Efek Stres Selama Pandemi, Nia Ramadhani dan Suami Konsumsi Sabu
Polres Metro Jakarta Pusat menggelar konferensi pers terkait perkembangan kasus narkoba pasangan suami istri, Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie serta sopir mereka berinisial ZN. Kali ini para tersangka dihadirkan dalam konferensi pers di aula Polres Metro Jakarta Pusat, Jakarta, Sabtu 10 Juli 2021 sekitar pukul 16.45 WIB.
Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie terlihat mengenakan baju tahanan warna merah. Selain masker, wajah Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie tertutup topi. Kehadiran pasangan suami istri tersebut menjawab keraguan publik yang menuding polisi mengistimewakan keduanya. Sebab dalam konferensi pers pada Kamis, 8 Juli lalu, Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie tidak dihadirkan polisi.
Padahal, dalam tiap konferensi pers pengungkapan kasus narkoba yang melibatkan artis, para tersangka selalu dihadirkan. Anggapan ada perlakuan istimewa bagi pasangan suami-istri itu pun muncul di publik.
Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Hengki Haryadi membantah adanya perlakuan istimewa tersebut. "Tidak ada keistimewaan, semua sama di mata hukum. Kami tidak pandang bulu dalam menegakkan hukum," katanya.
Sementara itu, berdasarkan pengakuan Nia Ramadhani kepada polisi bahwa dirinya menggunakan narkoba karena tekanan hidup serta pekerjaan. Selain itu, dia juga stres gara-gara pandemi Covid-19.
Simak ulasan berikut agar tahu dan lebih peduli mengenai efek stres dan tekanan yang dapat mengganggu kesehatan. Sehingga kita bisa terhindar dari godaan mengonsumsi barang haram narkoba jenis apa pun.
Definisi Stres
Stres adalah reaksi tubuh yang muncul saat seseorang menghadapi ancaman, tekanan, atau suatu perubahan. Stres juga dapat terjadi karena situasi atau pikiran yang membuat seseorang merasa putus asa, gugup, marah, atau bersemangat.
Situasi tersebut akan memicu respon tubuh, baik secara fisik ataupun mental. Respon tubuh terhadap stres dapat berupa napas dan detak jantung menjadi cepat, otot menjadi kaku, dan tekanan darah meningkat.
Stres sering kali dipicu oleh tekanan batin, seperti masalah dalam keluarga, hubungan sosial, patah hati, cinta tak berbalas, atau masalah keuangan. Selain itu, stres juga bisa dipicu oleh penyakit yang diderita. Memiliki anggota keluarga yang mudah mengalami stres, akan membuat orang tersebut juga lebih mudah mengalami stres.
Setiap orang, termasuk anak-anak, pernah mengalami stres. Kondisi ini tidak selalu membawa efek buruk dan umumnya hanya bersifat sementara. Stres akan berakhir saat kondisi yang menyebabkan tekanan atau frustasi tersebut dilewati.
Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik serta melemahkan daya tahan tubuh. Selain itu, stres juga dapat menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan dan sistem reproduksi. Orang yang mengalami stres secara berkepanjangan biasanya juga akan mengalami gangguan tidur.
Jenis Stres
Tanpa disadari stres memiliki jenis yang biasa dialami oleh sebagian orang, yakni stres akut di mana kondisi stres jangka pendek yang akan hilang dengan cepat, seperti ketika seseorang mengadapi situasi yang berbahaya. Sedangkan stres kronis berlangsung dalam jangka panjang, seperti berminggu-minggu atau berbulan-bulan, diantaranya seperti masalah keuangan, atau stress ketika menghadapi kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis.
Gejala Stres
Gejala yang muncul saat seseorang mengalami stres dapat berbeda-beda, tergantung penyebab dan cara menyikapinya. Gejala atau tanda stres dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain:
- Gejala emosi, misalnya mudah gusar, frustasi, suasana hati yang mudah berubah atau moody, sulit untuk menenangkan pikiran, rendah diri, serta merasa kesepian, tidak berguna, bingung, dan hilang kendali, hingga tampak bingung, menghindari orang lain, dan depresi.
- Gejala fisik, seperti lemas, pusing, migrain, sakit kepala tegang, gangguan pencernaan (mual dan diare atau sembelit), nyeri otot, jantung berdebar, sering batuk pilek, gangguan tidur, hasrat seksual menurun, tubuh gemetar, telinga berdengung, kaki tangan terasa dingin dan berkeringat, atau mulut kering dan sulit menelan. Stres pada wanita juga dapat menimbulkan keluhan atau gangguan menstruasi.
- Gejala kognitif, contohnya sering lupa, sulit memusatkan perhatian, pesimis, memiliki pandangan yang negatif, dan membuat keputusan yang tidak baik.
- Gejala perilaku, misalnya tidak mau makan atau justru makan berlebihan, menghindari tanggung jawab, serta menunjukkan sikap gugup seperti menggigit kuku atau berjalan bolak-balik, merokok, hingga mengonsumsi alkohol secara berlebihan.
