Eksis Sejak 1926, Soto Podjok Kediri Digandrungi Artis hingga Pejabat
Soto ayam Podjok menjadi salah satu kuliner legenda Kota Kediri yang dikenal luas Masyarakat. Kuliner Soto Podjok sudah ada sejak tahun 1926 dan tetap eksis hingga sampai sekarang.
Dikatakan Rumiani generasi ketiga penerus usaha kuliner Soto Podjok alasan pihak keluarga memberi nama dimaksud dikarenakan posisi depot berada di pojok ujung Jalan Dhoho Kota Kediri.
"Depot ini masuk bangunan cagar budaya. Karena dulu sebelum direnovasi kan bentuknya rumah kayu. Jadi separuh kayu dan separuh tembok," ujarnya membuka cerita.
Rumiani menjelaskan yang membedakan Soto Podjok dengan soto ayam lain terletak pada kualitas rasanya. "Kalau menurut penggemar soto ya memang rasanya beda. Bumbu rempah-rempahnya tidak terlalu menyengat, terus gurihnya juga," terangnya.
Selain itu cara memasaknya pun berbeda. Kuah Soto Podjok ditempatkan pada kuali tradisional bukan menggunakan alat memasak modern (panci).
"Selama ini kita gunakan kuali, soalnya kalau kita nyalakan api 24 jam, rasanya tetap sama nggak asin. Tapi kalau menggunakan panci satu atau dua jam sudah terasa asin," katanya.
"Kita pilih ayam kampung asli untuk lauk pendamping kuahnya. Kalau hari biasa itu kita habis 35 potong ekor. Tapi pada saat weekend bisa sampai 80 potong ekor ayam.
Ada beragam menu varian yang disajikan dan harganya berbeda. Soto Ayam dibanderol Rp 19 ribu, soto ayam pisah Rp 23 ribu, soto ayam ekstra ayam Rp Rp 34 ribu. Selain itu pembeli bisa memasan menu tambahan di antaranya ayam suwir, tahu goreng Soto Podjok, kulit gorengan, ati ampela, urutan dan brutu.
Karena rasanya yang enak, hampir setiap hari Soto Podjok selalu ramai didatangi pengunjung. Pembeli yang datang tidak hanya berasal dari Kediri, melainkan juga luar kota. Bahkan dari kalangan para pejabat mau pun artis yang setiap kali berkunjung ke Kota Kediri selalu menyempatkan diri mampir mencicipi kuliner Soto Podjok.
"Saya sering kesini diajak Kapolres mau pun pengurus PKB sini. Rasanya memang enak, bedanya disini sedap dan gurih sampai habis saya makan," terang mantan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj.