Elite Politik Jadi Negarawan, Imbauan Muhammadiyah di Pemilu 2024
Kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia saat ini menjadi kegelisahan banyak pihak. Ketegangan karena perbedaan politik menjelang Pemilu, khususnya Pilpres 2024, begitu dirasakan para tokoh di negeri ini.
Sejumlah kalangan mengingatkan, pesta demokrasi kali ini merupakan kesempatan emas. Mereka terus menyuarakan dan mengingatkan, elite bangsa harus menjadi negarawan-negarawan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, di antara tokoh yang gelisah soal kondisi masyarakat. Ia menegaskan, "Kontestasi di Pemilu 2024 tidak untuk menang-menangan. Melainkan yang menang adalah semua, yang menang adalah Indonesia."
Guru Besar Sosiologi ini mendorong supaya elite yang berkompetisi di Pemilu 2024 mendatang adalah negarawan. Meski belum sempurna, tetapi paling tidak mereka memiliki arah dan memiliki keterpanggilan untuk menjadi negarawan.
Menyuarakan Kepentingan Masyarakat
“Kita harus terus menyuarakan itu, bahwa elite bangsa ini mereka harus menjadi negarawan-negarawan. Tidak sempurna, tapi mereka harus ada panggilan ke situ,” kata Haedar Nashir, dalam keterangan dikutip Ngopibareng.id, Rabu 10 Januari 2024.
Sebagai negarawan, maka yang ada di benak kontestan di Pemilu 2024 adalah tidak sekadar sebagai pertandingan untuk mencari kemenangan semata. Tidak boleh untuk meraih kemenangan Pemilu 2024, segala cara ditempuh.
Sejak digelar pada 1995, Pemilu di Indonesia yang akan dilangsungkan pada 14 Februari 2024 menjadi lebih baik – bukan malah mundur. Pemilu 2024 diharapkan tidak hanya Luber dan Jurdil.
“Tetapi juga bermartabat, terbuka, dan menjaga marwah keindonesiaan, menjaga nilai keindonesiaan. Karena itu kita jangan mengulang (pembelahan politik),” imbuhnya.
Meski Pemilu 2024 diprediksikan tidak menimbulkan pembelahan politik sebagaimana dua pemilu sebelumnya. Akan tetapi, menurut Haedar potensi pembelahan dan benturan tajam secara kualitatif tetap harus diperhatikan.
“Karena masing-masing ingin menghabisi, ingin menegasikan yang lain. Atau saling takut kalau ini menang lalu ada langkah-langkah yang mencederai demokrasi, akan menimbulkan respon secara kualitatif yang sama kerasnya,” kata Haedar.
Haedar khawatir, Pemilu lebih dari pertarungan ideologi, tetapi pertarungan kekerasan yang menimbulkan aksi dan reaksi. Padahal semua pihak, di setiap sendi bangsa ini tidak menginginkan itu.
“Karena itu, ajakan kami yang paling dalam – ayo semua elit yang terlibat di dalam kontestasi, semua kekuatan politik yang terlibat di dalam kontestasi, dan semua kekuatan-kekuatan pendukung para kontestan baik itu di Pilpres maupun di Pileg secara genuin merawat dan menjaga agar Pemilu ini lebih baik dan bermartabat, dan semakin terminimalisasi kecurangan,” ajak Haedar.
Advertisement