Embun Beku Hiasi Laut Pasir Bromo
Fenomena cuaca dingin kembali mewarnai kawasan Laut Pasir (Kaldera) Bromo. Sejak pertengahan Juni 2019 ini, embun beku banyak menempel di dedaunan dan rerumputan di kawasan Bromo saat saat dinihari.
Petani di desa-desa kawasan Gunung Bromo menyebut embun beku itu sebagai ‘bun upas’. “Biasanya pada saat puncak kemarau, muncul ‘bun upas’ di pagi hari sebelum matahari terbit,” ujar Santoso, warga Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jumat, 21 Juni 2019.
Diduga fenomena embun beku itu karena suhu ektrem di kawasan Gunung Bromo yang mendekati suhu 0 derajat Celcius. “Suhu mendekati nol derajat ini biasanya terjadi saat kemarau panjang, Juni hingga Agustus,” ujar pemilik homestay di Cemorolawang itu.
Sejumlah wisatawan yang hendak menyaksikan matahari terbit (sunrise) di kawasan Gunung Bromo juga menjumpai embun beku itu. “Luar biasa dinginnya sejak tengah malam, pagi harinya menjelang matahari terbit embun-embun beku banyak menempel di dedaunan dan reremputan di Laut Pasir Bromo,” ujar Yono, wisatawan dari Surabaya.
Menyaksikan fenomena langka itu, sejumlah wisatawan “mengabadikan” (memotret) embun beku itu dengan menggunakan HP berkamera. Ternyata tidak hanya di dedaunan dan rerumputan, embun beku juga terhampar di gundukan pasir di kaldera.
Beberapa pengunjung memberikan tip jika ingin menyaksikan embun beku di kawasan Bromo. Selain wisatawan harus mengenakan baju tebal (jaket), mereka baru bisa menyaksikan embun beku pada pukul sekira 04.00-06.00.
“Kalau matahari sudah terbit, apalagi sudah sepenggalah, embun-embun beku mulai cair,” kata Santoso. Dikatakan petani setempat juga enggan menyabit rumput yang ditempeli embun beku karena khawatir ternaknya keracunan.
Sementara itu Kepala Seksi Lautan Pasir TNBTS, Subur Hari Handoyo mengatakan, fenomena embun beku di Bromo dipicu suhu yang menurun drastis. Dibantu embusan angin kencang, membuat embun yang menempel di dedaunan menjadi beku membentuk kristal es.
“Embun beku merupakan fenomena alam tahunan, karena faktor cuaca,” ujarnya. Agar tidak sampai kedinginan (hipotermia), wisatawan diminta untuk mengenakan jaket tebal saat berwisata ke Gunung Bromo. (isa)