Eksotisme Wisata Majapahit, Kampung Madu hingga Waduk Tanjungan
Kabupaten Mojokerto punya banyak tempat wisata. Tiga di antaranya memiliki ciri khas tersendiri. Tiga tempat tersebut di antaranya Kampung Wisata Majapahit di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan; Kampung Madu di Desa Kemlagi, Kecamatan Kemlagi, dan Waduk Tanjungan di Desa Tanjungan, Kecamatan Kemlagi.
Tiga tempat itulah yang menjadi salah satu jujugan acara Pewarta Kabupaten Mojokerto Mblarah Bareng Diskominfo Kabupaten Mojokerto. Acara Pewarta Kabupaten Mojokerto Mblarah Bareng Diskominfo Kabupaten Mojokerto dibagi empat kelompok. Tiga lokasi wisata tersebut dikunjungi oleh kelompok tiga yang diikuti 23 awak media dari hampir 100 media yang terdaftar di Diskominfo Kabupaten Mojokerto.
Kepala Diskominfo Kabupaten Mojokerto Drs Ardi Sepdianto M.Si, mengatakan, program ini selain untuk mengenalkan ke masyarakat mengenai wisata di Kabupaten Mojokerto juga mendukung dan mengembangkan ekonomi kreatif masyarakat. "Kami juga mengembangkan teknologi agar memudahkan promosi dan informasi mengenai wisata dan ekonomi kreatif di Kabupaten Mojokerto," katanya.
Kampung Wisata Majapahit
Di Kampung Wisata Majapahit di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, ada tiga destinasi wisata dengan eksotisme tersendiri. Yakni Kampung Majapahit yang menunjukkan ciri khas Majapahit, Candi Brahu, dan Patung Budha tidur di MahaVihara Trowulan.
Di Kampung Majapahit, pemandangan yang paling menonjol adalah bangunan rumah-rumah kuno bernuansa kerajaan Majapahit. Mulai dari model, bentuk, sampai struktur rumah yang terbuat dari batu bata merah dengan daun pintu dan jendela model kuno.
Nuansa dan suasana Majapahit itu, menurut Kades Bejijong, Kecamatan Trowulan, Pradana Tera Mardiatna S,I kom, penentuan model, bentuk dan struktur rumah Majapahit dilakukan berdasarkan penelitian oleh pemerintah. Begitu juga pembangunan rumah-rumah wisata di kampung wisata Majapahit.
Saat ini pihaknya sudah menggerakkan masyarakat Desa Bejijong mendukung keberadaan rumah wisata tersebut, sekaligus menggerakkan ekonomi kreatif di Desa Bejijong."Ada beberapa kegiatan masyarakat yang mendukung kampung wisata kawasan Majapahit ini. Diantaranya dengan batik khas Majapahit, kerjainan kuningan, juga kuliner khas Desa Bejijong," ujarnya.
Saat ini dia bersama perangkat desa dan masyarakat mengembangkan wisata religi, fashion, kuliner, dan budaya. Empat bidang itu dikemas dalam paket wisata khusus, di antaranya dengan tinggal di homestay rumah Majapahit. "Wisatawan yang tinggal di rumah Majapahit akan bisa menikmati Centhini, cemilan khas manis masa kini. Selain ada batik khas Desa Bejijong, juga ada kuliner telur asin asap, produksi Desa Bejijong," tuturnya.
Ada juga Rumah Wisata Lotus yang menyediakan kamar serta hiburan gamelan, perajin emas. Juga ada perajin kuningan. Di tempat itu juga menyediakan paket wisata untuk menikmati tempat-tempat wisata dan fasilitas di Desa Bejijong.
Ada dua paket wisata yang disediakan, yakni paket dengan nilai Rp 300 ribu dan Rp 450 ribu. Dengan paket wisata itu, pengunjung bisa menginap di rumah wisata, mengunjungi Candi Brahu, bersepeda onthel (sepeda kuno), dan menikmati sajian khas Desa Bejijong.
Wisata Waduk Tanjungan
Sementara itu, di tempat Wisata Waduk Tanjungan, di Desa Tanjungan, Kecamatan Kemlagi, disediakan berbagai spot-spot foto dan berbagai wahana untuk keluarga. "Kami sediakan wahana yang murah meriah, mulai tiket masuk, wahana hiburan keluarga seperti berperahu di waduk, kolam renang untuk anak-anak, memancing, lokasi foto selfie, dan kuliner khas Desa Tanjungan," kata Heri Suyatnoko, pengelola Bumdes Tanjungan.
