Ekonomi RI Terdampak Covid-19, Ansor Ajak Dukung Petani
Melihat perkembangan wabah Covid-19 yang makin masif, termasuk dampak ekonomi yang ditimbulkan, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor meminta pemerintah untuk mempertimbangkan betul kesiapan bahan pokok, termasuk distribusi logistiknya.
“Mencermati situasi yang mengkhawatirkan ini, saya hanya terpikir yang terpenting adalah
pemerintah perlu memperhatikan daya dukung dan kesiapan sektor pangan. Ketersediaan bahan pokok," ucap Yaqut Cholil Qoumas, Ketua Umum PP GP Ansor, Jumat 20 Maret 2020.
"Nah, apakah benar stok pangan kita cukup mengatasi kemungkinan yang terburuk. Tentu bicara ketersediaan, harus semua daerah. Distribusi logistiknya bagaimana. Tidak cukup hanya bilang aman. Ada garansi benar-benar aman?,” sambungnya.
Pria yang akrab disapa Gus Yaqut ini mengatakan, jika sektor pangan lumpuh di saat masyarakat menghadapi krisis kesehatan, maka situasi bisa memburuk dengan cepat. Pemerintah, lanjut dia, harus benar-benar menyiapkan antisipasi kesiapan stok bahan pangan, termasuk mitigasinya jika produksi pangan ambruk.
“Saat ini saja masyarakat sudah merasakan dampaknya. Beberapa komoditas sudah mulai langka di pasaran, harganya juga terus melambung naik. Harga impor sembako terpengaruh besar karena hampir semua kebutuhan bahan pokok kita impor, terutama dari China,” ungkapnya.
Dalam situasi krisis seperti sekarang, menurut Gus Yaqut, sudah seharusnya negara mengandalkan sumber daya nasional untuk bertahan. Negara harus membeli hasil panen petani terlebih dahulu sebelum memutuskan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Hal ini bukan saja untuk menjamin ketersediaan pangan, tapi juga menguatkan solidaritas dan spirit gotong royong.
“Merebaknya pandemi Covid-19 ini harus dimanfaatkan untuk memaksimalkan produk dalam negeri. Pemerintah harus mendorong penggunaan produk sendiri apa saja. Jangan bergantung dengan impor," tegasnya.
"Ini sebenarnya tergantung pemerintah. Kita punya produk dalam negeri tidak terbilang banyaknya. Tinggal ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya kalau memang dirasa kurang. Kalau soal harga, jika memang situasi saat ini harga naik, selama hasilnya buat petani kita, kan, oke saja. Nggak masalah. Ini untuk memperkuat pangan nasional, memperkuat petani kita,” imbuh Gus Yaqut.
Dia juga mengemukakan, wabah virus Covid-19 memberi pelajaran semestinya pemerintah Indonesia tidak lagi mengandalkan barang impor.
“Tujuannya, supaya petani kita dapat menikmati hasilnya. Selain itu, meningkatkan daya beli rakyat. Pokoknya, batasi impor. Kita yakin Indonesia bisa swadaya, baik beras maupun komoditas lainnya. Lha itu, garam kita surplus, tapi kok nggak bisa terserap itu gimana, malah garam impor luber,” tegasnya.
Gus Yaqut mengingatkan, pertanian merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan dalam Islam, petani merupakan pekerjaan yang amat dihargai.
“Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari pernah mengatakan, petani adalah penyambung kehidupan, pengolah kekayaan negara, dan tanggul ekonomi negeri. Sebuah negeri atau masyarakat yang tak menghargai petani, tentu merupakan negeri yang secara perlahan-lahan tengah mengeroposkan pertahanan ekonominya sendiri.
Makanya, baik Alquran, hadis, maupun kitab-kitab klasik menyebut bagaimana pertanian mendapat perhatian yang sangat penting dalam ajaran Islam,” tuturnya.
Melihat pentingnya petani dan pertanian bagi masyarakat Indonesia, perlu dipikirkan mekanisme kompensasi ekonomi untuk sektor produksi pangan yang ikut terpapar wabah Covid-19.
“Wabah Covid-19 ini memukul perekonomian global. Pemerintah harus memikirkan memberikan insentif bagi petani, baik insentif benih, pupuk, termasuk pembiayan kredit bagi petani,” harapnya.
Advertisement