Empat Alasan Presiden Angkat Prof Yudian sebagai Ketua BPIP
Presiden Joko Widodo melantik Prof KH Yudian Wahyudi Aswin sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Istana Merdeka, Rabu 5 Februari 2020.
Apa yang spesial dari Prof Yudian Wahyudi sehingga dipilih oleh Presiden?
"Beliau sosok yang beberapa kali menuai kontroversi. Misalnya dengan kebijakan akan melarang pakaian bercadar di kampus UIN Sunan Kalijaga," tutur Romo Antonius Benny Susetyo, Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) pada ngopibareng.id, Rabu 5 Februari 2020.
Pertama kemampuan akamedis dan latar belakang keilmuan dan kepakaran.
Kedua, Figur seorang kiai karena Prof Yudian memiliki darah Kiai Pancasila.
Ketiga, Aktual konteksnya. Prof Yudian Wahyudi bagaimana pun bisa juga berdiolog dengan agama.
Keempat, Semakin menghayati nilai kemanusian, keadilan, persatuan kita mengaktualisasi nilai agama.
"Di sinilah figur Prof Yudian mampu memberikan inspirasi. Pancasila dan agama bisa bekerja sama untuk kesejahteran masyarakat," tuturnya.
Menurut Romo Benny, BPIP butuh figur pemimpin memiliki visioner.
"Saya yakin Prof Yudian Wahyudi memimpin BPIP akan lebih bijak karena bukan lagi seorang akademisi tapi sebagai negarawan dan ulama," tutur Rohaniawan Katolik kelahiran Malang tahun 1968 ini.
Dengan rekam jejak beliau yang sempat mengeluarkan kebijakan seperti ini, apa itu tidak menjadi pertimbangan Romo?
"Pertimbangan sudah matang dan bijak pasti tim penilai yang melihat ada banyak hal positif. Dibutuhkan di BPIP menggerakkan roda organisasi BPIP.
Setiap orang tidak sempurna. Tapi kita memberikan kesempatan Prof Yudian Wahyudi untuk membawah BPIP kepada kiprahnya. Bagaimana Pancasila mampu menembus jantung anak muda dan menjadi roh kebijakan publik," jawab Romo Benny yang dikenal dekat dengan Gus Dur, almarhum.