Pelukis Wayang Kediri Pantulkan Karakter Kresna Lewat Kaca
Belasan pigura lukisan wayang menempel di tembok rumah milik Imron Agus Triyono, di Dusun Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Lukisan wayang karya seniman berusia 45 tahun tersebut tampak unik. Tokoh wayang yang dilukis di atas kanvas, berpigura dan dilapis kaca, layaknya bingkai foto. Karena lukisannya yang unik, Agus pun banyak dikenal sebagai pelukis wayang kaca.
Lukisan yang dipajang di ruang tamunya, beberapa di antaranya sudah laku dipesan pelanggan dari Jakarta. Jelang bulan Suro seperti saat ini, Imron mengaku banyak menerima orderan dari para pelanggan. Selain dari Kediri, pelangganya juga banyak berasal dari luar daerah seperti Surabaya, Sidoarjo, Malang, Magelang, dan tentu saja Ibukota Jakarta.
Pembeli lukisan wayang kaca buatannya ini kebanyakan berlatarbelakang dari pejabat, pelaku spritual, kasepuan, atau aliran kepercayaan serta orang umum. Tokoh pewayangan seperti Jagad Gumelar, Kresna, Semar, Parikesit, dan Joyoboyo, paling banyak dicari pelanggannya. Tokoh itu dianggap sebagai cermin atau simbol dari jiwa si pembeli itu sendiri.
Media kaca pun memperkuat rasa kesesuaian tokoh wayang yang dilukis dengan cat besi, dengan kepribadian pembeli. Sebab kaca menyimbolkan rasa, sehingga tembus seolah jiwa menyatu dengan lukisan itu.
Untuk mendapatkan rasa itu, pelanggan bahkan rela datang jauh-jauh ke tempatnya, untuk melihat langsung lukisan wayang kaca miliknya. “Kebanyakan mereka ini rela datang ke sini, hanya untuk membeli lukisan," terang Imron Agus Triyono ditemui di rumahnya, Selasa 11 Agustus 2020.
Pelanggan tahu hasil karya lukisan wayang kacanya dari cerita mulut ke mulut. Merasa tertarik, para pembeli ini kemudian singgah ke rumahnya untuk memesan.
Soal harga, lulusan STM ini tak mematok harga tunggal. Mulai harga terendah Rp400 ribu hingga paling mahal Rp7 juta, tergantung tingkat kesulitan atau kerumitan objek wayang yang akan dilukis.
"Tergantung dari kerumitanya. Bukan besar kecilnya tetapi kerumitan dari bentuk wayang itu sendiri. Contohnya lukisan Betoro Guru itu sampai Rp2 juta. Kalau Krisna, Pari Kesit itu harganya sekitar Rp400 ribu. Kalau Bima di lautan ketemu Dewa Ruci itu Rp 2,5 juta," kata dia.
Bahkan, ia juga pernah melukis tentang tokoh pewayangan Arjuna yang sedang bertapa. Dalam pertapaan itu, Arjuna dikelilingi bidadari dan menjadi raja dari semuanya dengan memakai mahkota. Karena tingkat kerumitanya sangat tinggi dan membutuhkan waktu hingga tiga minggu, maka harga lukisan itu dibandrol Rp7 juta.
Sedangkan, untuk lukisan yang dijual dengan nominal harga ratusan ribu, bisa dikerjakan dalam hitungan empat sampai lima hari.
Biasanya dalam rentang waktu satu bulan, sebelum pandemi Covid-19 melanda, ia bisa menjual lukisan wayang kaca kisaran 15 unit. Namun semenjak ada pandemi Covid-19, jumlah permintaan dari konsumen menurun. Tetapi khusus bulan Suro jumlah permintaan kembali naik, meski tidak sebanyak ketika kondisi normal sebelum pandemi.
"Allhamdulilah masih ada pesanan. Kalau Suro pembelinya juga lumayan. Meski tidak sebanyak waktu bebas dulu. Dampaknya sangat terasa Mas," ungkapnya.
Bakar Dupa Sebelum Melukis
Imron Agus Triyono mengaku dirinya butuh ketenangan sebelum melukis tokoh pewayangan. Sebagai prasarana, sebelum melakukan aktivitas melukis, ia selalu sempatkan diri untuk membakar dupa.
"Sebetulnya ritual itu dalam pribadi kita sendiri, tetap sebagai sarana. Di mana seorang pelukis butuh ketenangan, saya ambil dupa, nyalain. Biar merasa tenang saja, dan bisa menuangkan imajinasi sesuai karakter sang wayang itu sendiri. Sambil berdoa di dalam hati," ujarnya.
Ketenangan dan doa yang ia panjatkan merupakan bagian dari wujud syukur atas anugerah Tuhan yang Maha Esa.
Ditambahkan jika bakat melukis wayang yang ia miliki saat ini merupakan hasil gemblengan dari ayahnya yang juga seorang seniman sekaligus budayawan.
"Saya sejak duduk di bangku SMP sudah mulai belajar, melukis, dan memahat. Saya terinspirasi, merasa tertarik setelah melihat hasil karya dari para leluhur pihak keluarga, menggambar wayang kaca, hingga sampai sekarang kualitas buatanya masih bagus," tandasnya.