Kepala Dishub Pemkot Kediri dan Anak Buah Hobi Berburu Tanjakan
Sejak muda pria ini memang sudah punya hobi olahraga. Kalau tak salah, pria bernamalengkap Ferry Djatmiko ini mulai gandrung olahraga sejak usia 19 tahun. Saat itu dia masih tercatat masih menjadi mahasiswa di Sekolah Tinggi Pendidikan Dalam Negeri (STPDN) yang di sekarang berubah menjadi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Bandung. Dia saat itu hobi lari jarak jauh.
Begitu lulus dari STPDN, hobi olahraga Ferry Djatmiko tak luntur meski sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Lulus dari STPDN Ferry Djatmiko yang ditempatkan di Kediri. Karier semakin menanjak dan bahkan sekarang menjabat sebagai Kepala Dinas Perhubungan Pemerintah Kota Kediri.
Hobi olahraganya yang awalnya hanya lari jarak jauh, kemudian bertambah lagi, yaitu gowes alias bersepeda. Saat menjadi sekretaris di salah satu kecamatan, Ferry Djatmiko bahkan punya komunitas gowes yang ia namakan Poker (Poko, e Keringeten). Itu terjadi sekitar 10 tahun lalu.
"Saya suka gowes sekitar 2010 lalu, jauh sebelum pandemi. Saya waktu itu masih menjabat sebagai sekretaris kecamatan," kenangnya.
Komunitas gowes Poker bahkan agak ekstrem soal memilih rute. Rutenya tak umum untuk penggowes. Karena rutenya yang tak umum itu, komunitas gowes Poker sebelum bersepeda biasanya bermalam di rumah penduduk. Baru keesokan harinya langsung gowes ke rute yang tak umum itu, yaitu hutan. Beberapa daerah yang sudah pernah dijajalnya di antaranya Bangkalan, Sumenep Madura, Cuban Talun Malang, Pantai Kedung Kandang Tulunganggung serta Jombang.
"Pernah juga kita tidur di kantor kecamatan terus paginya ngontel," terang pria yang sering mengikuti kejuraan lomba lari luar kota ini.
Kini, setelah menjabat sebagai Kepala DinasPerhubungan Kota Kediri, hobi gowesnya itu tak luntur. Bahkan menulari ke pegawa di Dinas Perhubungan Pemerintah Kota Kediri. Padahal, sebagai kepala dia tak pernah memaksa anak buahnya untuk ikutan gowes.
"Saya nggak pernah memaksa pegawai untuk gowes, karena ini atas kesadaran sendiri. Semata-mata tujuanya karena kami ingin sehat itu saja. Selain itu kita juga ingin mengeksplore sejumlah lokasi yang menawarkan view tentang alam," kata pria berusia 45 tahun ini.
Karena peminat untuk ikut gowes semakin bertambah di lingkungan Dinas Perhubungan Kota Kediri, lalu muncul ide untuk membentuk komunitas gowes. Mereka kemudian menamakan komunitas dengan nama Gowes Dinas Perhubungan. Namanya sesuai dengan instansi tempat mereka bekerja.
"Karena masih pandemi, kita gowes seputaran Kabupaten Kediri saja sementara," tambahnya.
Komunitas Gowes Dinas Perhubungan ini beda dengan Poker dulu. Rute gowes yang dipilih tak terlalu ekstrem. Paling hanya berburu tanjakan. Biasanya mereka suka memilih rute jalan menanjak di lereng kaki Gunung Willis dan seputaran perbukitan di wilayah Kecamatan Banyakan. Misalnya di Desa Selopanggung, Desa Besuki di Kecamatan Semen dan Desa Parang di Kecamatan Banyakan.
Biasanya, mereka gowes seminggu tiga kali setiap Jumat, Sabtu dan Minggu. Sebelum gowes mereka menentukan titik kumpul. Kumpulnya biasanya sekitar 06.00 WIB baru kemudian lanjut gowes bareng dengan rute tanjakan.
Mereka sengaja memilih rute tanjakan karena ingin menikmati view pemandangan alam. Mungkin bagian dari reward mereka setelah bersusah-payah genjot pedal sepeda. Saat sampai puncak mereka disuguhi dengan pemandangan alam yang indah perbukitan dan air terjun.
Karena rutenya menanjak, apabila ada salah satu anggota gowes yang merasa fisiknya kedodoran tidak kuat, anggota lainya berhenti menunggu.
"Di komunitas kita, nggak ada istilah ingin saling mendahului. Jika ada anggota kita yang tertinggal di belakang merasa tidak kuat, ya kita tunggu. Kita maklumi karena rute jalannya menanjak," pungkas bapak dua anak ini.