Eks Menkes Siti Fadilah Supari "Welcome Omicron"
Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan, masyarakat sekarang semakin bingung menghadapi pandemi Covid-19. Disebabkan banyak orang yang bukan ahlinya ikut bicara tentang Covid-19.
"Covid-19 dan varian turunnya merupakan virus yang tidak bisa dilihat dengan mata. Penanganannya harus dengan ilmu pengetahuan, tidak bisa disamakan dengan cara menangani pencuri," kata Siti Fadilah, dalam pernyataan tertulis yang diterima Ngopibareng.id, pada Minggu 6 Februari 2022.
Edukasi yang disampaikan pada masyarakat malah menimbulkan rasa takut, bukan bertambah mengerti apa yang harus dilakukan saat menghadapi pandemi Covid-19.
Ia mengambil contoh, orang mau vaksin karena takut terkena sanksi adminstrasi. Tidak bisa mengurus KTP, Paspor dan SIM. Tidak bisa masuk ruang publik, mall dan tempat ibadah.
Anak ditakut takuti tidak boleh masuk sekolah atau mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) kalau tidak mau divaksin. "Ini edukasi dan narasi keliru yang hanya membuat masyarakat takut terkena sanksi, bukan karena paham Covid-19 itu sebenarnya makhluk apa dan bagaimana cara menghadapinya," ujar Siti Fadilah.
Mantan Menteri Kesehatan yang berani menolak keputusan WHO, saat menetapkan Indonesia berstatus pandemi flu burung ini juga melihat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap penanganan Covid-19.
Kejadian ini menurut salah satu Ketua PP Muhammadiyah, bukan salah masyarakat, tapi akibat ulah dari petugas itu sendiri. Ada yang sengaja memanfaatkan Covid-19 untuk proyek dan bisnis.
"Terakhir saya dengar ada kasus 'jebakan karantina' yang diungkap Pak Sandiaga Uno (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Menparekraf). Kejadian-kejadian seperti akan menimbulkan ketidakpercayaan publik. Kalau masyarakat sudah tidak percaya, bisa menjadi masalah baru," ujar Siti Fadilah Supari.
Sebab itu, Siti Fadilah Supari minta pemerintah jangan selalu menyalahkan masyarakat, tapi petugas yang berkaitan dengan penanganan Covid-19 juga harus mawas diri. "Orang dilarang berkerumun tapi dia sendiri malah berbuat yang mengundang kerumunan," katanya.
Respons Terhadap Omicron Berlebihan
Tentang kehadiran Covid-19 varian omicron di Indonesia, Siti Fadilah Supari mengatakan varian tersebut tidak berbahaya, sehingga masyarakat tak perlu takut berlebihan. Semenjak kemunculan omicron, penambahan kasus di Indonesia mengalami peningkatan drastis. Imbasnya, mulai banyak ruang publik yang kembali dibatasi, termasuk sekolah tatap muka yang perlahan ditiadakan.
Siti Fadilah Supari berpendapat, respons masyarakat terhadap varian tersebut sangat berlebihan. Padahal, menurutnya, kemunculan omicron harusnya disambut dengan suka cita. Sebab, itu menandakan Covid-19 makin hari makin melemah.
“Jadi omicron itu malah ditunggu-tunggu, jangan takut sama omicron. Jangan malah karena omicron kemudian harus vaksin dua kali, itu enggak ada hubungannya,” ujar Siti Fadilah Supari.
Perempuan 72 tahun tersebut mengingatkan, apa yang disampaikannya tersebut merupakan hasil kutipan dari pernyataan Bill Gates. Itulah mengapa, kebenarannya tak perlu diragukan.
“Lha wong Bill Gates saja mengatakan begitu. Lalu rujukannya siapa coba?” tegasnya.
Lebih jauh, Siti Fadilah Supari berpendapat, cara masyarakat Indonesia merespons omicron terkesan aneh dan tak biasa. Bahkan, sistem dan aturan yang dijalankan pemerintah menurutnya juga terkesan aneh.
“Indonesia itu memang agak aneh. Masa untuk menunggu omicron harus (vaksin) booster. Kalau belum dua kali vaksin, tidak boleh masuk mal, itu dasarnya apa?” tuturnya.
Siti Fadilah Supari sekali lagi mengingatkan, kehadiran omicron di Indonesia membuktikan bahwa virus corona mulai melemah. Bahkan, menurutnya, virus yang mulanya mematikan tersebut bakal menjelma menjadi flu biasa.
“Kalau omicron datang malah alhamdulillah, welcome omicron, karena justru dengan adanya omicron terjadi imunitas pada komunitas yang luas. Artinya, Covid-19 hanya akan menjadi flu biasa. Ini yang ngomong Bill Gates lho, bukan Siti Fadilah,” kata Siti Fadilah.