Eka Tjipta Widjaja, Konglomerat Terkaya Meski Tamatan SD
"Kalau punya kemauan keras tapi gampang putus asa, itu tidak betul. Harus tekun dan langgeng. Kemauan keras tapi tidak disiplin, itu juga salah dan yang penting adalah kemampuan leadership".
Demikian pesan penting Eka Tjipta Widjaja, Pendiri Sinar Mas Group.
”Saya sungguh menyadari, saya bisa seperti sekarang karena Tuhan Maha Baik. Saya sangat percaya Tuhan, dan selalu ingin menjadi hamba-Nya yang baik”.
“Kecuali itu, hematlah”. Eka menyarankan bila ingin menjadi pengusaha besar maka belajarlah untuk mengendalikan uang. Jangan laba hanya Rp 100, belanjanya Rp 90. “Waaaah, itu cilaka betul,” ujarnya.
Demikian pesan Eka Tjipta Wijaya, berhasil dicatat ngopibareng.id, patut menjadi perhatian kita bersama.
Tokoh kita ini, dilahirkan dari keluarga miskin di Fujian, Republik Rakyat Tiongkok. Pada 1931, bersama ibunya dia melakukan migrasi ke Makassar, Sulawesi Selatan untuk menyusul ayahnya yang terlebih dahulu migrasi.
Eka Tjipta berhasil membangun perusahaannya Sinar Mas Group yang bergerak di berbagai sektor bisnis, mulai properti, perkebunan, industri pengolahan, hingga keuangan.
Besarnya bisnis yang dimiliki membuat Eka Tjipta masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Pada 2011, ia menduduki peringkat ke-3 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes.
Selanjutnya, ia menjadi orang pertama terkaya di Indonesia menurut Majalah Globe Asia edisi Desember 2012 dengan kekayaan US$ 8,7 miliar.
Konglomerat keturunan Tionghoa ini ternyata hanya lulusan SD. Perjalanan hidupnya memang cukup berliku. Karena miskin, ia tak mampu melanjutkan pendidikan, usai lulus SD. Eka justru sibuk berjualan keliling dengan sepeda.
Karena tak punya uang, ia pernah tidur di dek bawah kapal. Pada umur 9 tahun, Eka dan ibunya bermigrasi dari Fujian, Republik China ke Makassar. Ia berlayar selama tujuh hari tujuh malam dan tidur di dek atau lantai kapal bagian paling bawah. Untuk pindah ke Indonesia, mereka berutang ke rentenir sehingga gak punya cukup uang untuk makan enak dan bergizi.
"Kalau punya kemauan keras tapi gampang putus asa, itu tidak betul. Harus tekun dan langgeng. Kemauan keras tapi tidak disiplin, itu juga salah dan yang penting adalah kemampuan leadership".
Bekerja serabutan
Ketika di Makassar, Eka Tjipta Widjaja menyusul ayahnya yang telah tiba lebih dulu dan menjalankan toko kecil di sana. Selama dua tahun berdagang, barulah mereka bisa melunasi utang-utangnya.
Oleh sebab itu, Eka hanya bisa sekolah hingga SD. Usai lulus, ia membantu orangtuanya berjualan barang-barang dari toko ayahnya. Berkeliling secara door-to-door dengan sepeda.
Menjadi pengusaha sejak remaja. Eka Tjipta Widjaja. Pada usia 15 tahun, Eka mencari pemasok kembang gula dan biskuit untuk bekerja sama dengannya. Hanya bermodalkan ijazah SD, tentu saja banyak yang menolaknya.
Tapi, hal ini tiaklah bikin Eka menyerah, sampai ia berhasil mendapatkan pemasok. Akhirnya ia memiliki usaha sendiri yang berhasil memberikan keuntungan yang lumayan hanya dalam waktu dua bulan.
Saat usahanya mulai menjanjikan, ketika Jepang menduduki Indonesia. Pada saat itulah, membuat bisnisnya hancur tak bersisa. Ia pun terpaksa menjadi pengangguran.
Walau begitu, otaknya tidak berhenti mencari jalan keluar. Saat berjalan-jalan di lingkungan dekat rumahnya, ia melihat ratusan tentara Jepang dan tumpukan terigu, semen, dan gula tak terpakai.
Esoknya, ia sudah siap membuka lapak di sana dengan membawa bahan minuman dan enam ekor ayam yang telah dimasak. Gara-gara sepi peminat, ia akhirnya mentraktir bos tentara Jepang di lokasi tersebut.
