Empat Dosa Program Puslatda KONI Jatim, Apa Saja?
Surabaya: Program Puslatda (Pusat Latihan Daerah) Jatim proyeksi PON 2020 menjadi bahasan utama dalam Rapat Anggota KONI Jatim, yang dimulai Selasa (11/7) hari ini. Namun, jika menoleh ke belakang, ada kebijakan KONI yang menuai kontroversi, meski program Puslatda dengan tiga pilarnya dinilai sukses. Apa saja?
Tiga tahun lalu, KONI Jatim mengulirkan program Puslatda dengan mengandalkan program tiga pilar, yaitu progran fisik, gizi, dan psikologi. Diakui, tiga pilar ini cukup berdampak bagi keberhasilan Jatim meriah peringkat kedua dalam PON 2016 di Jabar.
Namun di luar tiga pilar itu KONI Jatim juga membuat kebijakan yang menuai kontroversi. Mulai dari pembelian atlet, try out luar negeri, pembelian kuda hingga kegagalan tim sepakbola untuk lolos ke PON, meski sudah menjadi cabor "anak emas" di KONI Jatim.
Pembelian atlet misalnya, tidak semua menghasilkan medali di PON 2016. Sebut saja cabor tinju, meski sudah melakukan mutasi tiga petinju dari luar Jatim, namun tidak mampu mendapat satu medali emas pun. Tidak hanya itu, cabor tinju juga mengelar try out ke luar negeri yang tentu menyedot uang tidak sedikit.
Selain tinju, cabor anggar juga melakukan pembelian atau biasa disebut mutasi atlet luar Jatim. Lebih tragis lagi, mereka tidak bisa membela Jatim di PON 2016 karena status dipersolakan daerah lain. Padahal, Jatim sudah terlanjur memberikan berbagai fasilitas, termasuk try out ke luar negeri.
Tentu tidak semua pembelian atlet luar gagal. Beberapa atlet memberikan kontribusi besar. Salah satunya, perenang Reza Kania Dewi. Atlet yang di datangkan dari Jabar ini, menjadi pendulang emas terbanyak bagi kontingen Jatim. Namun pertanyaanya, apakah Jatim bangga pendulang medali emas terbanyak bukan sepenuhnya hasil binaan sendiri?
Selain pembelian atlet dan program try out luar negeri yang tidak semua berhasil, pembelian kuda dari Jabar juga menuai sorotan. Harga kuda yang mencapai miliran rupiah ini tak sebanding dengan cabor berkuda yang hanya satu medali emas. Itupun diraih bukan dari kuda yang dibeli, tapi kuda milik orang Jatim sendiri.
Satu lagi, yang dianggap menjadi dosa KONI adalah kegagalan meloloskan tim sepakbola ke PON. Ini merupakan sejarah terburuk sepanjang PON. Maklum, tim sepakbola Jatim selalu lolos PON dan selalu menjadi kandidat peraih medali emas.
Padahal, tim sepabola mendapat perlaukan istimewa, termasuk ikut persiapan jangka panjang, meski di PON 2012, tidak mendapatkan medali, "Yang pasti untuk PON di Papua, kami harus bisa mengembalikan reputasi sepakbola Jatim. Saya yakin di Jatim ini masih gudangnya atlet sepakbola, " tandas Ahmad Riyadh, Ketua Umum PSSI Jatim yang baru dua bulan menjabat ini.
Ketua Umum KONI Jatim Erlangga Satriagung mengatakan Puslatda proyeksi PON 2020 sudah akan digelar bulan Juli ini, "Yang sudah menjalani tes fisik dan lolos bisa mulai ikut Puslatda Juli ini. Yang dapat medali di PON tapi belum tes fisik atau tidak lolos kita berikan kesempatan lagi untuk ikut tes, " ujarnya.
Mengenai kebijakan pembelian atau mutasi atlet apakah masih akan dilakukan untuk PON 2020 di Papua, Erlangga belum bisa memastikan, "Nanti, kita bicara dulu dengan masing-masing cabang olahraga, " ucapnya. (tom)
Empat Dosa KONI Jatim yang Harus Dievaluasi:
1. Pembelian/mutasi atlet Tanpa Hasil
2. Try out luar negeri Tidak Terkendali
3. Tim Sepakbola Gagal Lolos PON 2016
4. Pembelian Kuda Milik Jabar.