Ekspor Ikan, Banyuwangi Bakal Bangun Pabrik Kaleng
Perusahaan pengekspor ikan kaleng di Banyuwangi, Pasific Harvest Group, berencana membangun pabrik kaleng, guna memenuhi kebutuhan ekspor ikan kaleng. Sebab selama ini, kaleng yang sesuai standar kualitas dan mutu ekspor masih diimpor dari luar negeri.
Owner Pacific Harvest, Aminoto, mengatakan, perusahaannya berencana membangun pabrik pembuatan kaleng dengan standar mutu ekspor di Banyuwangi. Pabrik kaleng ini rencananya akan dibangun tahun 2024 nanti. Nilai investasinya Rp80-100 miliar. “Sekarang sudah mulai pembangunan,” jelasnya saat pelepasan ekspor perdana ikan kaleng ke Jerman pekan lalu.
Pabrik kaleng yang akan dibangun ini, menurutnya hanya bisa memenuhi 30 kebutuhan kaleng untuk ekspor produk ikan kaleng perusahaannya. Sisanya tetap harus impor. Selama ini kebutuhan kaleng seluruhnya harus impor untuk memenuhi standar mutu negara tujuan ekspor.
Meski hanya bisa memenuhi 30 persen kebutuhan, namun angka ini sudah bisa menekan ongkos produksi sebesar 5 persen. Dia menyebut, ongkos produksi akan bisa ditekan lagi jika ekspor bisa dilakukan di Pelabuhan Tanjungwangi.
“Mudah-mudahan bisa di Tanjungwangi untuk ekspor. Kalau ekspor di Banyuwangi, ongkos bisa ditekan 5 juta per kontainer. Kalau 100 kontainer kan 500 juta tiap bulan,” ujarnya.
Di konfirmasi terpisah, Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, akan mendukung investor yang akan mengembangkan industrinya dengan membangun pabrik kaleng. Dia menyebut, Pemkab Banyuwangi juga memiliki tugas untuk mendukung tumbuhnya investasi di daerah.
Dia pun berharap, pengembangan industri ikan kaleng ini industri hulu hingga hilirnya bisa diproduksi di Banyuwangi. Mulai dari ikannya hasil tangkapan nelayan Banyuwangi, kalengnya diproduksi di Banyuwangi, pengolahannya di Banyuwangi dengan kualitas ekspor. “Itu bagus, kita dukung,” tegasnya.
Mengenai keinginan pelaku usaha untuk melakukan ekspor dari pelabuhan Tanjungwangi, Ipuk mengatakan Pemkab Banyuwangi juga berharap Pelabuhan tersebut bisa dimaksimalkan untuk ekspor. Ipuk menyebut hal ini akan dikomunikasikan dengan imigrasi dan stake holder yang ada di tingkat pusat.
Saat ini, menurutnya, yang menjadi kendala adalah belum seimbangnya pengiriman barang ke luar negeri dengan yang masuk ke dalam negeri. “Barang yang dari luar masuk ke Banyuwangi masih kecil. Sisi ekonominya yang masih kita bicarakan,” katanya.