Mahasiswa ITS Gagas Edukasi Seksual untuk Anak via Game XEGA
Data UNICEF tahun 2016 menunjukkan, 8 dari 10 remaja berusia 18 tahun percaya bahwa anak muda rentan mengalami pelecehan seksual. Berangkat dari permasalahan tersebut, Tim Bramunastya dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan sebuah inovasi berupa 3D modeled game untuk meningkatkan kesadaran anak sekolah dasar (SD) akan pentingnya edukasi seksual.
Inovasi yang digagas oleh Aqilla Suci Fattimatuz Haya, Muhammad Adrian Fadhilah, Rendy Ichsan Hanif, Rizki Amrizal, dan Hammam Dyahurrahman Yusdin ini diberi nama "Sex Education Game (XEGA)".
Kelima mahasiswa Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS ini mengembangkan permainan mereka dengan memanfaatkan Microsoft Kodu Game Lab sebagai basis pengembangannya.
"Kami mengembangkan model tiga demensi (3D) karena dari survey yang kita lakukan, 68 persen dari seluruh responden percaya bahwa game lebih dipilih oleh anak-anak daripada video atau teks," ujar salah satu anggota tim, Aqilla Suci Fattimatuz Haya.
Menariknya, permainan ini gratis dan bisa diakses oleh siapa saja. Untuk memainkannya, hanya diperlukan laptop atau komputer serta Microsoft Kodu Game Lab yang ter-install di dalamnya.
“Di XEGA nanti, cerita dimulai di sebuah kota bernama Majapahit,” tambahnya.
Di awal permainan, pemain akan mendapatkan nama karakter mereka, Kartono atau Kartini, sesuai dengan jenis kelamin mereka.
Agar bisa memenangkan permainan, terang Aqilla, pemain harus menyelesaikan tiga misi utama yang tesedia. Setiap misi disesuaikan dengan jenjang kesulitan mulai dari yang termudah.
“Di misi pertama, pemain akan diminta untuk mengenali diri mereka dan diuji apakah mereka bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan,” ujar mahasiswa angkatan 2018 ini.
Setelah berhasil di misi pertama, pemain harus berpindah ke salah satu lokasi ramai di Kota Majapahit. Di sini, pemain dipertemukan beberapa orang tak dikenal yang berusaha untuk memegang daerah privasi karakter pemain.
Jika hal tersebut terjadi, karakter pemain harus berteriak meminta tolong ke keramaian agar dapat lolos ke misi berikutnya. “Di misi terakhir, pemain diminta untuk menyelesaikan sebuah maze dengan tujuan melarikan diri dari orang jahat,” papar Aqilla menggambarkan misi yang paling susah tersebut.
Sebagai informasi, semenjak Agustus 2020, XEGA sudah mengalami banyak pengembangan hingga yang terakhir adalah pengintegrasian XEGA dengan augmented reality. Hingga akhirnya, XEGA berhasil menyabet medali emas pada ajang kompetisi paper internasional ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2021 yang diadakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) pada 18 – 22 Februari lalu setelah mengalahkan hampir 450 tim dari 20 negara lainnya.
“Saat ini, satu-satunya batasan yang membuat mimpi kami belum menjadi nyata, karena belum semua anak memiliki akses ke teknologi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan XEGA,” tandasnya.
Advertisement