Edukasi Masyarakat, MUI Jatim: Perbanyak Istighfar dan Bertaubat
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, KH Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, mengajak seluruhu umat Islam untuk memperbanyak istighfar dan bertaubat dalam rangka taqarrub pada Allah. Taqarrub pada Allah di saat seperti ini sangat diperlukan sebagai kunci dari menghadapi kejamnya serangan virus Covid-19.
“Dalam menghadapi virus Covid-19 perbanyaklah istighfar dan taubat, serta jangan lupakan ikhtiarnya untuk menekan laju penularan virus,” tutur Kiai Hasan Mutawakkil.
Hal itu diungkapkannya pada pengantar Webinar seri literasi pandemi yang bertajuk “Selamatkan Jiwa dari Covid-19, Gimana Caranya?” digelar melalui kanal YouTube resmi MUI Jawa Timur pada Kamis 8 Juli 2021 malam.
Hal itu dilaksanakan MUI Jawa Timur sebagai wujud dari kepedulian terhadap umat, pada saat peningkatan kasus virus Covid-19 kian hari makin memprihatinkan. MUI mengadakan acara webinar bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang virus Covid-19.
Turut hadir dalam acara ini para pengurus MUI seperti KH Ma’ruf Khozin (Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim), dan Prof Djoko Santoso (Ketua Badan Kesehatan MUI Jatim) sebagai pembicara dalam sesi literasi pandemi kali ini.
Dalam tausiyahnya, Kiai Mutawakkil mengajak para peserta yang hadir di ruang virtual untuk selalu mengambil langkah-langkah tepat, baik ikhtiar jasmani dan rohani.
Taati PPKM Darurat dan Perketat Prokes
Kiai Mutawakkil juga mengimbau agar masyarakat menaati peraturan PPKM yang diterapkan oleh pemerintah. Menurutnya, hal ini juga merupakan salah satu bentuk dari ikhtiar pemerintah dalam menjaga keselamatan bangsanya.
Berdasarkan kebijakan terbaru dari pemerintah, PPKM darurat itu sendiri dilaksanakan pada daerah Jawa dan Bali mulai dari 3 sampai 20 Juli 2021 mendatang. MUI Jatim turut mendukung langkah ini, karena ini adalah upaya dan strategi pemerintah untuk menghentikan laju penyebaran Covid-19.
“Kewajiban negara adalah menjaga keselamatan bangsanya, dalam terminologi Islam hal ini disebut juga adz-dharu riyyatul khamsah,” kata Kiai Hasan.
“Adz-dharu riyyatul khamsah mencakupi hifdzun nafs keselamatan jiwa, hifdzun diin keselamatan agama, hifdzun aqli keselamatan akal, hifdzun nasab keselamatan keturunan, dan hifdzun maal keselamatan ketahanan harta/ekonomi masyarakat,” lanjut Kiai Hasan dalam penjelasannya.
Selain menyampaikan tausiyahnya tersebut, Kiai Hasan juga mengajak seluruh jajaran MUI untuk memberi pemahaman pada masyarakat tentang virus ini. Hal ini dikarenakan tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa virus Covid-19 tidak ada apa-apanya, sehingga menjadi lalai akan tanggung jawabnya dalam mematuhi peraturan atau protokol yang berlaku.
“Jangan sekali-kali meremehkan penyakit karena yang menciptakan penyakit ini adalah Allah. Penyakit ini bisa jadi ini adalah bentuk ujian atau pun musibah bagi kita. Jangan remehkan penyakit, karena secara tidak langsung kita juga meremehkan Penciptanya,” ujar Kiai Hasan Mutawakkil Alallah.
Herd Immunity Harus Capai 80 Persen
Ketua Badan Kesehatan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, Prof Djoko Santoso mengatakan, saat Covid-19 yang sedang melonjak naik masyarakat diingatkan agar tidak hanya dijalankannya Protokol Kesehatan. Namun juga dengan meningkatkan vaksin agar tercapai herd immunity 80 persen.
Menurut Djoko Santoso, jika ada hal yang perlu ditekankan, bahwa covid-19 ini dalam menyerang jiwa itu ada dua hal, yaitu kekurangan oksigen, atau yang disebut hipoxia, dan satu lagi pengentalan darah yang berlebih. Kelahiran Covid-19 di Wuhan ini mengejutkan semua umat di dunia. Bahkan para ahli biologi maupun klinis di seluruh dunia merasa terkejut karena ini aneh.
“Jika demam berdarah mengancam karena penurunan trombosit, tetapi Covid-19 ini terjadi lonjakan yang meningkat. Tetapi oksigennya turun sekali,” ujarnya.
Fakta Indonesia dan India
Prof Djoko menambahkan, jika kasus ini meroketnya lagi di Indonesia baru dua minggu berjalan. Kalau melihat India dua bulan sangat meroket 400.000 kasus. Di Indonesia yang baru 40.000 ini sudah tidak kebagian ventilator dan tempat untuk menolong sahabat dan saudara.
Ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebagaimana yang telah diatur oleh pemerintah. Dan masyarakat harus menguatkan implementasinya. Jadi apa yang terkandung dalam item-item nya dalam regulasi tersebut itu sudah sangat bagus sekali. Namun sejauh mana implementasi itu dapat dilakukan.
Ketika tidak dilakukan kebersamaan yang simultan, maka ledakan 40 ribu kasus itu, tidak menutup kemungkinan nya berlipat-lipat, sehingga hal ini sangat memilukan.
Vaksinasi Massal Diperlukan
Vaksinasi masih di angka 6 persen dan yang baru pertama vaksin itu sekitar 12 persen. Itu masih jauh dari target 80 persen. Kewaspadaan yang sangat tinggi ini perlu disepakati, perlu kita sama-sama kontribusikan dalam satuan waktu yang begitu singkat agar tidak terjadi waktu lonjakan yang meroket tajam sekali.
“Sehingga dengan demikian, topiknya tadi selamatkan jiwa ini sudah sangat pas,” ujar Djoko Santoso.
Dia menambahkan jika selain mengandalkan adanya prokes, ditambah juga dengan mengandalkan adanya keberhasilan vaksinasi untuk mencapai herd immunity 80 persen. Dengan demikian virus yang katanya sembuh sendiri ini akan berdampingan dengan masyarakat.
“Ketika sudah mencapai herd immunity 80 persen maka virus ini tidak sangat menakutkan, akan menjadi seperti flu biasa sebagaimana yang kita alami,” ujar Djoko Santoso.
Advertisement