Ekowisata Banyuwangi, Tunggu Tanggal Mainnya
Banyuwangi, apa yang belum terkenal? Panorama alamnya indah bukan main dan menarik minat wisatawan mancanegara.
Namun satu yang belum tereksplor maksimal, yaitu ekowisata. Masih memerlukan dukungan kebijakan yang dapat mendorong ke arah pengembangan yang Lebih berdaya saing.
Tak tinggal diam, Kementerian Pariwisata mengakomodir stakeholder pariwisata Academician, Business, Community, Government, dan Media (ABCGM) untuk secara bersama merumuskan teknis pengembangan ekowisata di Banyuwangi.
Deputi Bidang Pengemabangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Rizky Handayani mengatakan, eko wisata kini semakin banyak diminati oleh masyarakat karena masyarakat dapat menerima manfaat langsung dari usahanya menjadi pelaku ekonomi pada kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif.
Kiki sapaan akrab Rizky Handayani menambahkan, berbagai usaha peningkatan kualitas kegiatan ekowisata di Indonesia terus dilakukan, yang utamanya adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu pemandu eko wisata itu sendiri sebagai ujung tombak dalam perjalanan wisata.
Narasumber yang dihadirkan juga kompenten dibidang Ekowisata yaitu Ary S Suhandi, Rifky Sungkar , Agus Wiyono dari Yayasan Indecon, dan Wiwien Tribuwani W dari P2 Par ITB.
Kemenpar sendiri memiliki proyeksi target Ekowisata di Indonesia tahun 2019 yaitu sebesar 3.150.000 wisman, 35 % diantaranya dihasilkan dari Geopark yang ada di Indonesia sebanyak 1.102.500 wisman . Lalu Ekowisata di Kawasan Hutan Konservasi sebesar 40%. Ketiga Ekowisata di Kawasan Hutan Non Konservasi sebanyak 25 % atau sebesar 787.500 wisman.
Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam prinsipnya selalu menekankan bahwa pariwisata tidak boleh merusak alam. Konservasi merupakan cara jitu untuk tetap melestarikan alam sekaligus membangun pariwisata, karena pariwisata adalah urusan pelestarian. Ada banyak contoh, konservasi yang membawa rezeki jangka panjang. Justru kalau dirusak, dengan cepat akan menjadi malapetaka yang tidak mudah menyelesaikannya.
Bagi Menteri Arief, konservasi harus memberikan manfaat yang seimbang untuk keberlanjutan lingkungan, sosial budaya, dan nilai ekonomi masyarakat. Konservasi harus memiliki dua makna, cultural value dan financial value.
Konservasi, kata Arief, harus memberikan manfaat yang seimbang untuk keberlanjutan lingkungan, sosial budaya, dan nilai ekonomi masyarakat. Prinsip itu sudah terpatri dalam spirit kerja di Kementerian Pariwisata. "Bukan hanya konservasi di sumber daya alam, tapi juga karya-karya budaya di negeri ini," katanya. (*)
Advertisement