Tiket masuk Waduk Tanjungan memang hanya dipatok Rp 5 ribu dan pengunjung bisa menikmati pemandangan waduk, berbagai spot-spot foto. "Kalau pengunjungnya bersepeda, karena banyak juga pesepeda yang datang, kami hanya menarik tiket Rp 2500. Kami benar-benar ingin memanjakan pengujung, apalagi kalau yang dating bersama keluarga," sahutnya.
Karena itu, di Waduk Tanjungan juga disediakan kolam renang untuk anak-anak. Juga disediakan kuliner khas desa Tanjungan, di antaranya nasi jagung jamur batu sambal teri.
Dia menyebutkan banyak yang menyukai Nasi Jagung Jamur Batu Sambal Teri Desa Tanjungan. Bahkan ada wisatawan jauh-jauh datang dari Ngawi karena ingin menikmati nasi jagung jamur batu sambal teri.
Heri juga menyebutkan pihaknya juga menjaga harga kuliner di Waduk Tanjungan tidak memberatkan. "Kalau ada warga yang berjualan di sini menaikkan harga, kami langsung beri arahan agar tetap menjaga harga dan kualitas kulinernya," tuturnya.
Pengunjung Waduk Tanjungan juga bisa menikmati keindahan waduk dengan berperahu. Untuk berperahu hanya membayar Rp 10 ribu. Hanya saja, tahun ini, pihaknya sementara menghentikan kegiatan atau spot utuk pemancingan. "Kami ingin menjaga habitat dan keberadaan ikan-ikan di waduk ini, sehingga tahun depan bisa lagi dibuka untuk pemancingan," tambahnya.
Kampung Madu Desa Kemlagi
Di Kampung Madu di Desa Kemlagi, awak media yang ikut kegiatan Mblarah Bareng Diskominfo Kabupaten Mojokerto ditunjukkan tempat penangkaran madu alami di tepi hutan Desa Kemlagi. "Kami sengaja sajikan di sini agar teman-teman semua bisa menikmati situasi alami penangkaran madu asli di desa kami," kata Kades Kemlagi, Kecamatan Kemlagi, Abdul Wahab.
Kades Kemlagi, menjelaskan bahwa penangkaran asli madu ada di hutan. Ada beberapa puluh kotak penangkaran lebah madu yang dipasang di dalam hutan. Ada madu campuran berbagai bunga di hutan, ada madu randu, dan madu lainnya.
"Disini juga ada beberapa rumah yang melakukan penangkaran. Tapi agar suasananya terasa natural, kami ajak teman-teman media menikmati madu di tepi hutan," sahut Kades saat didampingi Kepala Dusun Irwan.
Dijelaskan bahwa proses penangkaran lebah madu tidak gampang, proses belajarnya juga cukup rumit. Karena dari beberapa peternak lebah madu tempat kami belajar, tidak semua peternak lebah madu mau menjelaskan tetang cara-cara berternak lebah madu yang baik.
Karena itu Irwan berusaha keras belajar sampai akhirnya menemukan cara yang baik beternak lebah madu agar produksi madu benar-benar murni. Karea ada juga peternak madu yang mencampur madu dengan gula. "Dari warna memang sulit dibedakan, tapi ada cara tersendiri untuk membedakan madu asli dan madu campuran," tuturnya.
Cara paling sederhana adalah dengan meletakkan madu di sendok lalu memanasi sendok. Kalau madu di sendok mengkristal, bisa dikatakan madunya kurang bagus, ada campuran gulanya. "Tapi kalau madunya bertambah encer, maka itu madu yang bagus kualitasnya, sahut Kades Kemlagi," Abdul Wahab.
Saat ini pihaknya sudah memproduksi madu dalam berbagai kemasan. Di antaranya kemasan botol kecil dan kemasan sachet panjang. Kalau yang botol kecil ini kami jual dengan harga Rp 20 ribu per botol, sedangkan yang di sachet panjang hanya Rp 2500.
Dia menyebutkan bahwa madu dalam kemasan sachet panjang paling disenangi anak-anak selolah. Biasanya guru-guru sekolah yang datang bersama siswa-siswanya membeli dan memesan madu dalam kemasan sachet," paparnya.
Advertisement