Anak Putri Duyung Deklarasi Stop Buang Sampah ke Sungai
Ada pemandangan tak biasa di palung Sungai Kalimas, yang mengalir membelah wilayah Kota Surabaya, tepatnya di bawah Jembatan Monumen Kapal Selam (Monkasel). Tampak empat orang anak perempuan terlihat duduk dengan mengenakan kostum putri duyung.
Mereka tidak sedang berenang atau berjemur. Mereka tampak membawa tulisan yang menyuarakan stop buang sampah ke sungai.
Sejumlah tulisan yang terbaca ialah "Kali Surabaya Bukan Tempat Sampah", "Stop Buang Sampah Plastik di Kali Surabaya", "Kali Surabaya Rumah Kami, Sumber Air minummu, jangan buangi Tas Kresek, styrofoam, popok bayi dan sachet", dan "Kami Gak Mau Minum Air Bercampur PLASTIK”.
Putri duyung yang diperagakan oleh Aeshnina Azzahra Aqilani, Ameera Cetta Lentera, Angela AzZahra, dan Michaela Nadine Astagina Nugrahani tersebut, sebagai kritik atas kurangnya kesadaran masyarakat.
Aksi putri duyung ini, diberi judul “Deklarasi 4 Anak Duyung Tolak Sampah Plastik”, pada Senin 17 Februari 2020.
Aeshnina Azzahra Aqilani mengatakan, aksi ini berawal ketika dia dan kawan-kawannya menyusuri sungai dari Warugunung sampai Karang Pilang, Surabaya. Mereka menemukan banyak sekali rumah warga Surabaya yang dibagun di bantaran kali.
"Mereka buang sampahnya langsung ke sungai. Padahal air sungai di kali Surabaya ini yang diolah lagi menjadi air minum untuk warga Surabaya sendiri," ujar gadis cilik yang akrab disapa Nisa ini.
Saat menyusuri sungai, lanjutnya, ada puluhan tumpukan sampah yang dibiarkan saja oleh warga dan tidak dibuang di lokasi pembuangan sampah semestinya.
Nisa dan kawan-kawannya pun menuntut, warga tidak lagi membangun rumah apalagi membuang sampah di bantaran atau tepian kali Surabaya.
"Pemerintah dalam hal ini juga diharapkan menasihati warganya untuk tidak membuang sampah ke sungai dan menyediakan tempat sampah untuk warganya yang tinggal di bantaran kali," tegas gadis yang masih duduk dibangku SMP ini.
Nisa juga berharap, manusia dan ikan yang tinggal disungai bisa hidup berdampingan. Kostum duyung yang digunakan pun sebagai lambang bahwa ikan menjadi korban dari sampah plastik yang dibuang di sungai.
"Sampah yang di buang ke sungai terutama sampah plastik, remah-remah plastik akan dimakan 'teman-teman' kami, bahkan ikan-ikan banyak ditemukan terjerat tali plastik," ujarnya.
"Penyu di laut menganggap kresek (kantong plastik) seperti ubur-ubur. Kami bangsa ikan tak bisa membedakan antara plastik dengan makanan," imbuh Nisa.
Seandainya bisa bertukar posisi, ungkap Nisa, manusia hidup di sungai dan ikan hidup di darat, pasti manusia tidak akan nyaman. Sebab banyak kotoran manusia di dasar sungai, bangkai binatang hingga sampah popok.
Nisa dkk ingin bertemu Walikota Surabaya Tri Rismaharini untuk melaporkan temuannya tersebut. "Ingin sekali bertemu Bu Risma dan berbicara mengenai sampah plastik dan limbah di sungai," tutupnya.