Earth Hour Surabaya, Punya 5 Aksi Peduli Lingkungan
Gerakan Earth Hour di Indonesia, dikenal sebagai untuk mengajak masyarakat mematikan listrik selama satu jam untuk mengurangi pemanasan global. Tak hanya sebuah gerakan, di Surabaya sendiri ada komunitas Earth Hour yang menaruh perhatian pada gerakan peduli lingkungan.
Dimas Wangsa selaku Koordinator divisi korporasi mengatakan, gerakan ini bermula dari World Wide Fund For Nature (WWF) Sydney, Australia pada 2007.
"WWF Sydney mulai mengkampanyekan hemat energi yang berhubungan dengan pemanasan global," ujar Dimas Wangsa
Dari sinilah gerakan ini menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia pada tahun 2009 dan masuk ke Surabaya pada tahun 2011. Pada waktu itu, lanjut Dimas, WWF Indonesia dan Earth Hour Indonesia datang ke Surabaya untuk melakukan sosialisasi.
"Karena ini akhirnya ada beberapa orang yang berkomitmen dan akhirnya difasilitasi untuk membuat acara Kumbang, yaitu kumpul dan belajar," kata Dimas
Lanjutnya, acara Kumbang pertama dilakukan di STIKOM Surabaya, sekaligus membentuk kepegurusan Earth Hour. Setelah itu Earth Hour Surabaya terus berkembang dan semakin banyak muda-mudi yang menjadi relawannya.
"Saat ini kita ada relawan sebanyak 140, yang dibagi dalam enam divisi, antara lain koorporasi, creative campaign, logistik, multimedia, online serta pengembangan sumber daya manusia," terang Dimas Wangsa.
Dengan banyaknya jumlah relawan ini, kata Dimas Earth Hour Surabaya juga memiliki lima kegiatan rutin yang dilakukan di Surabaya, yaitu pertama, aksi switch off yang dilaksanakan setiap minggu ketiga di bulan Maret.
"Kegiatannya berupa ajakan masyarakat Surabaya, untuk mematikan lampu selama 60 menit Sebagai bentuk penghematan energi."Jelasnya
Kedua, lanjut Dimas Wangsa, yaitu Earth Hour Goes to Scholl. Kegiatan ini berupa kunjungan ke sekolah-sekolah dasar, untuk mengajarkan membuat ecobrick (karya artistik menggunakan limbah plastik). Kegiatan ini rutin dilakukan dua bulan sekali.
Ketiga adalah Mangrove Greenn Concert (Mager). Kegiatan ini berupa menanam mangrove di tepi laut. Bekerja sama dengan Dinas Pertamanan Kota Surabaya. Serta melibatkan komunitas, mahasiswa dan media untuk berkolaborasi.
Yang terakhir ialah aksi Beli yang Baik (BYB). Aksi ini merupakan bentuk keprihatinan Earth Hour Surabaya terhadap kondisi laut yang penuh dengan sampah plastik.
"Ini sekarang sedang kami gencarkan, yaitu berupa kampanye mengajak setiap orang membeli baik dengan cara membeli barang yang eco label, alami serta bisa dibawa kemana-mana," kata Dimas.
Dimas juga menjelaskan, apa itu beli yang baik. BYB memiliki 5 prinsip yang bisa dilakukan, antara lain membeli barang alami yang berasal dari petani maupun nelayan.
"Kedua biasakan menggunakan barang-barang yang bisa dibawa kemana-mana seperti tumbler, tempat makan serta stainles strow. Ketiga jangan membeli barang yang mubazir dan tidak terpakai," ujarnya.
Selanjutnya, kata Dimas belilah produk-produk buatan dalam negeri yang ramah lingkungan. Misalnya Forest Stewardship Council (FSC), Marine Stewardship Council (MSC), Aquaculture Stewardship Council (ASC), dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Dimas Juga berharap dari kelima aksi kecil yang diserukan Earth Hour Surabaya, dapat menyadarkan masyarakat akan keadaan buminya saat ini.
Bagi anda yang ingin bergabung, dan mencari informasi komunitas ini ada dapat mengakses akun intagram @earthhoursurabaya. (pit)