Empat Dialog Orang Anti-Merokok Ketemu Perokok, Ini Humor Lho!
Persyarikatan Muhammadiyah menghukumi haram bagi perokok. Dalam ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), warganya lebih menyukai rokok dalam sehari-harinya.
Faktanya, para petani penanam tembakau di Bojonegoro ada di antaranya warga Muhammadiyah. Di sinilah, warga Nahdliyin memberikan dukungan agar petani tembakau itu terus berkembang dan menghasilkan produksi daun tembakau untuk bahan rokok.
Nah, ini ada humor menarik tentang orang yang anti-rokok dan perokok ketika bertemu dalam suatu dialog. Empat Dialog tentang Rokok dan Anti-Rokok:
(1)
Anti-Rokok berkata:
"Angka belanja rokok orang Indonesia setiap tahun tidak kurang dari Rp150 trilliun. Uang sebanyak itu, kalau semuanya adalah pecahan 50 ribu-an yang disambung-sambung, maka akan sama dengan membuat untaian sepanjang jarak bumi - bulan 7 kali bolak-balik.
"Atau kalau dibelikan tusuk gigi dan kemudian dirangkai dan dilem bisa menghasilkan maket 7 keajaiban dunia dengan skala 1:20 sebanyak 300 buah. Atau bisa dibelikan sedan Mercedes terbaru sebanyak 300.000 unit."
Pendukung Rokok berkata:
"Masa bodoh. Lagian gue beli pake uang sendiri dari keringet sendiri. Masih mending nilai segitu sebagian buat makan puluhan ribu pegawai pabrik rokok, masih dipake bayar pajek yang bikin ente hidup rada nyaman disini.
"Daripada koruptor yang uangnya dipake buat makan keluarganya yang cuma segelintir."
(2)
Anti-Rokok berkata:
"80 persen perokok di Indonesia adalah orang-orang miskin yang mungkin bosan hidup dalam kemiskinan, sehingga memilih merokok untuk mempercepat kematian. Yang 15 persen adalah kalangan menengah yang stress dengan tanggung jawab di pekerjaannya. Dan 5 persen perokok disini adalah orang kaya yang kebingungan menghabiskan uangnya."
Pendukung Rokok berkata:
"Ngitung dari mana?. Asal nulis, nih. Apa dasarnya milih rokok buat mempercepat kematian. Kalo mau cepet mati ya loncat saja dari monas atau panjat tiang listrik terus pegang kabelnya pas hujan."
(3)
Anti-Rokok berkata:
"Hebatnya lagi, 'orang-orang miskin' itu, membelanjakan uangnya untuk membeli produk yang membuat 5 atau 6 orang menjadi bagian dari 10 orang terkaya di Indonesia. Dan 'orang-orang kaya' itu menjadi figur perokok yang dicontoh siapa saja."
Pendukung Rokok merespon:
"Pake logika dong. Dimana ada orang miskin pasti ada orang kaya. Masa mau kaya semua atau mau miskin semua."
(4)
Anti-Rokok berkata:
"Peringatan tentang bahaya merokok yang sudah tercantum disetiap kemasan ternyata tidak berpengaruh banyak. Perokok 'miskin' kebanyakan tidak bisa baca dan tulis. Perokok 'menengah' ternyata terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak sempat membaca peringatan tersebut. Dan sisanya yang perokok 'kaya' tidak peduli sebab biaya berobat mereka sudah terjamin 17 turunan."
Pendukung Rokok menjawab:
"Waah semakin ngawur! Rokok bukan penyebab utama kematian dan bukan penyebab utama penyakit. Mau bukti?
"Lihat tuh di desa-desa, rata-rata penduduk usia lanjut disana rajin merokok dan sehat. Atau mau bukti lainnya?
"Tuh engkong gue sudah umur 70 tahun masih hidup, trus rokoknya 5 pak sehari. Sudah gitu dia masih segar bugar dan perkasa. Lusa malah dia mau kawin lagi."