Ekonom Rizal Ramli: Copot Menteri yang Ikut Jualan Alat PCR
Ekonom Rizal Ramli berharap kepada dua menteri yang diduga turut jualan alat swab PCR sebaiknya mengundurkan diri, atau dicopot dari kabinet. Dua menteri itu adalah Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan serta Menteri BUMN Erick Thohir.
Perbuatan pembantu Presiden itu memalukan dan berpengaruh pada kepercayaan masyarakat terhadap penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan pemerintah. Karena masyarakat bisa saja menilai penanganan Covid ini ditumpangi kepentingan bisnis. Persis dengan sinyalemen anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Ciptaning, yang kala itu mempersoalkan pengadaan vaksin.
Untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap penanganan pandemi Covid-19, Rizal pun berharap dua anggota kabinet itu lebih baik mengundurkan diri, atau dicopot. Pandangan itu disampaikan ekonom Rizal Ramli saat wawancara dengan Ngopibareng.id, Senin 8 November 2021.
"Pak Luhut dan Erick Thohir boleh berargumen apa saja, tapi secara moral sudah tercela. Masak pembuat kebijakan, berbinis yang ada kaitannya dengan kebijakan yang dibuatnya sendiri," kata Rizal.
Ia menyatakan lebih berempati kepada petugas medis yang bekerja mati-matian untuk melindungi masyarakat dari Covid-19.
Rizal mengatakan, kecurigaan masyarakat ada tumpangan bisinis di balik penanganan Covid-19 mulai muncul ketika semua orang yang masuk rumah sakit dicovidkan. Kalau ada yang meninggal dunia, langsung distempel meninggal karena positif Covid-19. Setelah ditelusuri, ternyata pemerintah menyediakan anggaran cukup besar bagi rumah dakit yang merawat pasien postif Covid-19, yakni Rp150 juta untuk biaya perawatan selama 10 hari.
Kemudian terbongkarnya kasus Bupati Jember yang menerima fee sebesar Rp70 juta dari orang yang meninggal karena Covid-19, dengan nominal Rp100.000 per orang. "Sebelumnya ada kasus korupsi bansos Covid-19 yang melibatkan Mensos kala itu, Juliari (Batubara)," kata pria yang sempat duduk di kabinet Jokowi yang kemudian dicopot lantaran sering membuat gaduh kabinet tersebut.
Rizal Ramli menilai ketidakpercayaan masyarakat menjadi sempurna dengan keterlibatan dua orang menteri dalam bisnis PCR. "Meski Luhut dan Tohir membantah tidak mencari untung, bertujuan membantu pemerintah, mengapa tidak ngomong dulu sebelum majalah Tempo membongkarnya?" tanya mantan Menko Ekonomi era Presiden ke 4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu.
Keuntungan Menggiurkan
Anggota Ombudsman RI, Alvin Lie, juga berkomentar bahwa penyedia alat tes swab meraup untung yang sangat tinggi. Alvin Lie memantau meroketnya laba bersih yang didapat salah satu usaha perdagangan besar alat laboratorium, kedokteran, dan farmasi, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), hingga mencapai 840,59 persen.
Menurut Alvin Lie, kenaikan laba bersih perusahaan yang menyediakan alat tes swab ini merupakan bukti bahwa tes swab PCR ataupun Antigen adalah bisnis yang sangat menguntungkan.
"Naaaaah..... Terbukti tes swab (PCR/Antigen) labanya luar biasa menggiurkan," ujar Avien Lie dalam cuitan di akun Twitter pribadinya @alvinlie21.
Melalui juru bicaranya, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan dirinya tak sedikit pun meraup keuntungan pribadi dari bisnis tes PCR yang dijalankan GSI Lab.
Juru Bicara Kemenko Maritim dan Investasi, Jodi Mahardi, menjelaskan justru Toba Bumi Energi adalah inisiatif bantuan sosial. Bantuan tersebut diinisiasi oleh Grup Indika, Adaro, Northstar, dan sejumlah grup lainnya dalam rangka penyediaan fasilitas tes Covid-19 dalam kapasitas besar.
Jodi mengatakan, tidak ada pembagian keuntungan dalam bentuk apa pun, termasuk dalam bentuk dividen. Sebagian besar pendapatan digunakan untuk pengadaan swab gratis bagi masyarakat serta petugas di Wisma Atlet Kemayoran.
Advertisement