Empat Ciri Islam Berkemajuan, Tauhid dan Islam Wasathiyah
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Syafiq A. Mughni, menegaskan kembali, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam Berkemajuan memiliki empat ciri. Inilah yang menegaskan ciri dan karakter: dari Tauhid ke Islam wasathiyah.
Ciri pertama yang melekat pada Islam Berkemajuan adalah bertauhid murni, tidak boleh ada penduaan Allah SWT dalam keimanan. Tauhid murni ini membebaskan manusia dari belenggu keduniaan dan lainnya, sebab hanya satu yang disembah dan ditaati yaitu Allah SWT.
Menurut Syafiq A. Mughni, ciri pertama dari Islam Berkemajuan ini tidak bisa hanya sebatas keyakinan, melainkan harus nampak atau mewujud dalam perbuatan atau laku hidup harian.
Oleh karena itu, Tauhid harus dibuktikan dan diperjuangkan oleh muslim “Apakah sudah mencerminkan tauhid dalam kehidupan kita,” ungkapnya pada acara Peresmian Muhammadiyah Boarding School (MBS) At-Taqwa, Gresik, belum lama ini.
Guru Besar Bidang Sejarah Kebudayaan Islam ini menjelaskan, bahwa tauhid murni ini mempengaruhi pandangan orang Muhammadiyah dalam melihat sesama. Karena yang paling tinggi adalah Allah SWT, maka semua manusia di mata orang Muhammadiyah itu sama, yang membedakan hanya iman dan taqwanya. Pandangan mendasar ini menjadi pijakan Muhammadiyah dalam menjalin relasi dan bekerjasama dengan siapapun.
Prinsip Kerja Sama
Selain itu, prinsip kerjasama yang dipedomani oleh Muhammadiyah tersebut merujuk pada Al Ma’idah ayat 2. Ciri kedua adalah kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah. Menurut Prof. Syafiq, yang membedakan semangat kembali pada Al Qur’an dan Sunnah yang dimiliki oleh Muhammadiyah dengan gerakan yang lain adalah tidak ‘letterlijk’, atau tekstual.
Cara pandangan tersebut, kata Syafiq, menjadi salah satu alasan perihal perbedaan penetapan hari-hari besar umat Islam. Seperti yang terjadi sekarang, tentang perbedaan penetapan Hari Raya Iduladha Muhammadiyah yang berbeda dengan Pemerintah Indonesia.
Ciri ketiga adalah ijtihad dan tajdid, dalam hal ini ada yang sifatnya dinamis dan statis. Dalam urusan muamalah Muhammadiyah dinamis, tetapi dalam urusan ibadah Muhammadiyah statis, tidak boleh ada tambah-tambahan.
Ciri selanjutnya, atau yang keempat adalah bersikap moderat, tengahan atau wasathiyah. Dia menjelaskan, wasathiyah diambil dari kata ummatan wasathan, yang baik, yang seimbang, yang toleran, dan yang tidak ekstrim.
“Dengan kata lain Islam sesungguhnya agama wasathiyah. Dengan wasathiyah kita menolak ekstrim. Jangan engkau bersikap ekstrim berlebihan dalam urusan agama,” tutur Prof Syafiq A Mughni.
Advertisement