Penyebab Stres
Saat seseorang menghadapi kondisi yang memicu stres, tubuh akan bereaksi secara alami, yaitu dengan melepas hormon yang dinamakan kortisol dan adrenalin. Reaksi ini sebenarnya baik untuk membantu seseorang menghadapi situasi yang berbahaya atau mengancam, sehingga bisa keluar dari situasi tersebut.
Ada berbagai situasi atau peristiwa yang dapat memicu terjadinya stres, antara lain:
- Tidak memiliki pekerjaan
- Beban di tempat kerja
- Akan menjalani wawancara pekerjaan
- Tak kunjung hamil ketika sudah cukup lama menikah
- Khawatir tidak mampu merawat anak
- Bertengkar dengan pasangan
- Hubungan yang tidak baik dengan atasan
- Menjadi korban pelecehan
- Akan menikah atau bercerai
- Diusir dari rumah
- Menjalani proses peradilan
- Menderita suatu penyakit yang berat atau sulit disembuhkan.
Gangguan Kesehatan akibat Stres
Keadaan stres yang terjadi sesekali dan hilang setelah faktor pencetusnya teratasi, hal tersebut sebenarnya normal dan wajar terjadi. Akan tetapi, perlu diwasapdai bila gejala stres yang sering muncul terjadi dalam jangka panjang, bila dibiarkan secara terus menerus akan menyebabkan risiko terkena berbagai masalah kesehatan.
1. Sakit kepala dan otot menjadi kaku
Ketika seseorang mengalami stres akan muncul gejala otot-otot tubuh yang menegang dan terasa kaku. Selain itu, stres yang berlebihan juga sering kali bisa menyebabkan keluhan sakit kepala, dan nantinya keluhan tersebut biasanya akan membaik dengan sendirinya, setelah merasa terbebas dari stress yang mengganggu.
2. Rambut rontok
Keadaa stres dapat menghambat pertumbuhan rambut sehingga rambut menjadi rapuh mudah rontok. Normalnya, rambut rontok sekitar 100 helai per hari. Ketika stress rambut yang rontok akan mencapai setengah atau tiga perempat dari keseluruhan rambut. Bahkan rambut bisa mengalami kerontokan ketika disisir atau keramas.
3. Mengalami masalah kulit
Saat seseorang stres, hormon stress yang ada dalam tubuh akan meningkat, dari perubahan hormon tersebut akan menyebabkan kulit cenderung berminyak, sehingga rentan menimbulkan jerawat ketika sedang mengalami stres.
4. Kesulitan tidur
Salah satu gejala stres adalah mengalami kesulitan tidur yang terasa kurang nyenyak, bila seseorang mengalami stress maka dengan seiring berjalannya waktu akan menimbulkan risiko gangguan tidur seperti insomnia, akibatnya akan sering merasa kelelahan, susah berkonsentrasi, hingga berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan.
5. Mengalami gangguan pencernaan
Gejalan stres sering membuat seseorang mengalami perubahan pola makan, seperti menjadi kurang nafsu makan atau justru lebih banyak makan dengan secara berlebihan, hingga memicu masalah pada sistem pencernaan seperti penyakit maag atau bisa juga memengaruhi pergerakan saluran pencernaan yang membuat seseorang sering merasa kembung, sakit perut, hingga sembelit.
6. Gangguan pernapasan
Gejala stres yang dirasakan secara berkepanjangan akan membuat seseorang mengalami penurunan daya tahan tubuh, hal tersebut akan membuat rentan terkena flu serta batuk pilek. Tak hanya itu, seseorang yang mengalami stres bisa menderita asma juga bahkan sesak napas dan batuk bila sering mengalami stres.
7. Penyakit kronis
Bila stres dibiarkan secara berkepanjangan, akan membuat tubuh sering mengalami peradangan, hal itu juga akan menimbulkan risiko terjadinya berbagai penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, dan parahnya akan menyebabkan penyakit kanker.
Diagnosis dan Penanganan Stres
Bila seseorang tidak dapat mengatasi stres dengan baik dan stres menjadi berkepanjangan, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan psikiater. Terlebih bila stres dialami secara berulang hingga menyebabkan gejala fisik.
Melalui sesi konseling, psikiater akan mencari tahu pemicunya, agar dapat ditentukan penanganannya. Bila stres sudah memengaruhi kerja organ dalam, psikiater akan merekomendasikan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium atau rekam jantung.
Setelah mengevaluasi masalah, kondisi mental, dan kondisi fisik pasien, psikiater akan menentukan tindakan penanganan yang sesuai. Fokus dari penanganan stres adalah untuk mengubah cara pandang dan respon penderita terhadap situasi yang menjadi penyebab stres.
Metode penanganan stres mencakup perubahan gaya hidup, teknik relaksasi, serta psikoterapi. Dalam psikoterapi, psikiater akan mencoba untuk menanamkan kepada penderita untuk selalu memiliki pandangan yang positif dalam segala kondisi. Selain itu, psikiater akan meminta pasien membuat tujuan dalam hidupnya, dimulai dari tujuan yang mudah dicapai. Psikoterapi ini akan dilakukan dalam beberapa sesi.
Stres sulit untuk dihindari. Jadi, hal yang terpenting adalah cara mengatasi stres, karena bila stres terjadi berkepanjangan, dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikiater bila Anda merasa mengalami stres yang berkepanjangan.