Emil Dardak Ajak Mahasiswa PENS Kreatif di Tengah Pandemi
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak dalam studium generale pada Jumat, 4 September 2020, secara daring mengajak mahasiswa baru Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) berinovasi untuk negeri.
Hal ini sejalan dengan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nadiem Anwar Makarim B.A., M.B.A. ini mempunyai konsep cukup banyak sks yang didedikasikan di luar program studi utamanya, dengan harapan ada kekayaan khasanah, perspektif paradigma yang dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi.
Emil Dardak mengungkapkan, di saat pandemi saat ini justru menyadarkan bahwa pentingnya teknologi agar sebuah bangsa dan negara bisa berdaulat, dan di era sekarang keahlian yang diajarkan di PENS justru semakin relevan. Serta disiplin ilmu yang diterapkan sangat dibutuhkan era digital saat ini.
“Seorang insinyur tidak lagi harus menggambar blue print secara manual, tetapi bisa melakukannya melalui software autocad, dan kemudian adanya pabrik-pabrik yang bisa melakukan otomatisasi proses sehingga beberapa fungsi yang dulunya manual bisa dikerjakan secara otomatis," ujar Emil Dardak.
Emil juga menjelaskan perbedaan revolusi industri 3.0 dengan 4.0 adalah terdapat tambahan kekuatan internet di dalamnya, yang memungkinkan ada komunikasi antara satu mesin dengan mesin lainnya.
Tentunya semakin mengurangi peran dari sumber daya manusia dan juga akan memungkinkan untuk kolaborasi lintas batas, artinya akses terhadap satu mesin menjadi semakin tinggi, yang dikenal dengan Internet of Thing (IoT).
"Sehingga mesin akan memiliki IP address dan bisa diakses terhubung kepada internet, dan memungkinkan adanya sinergi lebih tinggi dari mesin ke mesin," ungkap Emil.
Emil mencontohkan situasi pandemi seperti saat ini sedang menerapkan deteksi kepatuhan dalam penggunaan masker di pasar menggunakan kecerdasan buatan.
“Hal ini menjadi tantangan bagi kita, bagaimana tenaga-tenaga yang selama ini mengandalkan keterampilan, maka dari itu kemampuan kognitif kita harus tetap memiliki kompetensi, bukannya kita tergantikan oleh mesin, namun harus bersinergi dengan mesin," jelas Emil.
Sedangkan vokasi yang kata kuncinya selama ini fokus, detail, konsentrasi, namun sekarang kata kunci tersebut menjadi bagaimana memiliki perspektif yang luas.
Pandemi mengakselerasi kebutuhan tenaga-tenaga vokasi di era digital, namun di sisi lain terdapat perubahan yang luar biasa bagi lulusan vokasi, karena adanya potensi machine learning atau deep learning, sehingga dapat menggantikan sumber daya manusia. Oleh karena itu, sangat penting bagi mahasiswa-mahasiswi baru untuk memiliki referensi seluas-luasnya. Dan mulai untuk mengenal skill lain.
Pada akhir pemaparannya, Wakil Gubernur menyampaikan bahwa ijazah yang diperoleh nanti akan berlaku seumur hidup, nantinya ilmu akan terus berkembang dan saat lulus harus menjadi seseorang yang mempunyai karakter dalam kemampuan belajar secara aktif. Selain itu, maksimalkan pembelajaran disiplin-disiplin ilmu yang bisa melengkapi saat dunia kerja nantinya.
"Semoga akan lahir sumber daya yang sangat kompeten dalam menjawab tantangan era digital di saat pandemi dan pasca pandemi ke depannya," tutupnya.