalja, anggota komite pengelola masjid, kepada Arab News.
Diketahui Masjid Jahangirpura terletak di negara bagian barat kota Vadodara Gujarat. Negara bagian asal Perdana Menteri Narendra Modi ini adalah salah satu yang paling parah terkena dampak di India.
Di Gujarat, hampir 1.500 kasus dan lebih dari 150 kematian dilaporkan pada hari Selasa. Untuk keseluruhan, India melaporkan 323.144 infeksi baru dengan total lebih dari 17.6 juta kasus.
2. Kehabisan Vaksin Covid-19
Beberapa negara bagian di India kehabisan vaksin untuk melawan COVID-19, memperburuk gelombang kedua infeksi yang telah membuat rumah sakit dan kamar mayat membludak sementara keluarga-keluarga berebut mendapatkan obat-obatan dan oksigen yang semakin langka.
"Kembalilah. Bagaimana kami akan hidup tanpamu?" ratap Aanchal Sharma dan ibu mertuanya di atas tubuh tak bernyawa suaminya, saat menunggu giliran mereka di krematorium di pinggiran New Delhi seperti banyak orang lainnya.
Di tempat parkir, lebih dari 10 ambulans berisi mayat berbaris sementara pekerja membersihkan abu dari tumpukan kayu bakar yang tumpah dari area kremasi utama.
Meskipun menjadi produsen vaksin terbesar di dunia, India sekarang tidak memiliki cukup vaksin untuk dirinya sendiri - merusak rencana meningkatkan dan memperluas inokulasi mulai Sabtu. Hanya sekitar 9% dari 1,4 miliar penduduknya yang telah mendapatkan dosis.
"Saya mendaftar untuk mendapatkan slot 28 hari sebelumnya, tetapi sekarang mereka mengatakan tidak ada vaksin," keluh Jasmin Oza di Twitter.
3. Jenazah Korban Covid-19 di India Dicabik Anjing
Keadaan krematorium Hindon di India memang saat ini sedang mendesak, bahkan ada satu jenazah yang harus dicabik-cabik oleh seekor anjing liar. Menurut salah satu kolega korban bernama Trilohi Singh mengatakan jenazah yang cabik-cabik oleh anjing tersebut adalah salah satu jenazah korban Covid-19 yang ada didalam antrean untuk dikremasi.
Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 2 siang. Dan hal tersebut pertama kali diketahui oleh seorang pejalan kaki memberi tahu bahwa seekor anjing liar sedang mencabik-cabik jenazah yang sedang mengantre, bahkan hingga menggerogoti wajahnya.
"Kami menemukan bahwa seekor anjing telah merobek APD tubuh jenazah anggota keluarga kami, dan memakan sebagian wajahnya," katanya seperti dilansir The Hindu, Sabtu 1 Mei 2021.
Sebelumnya di lokasi kremasi, keluarga mendapat informasi jenazahnya akan dikremasi jam 10 pagi. Mereka kemudian memposisikan jenazah dalam antrean dan pergi berteduh. Namun belakangan, antrean jadi mundur hingga jam 6 sore. Maka dariitu, pihak terkait berjanji memagari lingkungannya untuk menghindari hewan liar.
"Kami sangat sedih, segera mengangkat masalah ini dengan staf administrasi distrik di Hindon. Akhirnya jenazah segera dikremasi pada pukul 15.30," tuturnya.
Diketahui korban adalah seorang pria berusia 51 tahun yang bekerja di pengadilan distrik Ghaziabad. Kondisi pasien memburuk dan dirujuk ke Santosh Medical College pada hari Sabtu. Di rumah sakit itu, pria ini menunjukkan peningkatan kesehatan dengan tingkat oksigen mencapai 80 dari sebelumnya hanya 40.
Namun dalam beberapa jam, tingkat oksigennya turun menjadi 30 dan ia mengalami serangan jantung. Tidak lama, dokter menyatakan pria ini meninggal dan pihak rumah sakit menyerahkan jenazah yang ditutup APD pada keluarga.
4. Tsunami Covid-19 India, Diprediksi Belum Puncaknya
India saat ini memasuki gelombang kedua pandemi COVID-19 dan menempatkannya sebagai negara dengan kasus terparah kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Yaitu, dengan catatan penularan kasus COVID-19 sebanyak 18.7 juta dengan total kematian mencapai 208 ribu.
Kasus Covid-19 di India sejak pekan ini tembus 300 – 350 ribu kasus per hari, bahkan pada Jumat 30 April 2021, negara itu mengumumkan penambahan kasus mencapai 386.000 dengan jumlah kematian 2.498 kasus.
Namun, pakar epidemiologi dari Institut Kesehatan Publik India Girindhara Babu menilai, ledakan kasus COVID-19 di India yang disebut banyak pihak sebagai “tsunami”, belum merupakan puncak kasus.
“Saat ini India belum berada pada puncak (kasus COVID-19-red). Saya khawatir, kita harus menunggu setidaknya dua minggu untuk melihat puncaknya di level Nasional. Sedangkan negara bagian memiliki titik awal yang berbeda,” ucap Babu dalam wawancara di Bloomberg, Kamis 29 April 2021.
Babu memprediksikan puncak kasus COVID-19 di India akan terjadi pada 19 Mei dengan penambahan 15 juta kasus aktif.
“Pada tanggal 19 Mei, mungkin akan bertambah 15 juta kasus aktif dari sekarang. Jadi, bahkan pada 1% dari total kasus di negara ini. Anda mungkin membutuhkan 15.000 tempat tidur dengan perawatan kritis,” jelasnya.
Sejumlah negara bagian di India yang dalam kondisi kritis COVID-19 di antaranya Rajasthan, Uttar Pradesh, Chhattisgarh serta Uttarakhand.
Amerika Serikat merupakan satu dari 40 negara yang telah mengirimkan bantuan medis ke India, untuk penanganan kasus COVID-19. Presiden Joe Biden menyatakan, selain mengirimkan bantuan obat-obatan serta peralatan medis, Amerika Serikat juga berkeinginan untuk mengirimkan vaksin ke India.
“Kami juga berdiskusi bersama PM Modi, kapan kami akan dapat mengirim vaksin ke India. Saya pikir kita akan berada dalam posisi untuk dapat berbagi berbagi vaksin termasuk kepada negara lain yang sangat membutuhkan,” ujar Biden pekan ini.
Baru sekitar 9% dari 1,4 miliar penduduk di India, yang telah menerima vaksinasi sejak Januari. Meskipun, pemerintah berencana untuk memvaksinasi semua orang dewasa mulai 1 Mei. Namun, beberapa negara bagian menyebut tidak akan dapat segera mengimunisasi mereka yang berusia 18 – 45 tahun.
Tsunami COVID-19 telah menyebabkan beberapa negara bagian di India bagaikan “neraka”. Rumah Sakit minim persediaan tempat tidur, oksigen, kamar mayat kewalahan hingga kremasi jenazah pasien COVID-19 yang dilakukan tanpa henti siang dan malam.