Mantan Kajati Jatim Apresiasi Aksi Penangkapan Wisnu Wardhana
Mantan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jawa Timur Maruli Hutagalung, mengapresiasi aksi Kejaksaan Negeri Surabaya yang berhasil menangkap Wisnu Wardhana, terpidana kasus korupsi penjualan aset BUMD Jatim PT PWU yang sedang melarikan diri.
“Rakyat bangga dengan kiprah Kejati Jatim dan tim Kejari Surabaya yang tadi langsung dipimpin Pak Teguh Darmawan (Kajari Surabaya), yang sangat tegas dalam memburu koruptor,” ujar Maruli, Rabu 9 Januari 2019.
Aksi penangkapan Wisnu Wardhana, kata Maruli menyita perhatian publik. Lantaran bak adegan di film action, di mana terjadi kejar-kejaran antara tim intelejen kejaksaan dan Wisnu di wilayah Kenjeran, Surabaya.
Bahkan Wisnu yang lari bersama anaknya menabrakkan mobilnya ke motor milik anghota tim intel kejaksaan. Motor tersebut dilindas oleh mobil Wisnu.
Suasana mencekam karena Wisnu tetap menginjak gas saat motor sudah dalam posisi terlindas. Tim intelejen menggedor kaca mobil Wisnu, hingga akhirnya Wisnu menyerah.
“Aksi penangkapan ini sangat efektif, dan mempunyai pesan bahwa memang koruptor harus benar-benar diburu. Ini sejalan dengan komitmen Presiden Joko Widodo untuk terus menegakkan hukum, mewujudkan Indonesia bebas korupsi,” ujar Maruli yang dikenal sebagai pengusut kasus penjualan aset BUMD Jatim itu pada 2016 lalu.
Dalam kasus ini, Kejaksaan telah menetapkan empat tersangka, yaitu Wisnu yang ketika itu menjadi Ketua Penjualan Aset PT PWU, Dirut PT PWU saat itu Dahlan Iskan, serta Sam Santoso dan Oepoyo (dua pihak swasta selaku pembeli aset BUMD Jatim PT PWU).
Kasus ini bermula dari penjualan dua aset milik BUMD Jatim PT PWU di Kediri dan Tulungagung pada 2003 yang merugikan negara Rp 11,07 miliar.
Wisnu divonis 3 tahun di Pengadilan Tipikor Surabaya. Kemudian Wisnu banding ke Pengadilan Tinggi Jatim yang menurunkan vonisnya menjadi 1 tahun penjara.
Tak puas, Kejaksaan Tinggi Jatim melakukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA) yang kemudian pada Desember 2018 lalu menaikkan vonis Wisnu menjadi 6 tahun penjara. Setelah vonis MA turun itulah, Wisnu melarikan diri hingga tertangkap.
“Dalam kasus Wisnu, kita patut mengapresiasi MA yang telah menaikkan vonis dari jumlah tuntutan awal. Telah lahir Artidjo-Artidjo baru di MA sebagai garda terakhir pemberantasan korupsi,” kata Maruli yang kini menjadi politisi Partai NasDem.
Maruli menambahkan, momen penangkapan Wisnu juga semestinya menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas dan integritas tata kelola BUMD secara lebih profesional.
“Sehingga bisa memberi manfaat bagi rakyat, bukan malah dijadikan lahan korupsi,” pungkas Maruli yang dua kali mengantarkan kejaksaan tinggi yang dipimpinnya sebagai kejaksaan terbaik dalam pemberantasan korupsi. (frd)
Advertisement