Eks Awak KRI Nanggala 402 Sebut Peluang Selamat Kecil
Kapal selam KRI Nanggala 402 masih saja belum berhasil ditemukan meski sudah berjalan 72 jam dari prediksi ketahanan oksigen dalam kondisi darurat terjadinya blackout sejak Rabu 21 April 2021 dini hari.
Berdasar prediksi kapal tersebut hilang kontak karena blackout pada posisi sedang menyelam. Karena kondisi kapal yang mati membuat kemudi selam tidak dapat dikendalikan dan diprediksi sudah berada pada kedalaman 500-700 meter.
Berdasar itu, mantan Kepala Kapal Mesin (KKM) kapal selam KRI Nanggala 402, Laksamana Muda TNI (purn) Frans Wuwung menyebut sangat kecil peluang kapal tersebut dalam kondisi selamat karena kondisi kapal sudah lebih dari batas menyelam.
"Kapal itu ada batas selamnya yang tidak bisa saya sebutkan. Nah, 72 jam oksigen bertahan itu memang benar tapi ketika posisi kapal dalam batas selamnya, kalau lebih sudah sulit," kata Frans saat ditemui di kediamannya Jalan Mulyosari VIII, Surabaya.
Kapal tersebut, kata Frans, memiliki struktur baja khusus yang fleksibel bernama HY90 untuk menahan daya tekan air laut. Namun, baja tersebut hanya dapat bertahan dalam batas selam yang dimiliki.
"Kapal itu di dalam batas selamnya masih mampu menahan air laut, ketika sudah lebih sudah begini (menunjukkan isyarat remuk) di sambungan kapal antara haluan dengan tengah dan tengah dengan buritan," jelasnya.
Makanya, munculnya bahan bakar kapal di permukaan air laut sangat mungkin bukan karena kebocoran tangki namun karena kondisi kapal remuk yang membuat kerusakan pada kapal.
Ia memastikan, kondisi kapal pada saat berangkat berlayar dalam kondisi bagus karena sudah melalui tahapan latihan berjenjang mulai L1-L4.
"L1 sampai L3 itu adalah latihan memeriksa kesiapan teknis, lalu bagaimana anak buah menjaga alat-alat tersebut, dan menjalankan itu semua sesuai tanggung jawab masing-masing. Latihannya gak sembarang, nanti datang komando dari armada yang langsung menguji anak buah," kata Frans.
Apabila tahapan tersebut sudah dilakukan dan dinyatakan lulus oleh penguji, maka baru dilanjutkan dengan latihan L4. Yakni latihan penembakan kepala latihan tanpa bahan peledak dan penembakan kepala perang dengan bahan peledak.
Kalau kapal sudah mendapat izin berlayar untuk penembakan torpedo, artinya sudah lulus L1 sampai L3. Maka peralatan dinyatakan baik dan anak buah mampu mengoperasikan kapal selam tersebut.
"Jadi jangan permasalahkan kapal itu tua, karena tua alat jelek butuh modernisasi. Jangan gitu, itu menyakiti anak buah yang melaksanakan SPT yang berdasar technical hand book (THB). Dan kapal ini ada pemeliharaan berjenjang mulai lima tahun overhaul, 10 tahun overhaul dan seterusnya," pungkasnya.