Efek Blokir Simpanan Rafael Rp37 Miliar
Oleh: Djono E. Oesman
Burung terbang cari makan, tanpa disimpan. Manusia kerja cari uang, uangnya masuk deposit boks. Deposit boks Rafael Alun di bank BUMN diblokir PPATK senilai Rp 37 miliar. Cukup makan sekeluarga, belanja rata-rata Rp 1.016.000 per hari, sampai 100 tahun lagi.
—----------
Tapi, Rafael jelas bukan burung. Ia belum bisa disebut koruptor. Bahkan, ia belum jadi tersangka KPK. Seumpama kelak ia tersangka korupsi, pun harus diadili dulu. Setelah divonis hakim, pun ia masih bisa banding. Setelah vonis banding, pun ia bisa kasasi. Setelah jatuh vonis kasasi, pun ia bisa minta Peninjauan Kembali (PK). Setelah PK ditolak, pun ia bisa minta grasi Presiden RI. Masih sangat jauh.
Tapi, pemblokiran rekening Rafael sekeluarga (terdiri dari 42 rekening) senilai setengah triliun rupiah, plus Rp 37 miliar di deposit boks itu, indikasi Rafael korupsi.
Istilah korupsi, artinya mencuri uang negara. Uang negara, di mana pun di dunia, wajib untuk kesejahteraan rakyat. Ia musuh rakyat. Yang mayoritas miskin dan sangat miskin, sekarang. Entah, rakyat mengerti atau tidak.
Keraguanku berbasis data Badan Pusat Statistik, hasil sensus Indonesia 2020. Bahwa rata-rata lama sekolah populasi kita 8,7 tahun (pria), 8,5 tahun (wanita). Artinya, rata-rata kita putus sekolah di kelas tiga SMP. Belum lulus. Sudah miskin harta, miskin ilmu pula. Hebatnya , masih hidup.
Sebaliknya, korupsi adalah kriminal level dewa. Petinggi KPK pun puyeng menyelidiki dugaan korupsi Rafael. Mereka menyebut, dugaan korupsi Rafael pakai nominee. Bukan rok mini…
Khawatirku, rakyat cuma manggut-manggut, senyum-senyum, iya-iya… padahal nggak iya sama sekali. Gegara rerata lama sekolah itu.
Bukan rakyat nggak niat sekolah. Melainkan nggak kuat bayar. Atau anak disuruh kerja ortu yang sangat miskin. Jadi, miskin harta miskin ilmu, bagai daun kecipir merambat kawat. Berbelit.
Sekarang, KPK dan PPATK sedang gambling abis. Masuk pertaruhan mengerikan. Bagaimana, seandainya mereka tidak bisa membuktikan bahwa Rafael koruptor? Sebab, dasar hukum adalah bukti hukum. Bukan persepsi. Bukan tudingan.
Sementara, harkat hidup Rafael sekeluarga kini terpuruk total. Di titik nadir. Ampun-ampunan. Oleh berita media massa, terutama media sosial, bahwa Rafael dituding sebagai koruptor. Maka sulit membayangkan, jika kelak KPK dan PPATK gagal bukti.
Tulisan ini ditujukan kepada jurnalis, khususnya pemedsos: Jangan buru-buru menuding Rafael koruptor. Jangan-lah... Karena perkaranya belum inkrah. Bahkan belum jadi perkara hukum, di penyidikan tingkat pertama. Tudingan terlalu dini.
Pemblokiran safe deposit box Rafael Alun dikatakan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana kepada pers, Kamis, 9 Maret 2023 malam. “Benar. Kami blokir. Dugaan hasil suap.”
Ivan enggan merinci lebih lanjut. Tapi, saat memeriksa safe deposit box di bank BUMN itu, PPATK didampingi aparat KPK. Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron terjun langsung ke bank untuk ikut penyitaan uang tersebut.
