Edukasi Cara Menyusui, Begini Langkah Unusa Latih Para Kader ASI
Sepuluh mahasiswa prodi D3 Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melakukan Pembinaan Kampung ASI di Kelurahan Wonokromo, Kec. Wonokromo, Surabaya. Mereka mengenalkan bagaimana cara menyusui dengan benar dan sehat.
Dalam kegiatan ini mahasiswa Unusa juga melakukan Pelatihan Kader ASI dan Launching Rumah ASI Dalam rangka pelaksanaan PHBD yang bertajuk "Pelatihan Manajemen Rumah ASI bagi Kelompok Pendukung ASI Kelurahan Wonokromo" dan launching Rumah ASi Kelurahan Wonokromo, Surabaya.
Mereka adalah Diana Lindah Safitri, Ryska Setiari Putri, Cindy Ferawati Niko, Hanna Uswatus Hasanah, Sinta Adik Ayu Mufida, Seif Firinda, Anisa Fitriya, Ratima, Anita, dan Elizza Amelia.
"Program yang kami kembangan di Kelurahan Wonokromo ini telah lolos seleksi Program Holistik Bina Desa (PHBD) 2019 yang diselenggarakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti)," ujar Ketua Tim PHBD Diana Lindah Safitri, pada ngopibareng.id, Senin 5 Agustus 2019.
Diana Lindah menjelaskan, saat melakukan survei ternyata kasus pemberian ASI eksklusif masih rendah. Masih banyak bayi di Kelurahan Wonokromo, Surabaya tidak mendapatkan ASI.
Dari hasil survei yang dilakukan akhirnya diketahui para kader Kampung ASI setempat masih bingung bagaimana mengimplementasikan program pembinaan kepada warga sasaran, yakni ibu menyusui maupun ibu hamil.
Dibantu dua dosen pendamping, yakni dosen prodi D3 Kebidanan FKK Unusa, Uke Maharani Dewi SST MKes dan dosen pembina Hima D3 Kebidanan FKK Unusa, Esty Puji Rahayu SST, MKes. Tim mahasiswa melakukan pendekatan kepada kader dan pendamping untuk menerapkan program kerja lapangan tersebut.
Dosen prodi D3 Kebidanan FKK Unusa, Uke Maharani menjelaskan, ada dua hal pokok yang dikerjakan dalam pembinaan Kampung ASI ini. Pertama, implementasi program Indonesia sehat melalui pemberdayaan masyarakat kelompok pendukung ASI (KP ASI) dan pendekatan keluarga sasaran ASI oleh KP ASI.
"Kedua, pengadaan Rumah ASI di tiap RW sebagai bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM),” ucap dosen prodi D3 Kebidanan FKK Unusa, Uke Maharani Dewi.
Dalam pembinaan pemberian ASI banyak hal yang ternyata belum diketahui para ibu, tentang bagaimana agar ASI bisa keluar cara tepat menenangkan bayi menangis serta bagaimana menyimpan ASI sementara ibu bekerja.
Uke mencontohkan banyak ibu yang beranggapan bayi menangis karena lapar. Untuk menghentikan tangis bayi biasanya mereka memberi makanan tambahan selain ASI. Padahal dalam 6 bulan pertama, bayi cukup dengan asupan ASI saja.
“Mengapa banyak yang tidak mengetahui cara pemberian ASI, karena banyak warga yang enggan pergi ke Puskesmas. Anggapan mereka selama ini Puskesmas adalah tempat orang berobat. Pandangan inilah yang kami ubah. Selain itu kami juga memberi solusi, jika konsultasi tentang ASI tak selalu harus ke Puskesmas namun bisa kepada para kader kesehatan, yang akan kami bina terlebih dulu,” kata Uke.
Kader kesehatan tersebut, lanjut Uke bisa oleh ibu-ibu penggerak PKK atau para kader yang aktif dalam pendampingan warga. Jadi pendampingan diberikan mulai ibu hamil hingga selesai menyusui.
Karena itu, Tim PHBD Unusa mengajak si ibu untuk menabung secara mandiri atau melalui rumah ASI dengan program TABUSI (Tabungan Siap ASI) agar dapat membeli perlengkapan pemberian ASI terutama bagi ibu bekerja.
“Di sinilah kami mengajarkan bagaimana mereka bisa mandiri, dengan mendirikan UKBM. Para ibu bisa konsultasi kesehatan kepada para kader. Dan, sebaliknya para kader bisa mendampingi para ibu agar kesiapan hamil hingga menyusui. Dengan begitu para ibu secara psikis tidak stres dan ASI yang diberikan bayi pun bisa berkualitas dan sehat,” tambahnya.
Sementara, menurut dosen pembina Hima D3 Kebidanan FKK Unusa, Esty Puji Rahayu, Rumah ASI adalah program inovasi untuk Kampung ASI yang belum ada di kelurahan yang lain.
“Setelah mendapat pelatihan manajemen rumah ASI, KP ASI akan dapat melayani keluhan ringan dalam pemberian ASI. Contohnya, bendungan ASI tanpa disertai demam, ASI tidak lancar, posisi menyusui yang salah, edukasi persiapan laktasi, solusi pengadaan peralatan ASI bagi ibu bekerja, lainnya, sedangkan untuk masalah medis Rumah ASI akan merujuknya ke Faskes terdekat," pungkas Esty.
Dengan demikian, lanjut Esty, masalah ringan yang sering menjadi penyebab gagalnya ASI eksklusif dapt teratasi sejak dini melalui pemberdayaan KP ASI.
Advertisement