Strateginya ini berhasil membuat tentara tersebut membiarkan anak buahnya datang ke lapak Eka. Eka juga bahkan mendapat izin mengangkat semua barang terbuang yang kemudian ia jual kembali.
Eka Tjipta Widjaja sosok pekerja keras.Dengan kerja keras memanfaatkan tiap kesempatan. Tak hanya berjualan bahan-bahan seperti terigu, dengan semen yang ia dapatkan ia juga mencoba menjadi kontraktor pembuat kuburan, berjualan kopra – daging buah kelapa yang dikeringkan–, gula, wijen, dan teng teng (makanan Khas Makassar). Lagi-lagi saat usahanya mulai menunjukkan hasil, harga gula jatuh sehingga ia gulung tikar.
Berkali-kali gagal, tak pernah membuatnya menyerah. Eka terus berusaha dan kerja serabutan walau bisnis yang dijalaninya sering jatuh bangun. Pada tahun 50-an, dagangannya dijarah oknum tertentu sampai tak tersisa.
Tiga puluh tahun kemudian, pada 1980 ia membeli 10 ribu hektar lahan perkebunan kelapa sawit di Riau. Ia juga membeli mesin dan pabrik yang memuat 60 ribu ton kelapa sawit.
Bisnisnya berkembang pesat, hanya dalam waktu 1 tahun, ia berhasil membeli hingga 1000 hektar perkebunan dan pabrik teh dengan kapasitas 20 ribu ton teh.
Eka Tjipta pun melebarkan sayap bisnis di segala bidang. Dengan hasil dari bisnis kelapa sawit dan teh, ia membeli Bank Internasional Indonesia (BII) dengan aset mencapai Rp 13 miliar. Di bawah tangan dinginnya, bank tersebut berkembang dari 2 cabang hingga 40 cabang dan aset menjadi Rp 9,2 triliun.
Setelah bank, ia mencoba bisnis kertas dengan membeli PT Indah Kiat. Ia juga membangun ITC Mangga Dua, Green View Apartemen, dan Ambassador di Kuningan.
Selain bisnis, ia juga membangun Eka Tjipta Foundation (ETF) yang berfokus pada pemberdayaan dan pembinaan, ekonomi masyarakat, dan pelestarian lingkungan hidup.
Demikain kisah sukses Eka Tjipta Widjaja yang penuh inspirasi. Seperti ditulis Dahlan Iskan, perjalanan hidup dan keberhasilan Eka Tjipta Widjaja, bukan satu atau dua tahun, tapi butuh belasan hingga puluhan tahun hingga Eka berhasil meraih kesuksesan dan jadi konglomerat.
"Demikian itulah yang menjadi bukti nyata bahwa sukses tidaklah bisa diraih secara instan. Kerja keras, selalu belajar, dan pantang menyerah jadi tiga kunci yang juga penting," tutur Dahlan Iskan, penulis buku perjalanan sukses Eka Tjipta Widjaja.
Kiprah Eka Tjipta Widjaja adalah bukti keterbatasan dan kemiskinan bukan hambatan meraih kesuksesan. Ada yang bilang, sukses dan kaya adalah takdir yang bisa kita ciptakan. Kini, Pendiri Sinar Mas Group ini tutup usia genap berusia 98 tahun, pada Sabtu 26 Januari 2019, pukul 19.43 WIB.
"Jenazah Eka Tjipta disemayamkan di Rumah Duka Gatot Subroto Jakarta," kata Managing Director Sinar Mas Group Gandhi Sulistyanto dalam pesan singkatnya
Kepergian Eka meninggalkan kesan yang mendalam.
“Beliau orang yang sangat tekun dalam bekerja dan baik terhadap semua orang serta rendah hati,” kata Mantan Menteri Perindustrian yang juga Direktur Sinar Mas Group Saleh Husin.
Menurut Saleh Husin, “Pak Eka sangat berhasil dalam mendidik anak-anaknya. Tentu kami sangat kehilangan seorang panutan”.
Berkat tangan dingin Eka, Sinar Mas mampu bertahan hingga kini. Sinar Mas pun ditopang dengan enam pilar yakni energi dan infrastruktur, telekomunikasi, jasa keuangan, properti, agribisnis dan makanan serta pulp dan kertas.
Demikianlah yang telah terjadi pada hidup Eka Tjipta Widjaja ini. (adi)