Safe deposit box adalah kotak penyimpanan barang berharga yang disewakan bank. Berada di suatu ruang khusus terlindung. Terbuat dari baja. Tahan api, tahan gempa, tahan bom.
Itulah tabungan paling likuid, atau paling gampang dicairkan dalam nilai tak terhingga, setiap saat. Dibanding penarikan tunai rekening bank, yang terbatas.
Itu tanda Rafael gemar menabung. Sebagai bekas pejabat eselon tiga Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan, tabungannya tergolong banyak. Di saat mayoritas rakyat Indonesia sulit menabung.
Jangankan rakyat Indonesia, rakyat Amerika Serikat (AS) pun sulit menabung.
Tiga psikolog AS, Sandra C. Matz, Robert Farrokhnia, Joe J. Gladstone, dalam karya hasil riset mereka bertajuk: “Leveraging Psychological Fit to Encourage Saving Behavior”, dipublikasi di American Psychologist, 27 Februari 2023, disebutkan:
Dikutip dari data The Bureau of Economic Analysis, US, per Oktober 2022, warga AS menabung rata-rata cuma 2,3 persen dari pendapatan mereka. Itu terendah dalam dua dekade terakhir. Diperkirakan, penyebabnya krisis ekonomi akibat COVID-19.
Riset trio psikolog itu fokus ke: Mengapa rata-rata orang sulit menabung?
Jumlah responden 6.056 orang, peserta tabungan aplikasi nirlaba bernama SaverLife. Peserta dipilih, hanya yang punya tabungan kurang dari 100 USD. Mereka diminta tim periset meningkatkan tabungan menjadi di atas 100 USD dalam sebulan sejak riset dimulai. Itu target responden.
Sebelum riset dimulai, tim periset mewawancarai responden, mengorek kepribadian dan cita-cita mereka. Lalu responden dibagi dalam lima kelompok. Akhirnya, dimulai... Waktu bergerak. Responden menambah nilai tabungan.
Saat riset berlangsung, tim periset mengirim email kepada lima kelompok responden secara berbeda, sesuai kelompok, satu sampai lima:
1) Dikirimi lima email selama sebulan. Isinya, menyemangati mereka menabung. Disebutkan, jika tabungan banyak, maka cita-cita respoden segera tercapai. Fokus ke cita-cita jangka pendek responden.
2) Dikirimi lima email. Isinya, dorongan menabung. Disebutkan, jika tabungan responden bertambah banyak, maka bisa membeli ini dan itu, yang tidak sesuai dengan cita-cita responden.
3) Dikirimi lima email. Isinya, dorongan menabung dengan suntikan harapan bisa membeli sesuatu yang harganya jauh di atas 100 USD.
4) Dikirimi lima email. Isinya klise. Misal: Hemat pangkal kaya. Orang hemat orang hebat.
5) Tidak dikirimi email sama sekali.
Hasilnya begini: Kelompok satu yang sukses (tabungan di atas 100 USD) tingkat sukses 11,4 persen dari jumlah kelompok. Kelompok dua, 7,85 persen. Kelompok tiga, 7,46 persen. Kelompok empat, 7,42 persen. Kelompok lima, 3,4 persen.
Dari semua anggota kelompok, tapi tidak membuka email, tingkat sukses 3 persen dari jumlah responden yang tidak membuka email.
Di situ tim periset menyatakan: Ngeri... Bahwa manusia, meski sudah disuntik motivasi via email, efektivitas suntikan tertinggi cuma 11,4 persen. Mereka yang tidak diberi suntikan dan yang tidak membuka email, malah parah.
Disimpulkan, orang dengan motivasi sesuai cita-cita jangka pendek, lumayan gemar menabung. Orang tanpa motivasi bakal sebaliknya.
Kalau isi safe deposit box Rafael, ditambah nilai rekeningnya yang diblokir PPATK segitu, bisa dikira-kira, bagaimana motivasinya. Pasti, tidak sekadar burung terbang mencari makan. (*)
Advertisement