Uskup Jakarta Minta dua Kandidat Capres Menahan Diri
Kubu dua Kandidat Presiden dan Wakil Presiden yang akan beratarung di Pilpres 17 April 2019, yakni pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno, harus menghentikan pernyataan saling serang dengan kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh seorang pemimpin. Masyarakat jangan diajari bertengkar dan saling menghujat.
Seruan moral ini disampaikan Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo, yang merangkap sebagai Uskup Agung Jakarta.
Ditemui di Pastoral Keuskupan Agung Jakarta, Selasa 27 Nopember 2018, Mgr Suharyo menyindir kubu Capres Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi yang dianggap telah menghamburkan energi untuk saling olok, dan mencari kesalahan orang lain untuk dijadijadikan bahan menyerang lawan politiknya. Manfaatnya tidak ada selain menimbulkan kegaduhan, kata Uskup Agung.
Menurut Uskup, sudah waktunya kandidat adu gagasan yang akan diperjuangkan untuk kepentingan bangsa dan negara ke depan. Sehinga masyarakat memperoleh gambaran yang gamblang tentang kualitas dari dua kandidat, supaya masyarakat tidak salah pilih.
Mgr Ignatius Suharyo, mengatakan,
KWI merupakan wadah Gereja Katolik di Indonesia, bukan partai politik. Sebab itu KWI tidak boleh ikut berpolitik, dan menggiring umat Katolik untuk memilih calon tertentu. "Kalau itu dilakukan, kami sebagai pimpinan KWI langsung dikartu merah, tidak ada kartu kuning, " kata Mgr Suharyo.
Tapi sebagai negara demokrasi, umat katolik diperbolehkan menjadi politisi atau menjadi calon anggota parlemen melalui partai politik. Yang penting, setelah terpilih harus memenuhi janji yang diucapkan waktu kampanye, pesannya.
Pada Pemilu 2019 yang akan digelar secara bersamaan antara Pilpres dan Pemilu Legislatif, Uskup Agung meminta umat Katolik menggunakan hak pilihnya sesuai dengan hati nurani. Jangan terpengaruh oleh iming iming imbalan yang menyesatkan.(asm)
Advertisement