E-Commerce dan Pariwisata Jadi Unggulan 2018
Iklim investasi Indonesia kian bertambah sehat. Dalam waktu tiga tahun peringkat ease of doing bisnis Indonesia melonjak dari 120 menjadi 72. Di 2018, pertumbuhan terbesarnya diprediksi datang dari sektor pariwisata dan E-Commerce.
Iklim investasi Indonesia memang terlihat makin kuat. Makin sehat. Ibarat manusia, kolesterolnya terlihat baik. Kerja jantung sangat oke. Paru-paru normal. Penyakit juga tidak ada. Meski terlihat sehat, semua tetap dipacu untuk running lebih cepat lagi. Semua diarahkan untuk lebih mengangkat rangking investasi.
Rapat terbatas soal ini bahkan sampai dipimpin langsung Presiden Joko Widodo, Jumat (5/1). Muaranya, tahun ini Indonesia bisa lebih menarik bagi investor.
“Saya ingin lebih fokus dan konsentrasi lagi di investasi. Kemudian kedua yaitu ekspor atau perdagangan luar negeri,” ujar Presiden Jokowi.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong juga tak ingin santai. Gerak cepat, menurutnya harus dilakukan. Arahnya mengejar ketertinggalan.
Pertumbuhan investasi di Indonesia, menurutnya, harus terus membaik mengingat negara-negara pesaing juga ikut tumbuh.
Pemetaan potensi pun langsung dilakukan. Semua sektor yang berpeluang menarik investasi di break down satu-satu. Hasilnya? Ada dua sektor yang investasinya dinilai paling berpeluang tumbuh pesat tahun ini. Yang pertama pariwisata. Satunya lagi e-commerce.
Untuk e-commerce, BKPM sudah membuat hitungan. Selama 2017, total investasi e-commerce lebih dari USD 5 miliar. Itu setara separo dari total investasi migas di tahun yang sama. “Nilainya besar sekali. Perkiraan saya tumbuhnya 50-80 persen year on year (yoy),” lanjutnya.
Khusus e-commerce peluang modal masuk dari Tiongkok cukup besar. Setidaknya ada dua pemain utama asal Tiongkok yang hendak masuk, yakni Alibaba dan Tencent. Khusus Tencent, dikabarkan hendak menanamkan modalnya sebesar Rp 16 triliun di salah satu unicorn Indonesia, Go-Jek.
Selebihnya, investor lain yang juga tidak kalah besar berasal dari ventura-ventura yang ada di Silicon Valley, Amerika Serikat. “Kami sedang upayakan agar lebih banyak yang masuk dari Eropa dan Jepang,” tuturnya.
Bahkan, Jepang disebut sebagai Sleeping Giant. Softbank Jepang sudah menjadi investor utama di Grab. Softbank diketahui baru saja menggalang dana investasi terbesar sepanjang sejarah, yakni USD 100 miliar atau sekitar Rp 1.300 triliun.
Pariwisata juga tak kalah seksinya. Pariwisata menjadi unggulan karena mayoritas berada di sektor jasa. Selain itu, pariwisata merupakan komoditas yang paling berkelanjutan dan menyentuh hingga ke level bawah masyarakat.
Setiap tahun, performa pariwisata Indonesia menanjak. Grafiknya sangat kontras bila dibandingkan komoditas lain, seperti minyak, gas, batu bara, serta kelapa sawit terus merosot.
“Hasilnya cepat, dampak lapangan kerjanya cepat, dan pengahasilannya cepat. Devisanya jalan,’’ kata Lembong.
Tidak bisa dipungkiri, dalam kurun waktu tiga tahun pariwisata telah menjelma menjadi kekuatan ekonomi baru. Hal ini tidak lepas dari peran Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya terus mendorong pariwisata Indonesia menjadi lebih cantik dan menarik. From nothing to something. Alhasil, destinasi pariwisata Indonesia menjadi magnet bagi para wisatawan mancanegara.
Melalui branding Wonderful Indonesia, peringkat daya saing pariwisata Indonesia di dunia terus naik. Setelah melompat tajam dari ranking 70 pada 2013 menjadi ranking 50 pada 2015, indeks daya saing Indonesia kkembali melesat naik 8 peringkat ke peringkat 42 pada 2017. Datanya pun kuat. Semua diambil berdasarkan laporan resmi World Economic Forum.
“Target saya, Indonesia akan mampu mencapai rangking 30 dunia. Dan pariwisata akan menjadi penghasil devisa negara terbesar sekaligus menjadi destinasi pariwisata terbaik di tingkat regional serta global,” ungkap Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.
Sektor pariwisata diproyeksikan mampu menyumbang produk domestik bruto sebesar 15%, Rp 280 triliun untuk devisa negara, 20 juta kunjungan wisatwan mancanegara, 275 juta perjalanan wisatawan nusantara dan menyerap 13 juta tenaga kerja pada 2019.
Lebih jauh, sektor pariwisata diyakini mampu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh negeri ini.
"Pariwisata akan mampu memutus rantai kemiskinan, pengangguran, juga kesenjangan dengan cepat dan tepat. Saya optimistis pariwisata menjadi core economy negara ini ke depan," kata Menpar. (*)
Advertisement