Elektabilitas Demokrat Merosot, Peneliti: Efek Gaduh Musda Jatim
Jelang pesta demokrasi 2024, nasib Demokrat untuk dapat bersaing meraih kursi legislatif lebih banyak di Jawa Timur cukup berat. Pasalnya, berdasar hasil survei dari Surabaya Survey Center (SSC) menunjukkan elektabilitas partai merosot di angkat 6,8 persen.
Di sisi lain, angka tersebut disamai dengan hasil survey Partai Golkar yang naik menjadi 6,8 persen.
Peneliti SSC, Surokim Abdussalam menyebut, faktor kegaduhan Musda Partai Demokrat yang diikuti mundurnya Bayu Airlangga menjadi faktor yang dominan.
"Jelas punya pengaruh musda, hingga ramai-ramainya kemarin. Mundurnya Mas Bayu juga membuat internal Demokrat ini goyah," kata Surokim.
Perpindahan ke Golkar
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIP) Universitas Trunojoyo Madura itu menyebut, pindahnya Bayu ke Golkar membawa angin segar.
"Karena Mas Bayu juga pindah ke Golkar otomatis jadi bawaannya ikut. Mas Bayu kan ya tokoh dengan di belakangnya ada Pakde Karwo. Gerbong kepindahan kader Demokrat ke Golkar itu juga harus diselesaikan Demokrat kalau gak ingin kehilangan ceruknya," katanya.
Surokim menyebut, merosotnya suara Demokrat harus bisa dimanfaatkan Golkar karena memiliki tokoh yang cukup kuat.
"Masih ada waktu satu tahun enam bulan semua perkembangan masih terjadi. Tapi posisi hari ini Golkar patut menyambut baik karena bisa kompetitif terhadap Demokrat. Ini menarik irisannya sama antara Demokrat dan Golkar," jelasnya.
"Kalau kemudian ini bisa dikelola dengan baik dan di-maintenance baik, potensi Golkar nyalip dan menjauh dari Demokrat sangat besar. Apalagi Demokrat sekarang proses rekonsiliasi di internalnya," sambungnya.
Tidak hanya faktor Bayu, Surokim melihat gaya kepemimpinan Sarmuji di Golkar juga sangat baik dan jauh dari kegaduhan. Hal ini menjadi keuntungan untuk menggaet suara rasional.
"Tinggal penguatan dari Pak Sarmuji, soal progresivitas yang harus dikuatkan. Partai tengah progresnya harus terus terlihat," kata dia..
Untuk Demokrat sendiri, Surokim melihat tugas berat yang diemban oleh Emil Dardak sebagai Ketua DPD Demokrat Jatim. Dengan sisa waktu 1 tahun 6 bulan menjelang Pileg 2024, Emil harus bisa menghilangkan egonya untuk suara Demokrat.
"Ini pertaruhan Mas Emil bagaimana mengkonsolidasikan internal Demokrat, apa bisa mulus atau tidak. Kalau Mas Emil bisa konsolidasi dengan baik, dan merangkul faksi berseberangan, hasilnya akan baik. Dan Mas Emil harus sering turun sebagai ketua partai, tidak hanya wagub saja," bebernya.
"Di sisi lain, partai level tengah berharap konsolidasi Demokrat tidak mulus. Ini catatan untuk Demokrat kalau tidak bisa merawat maka ceruk suara akan diambil partai lain," pungkas Surokim.