Dzikir Kebangsaan, Ulama Bagian Realitas Negara
Jakarta: Langkah Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) bekerjasama dengan pemerintah, menyelenggarakan Dzikir Kebangsaan di Istana Negara, Jakarta, Selasa 1 Agustus 2017. Dzikir Kebangsaan bisa sebagai wadah pengembangan ulama agar bisa melihat agama termasuk bagian dari realitas negara. Dengan begitu, sisi positif agama bisa diterapkan ke Negara.
"Dzikir Kebangsaan suatu langkah yang positif. Pemerintah dan para sesepuh ormas melakukan dzikir dan doa untuk bangsa," ungkap Dadi Darmadi, alumnus Universitas Harvard yang kini menjabat sebagai peneliti utama Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dzikir Kebangsaan yang digelar nanti bertema “Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan Indonesia”. Acara ini merupakan keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diutarakan pada Halaqoh Nasional Alim Ulama di Hotel Borobudur Jakarta, 13 Juli 2017. Majelis Dzikir Hubbul Wathon ditunjuk Presiden untuk menyelenggarakan acara tersebut.
Sekretaris Jenderal MDHW, Hery Haryanto Azumi, mengungkapkan, persiapan acara Dzikir Kebangsaan di Istana Negara sudah hampir 100 persen. Para tamu undangan sudah selesai didata dan undangan mulai didistribusikan. Hery menambahkan bahwa acara Dzikir Kebangsaan akan diikuti sekitar 2000 peserta dari berbagai elemen bangsa.
"Alhamdulillah, persiapan sudah hampir 100 persen. Undangan sudah mulai didistribusikan. Ada sekitar 2000 peserta dari berbagai elemen bangsa. Bahkan mungkin bisa lebih," terang pria kelahiran Trenggalek, 29 April 1977 itu.
MDHW adalah majelis yang didirikan KH Ma’ruf Amin dan diresmikan Presiden Jokowi pada 13-14 Juli 2017 di Hotel Borobudur Jakarta. Presiden Jokowi sebagai Dewan Pembina, KH Ma’ruf Amin sebagai Dewan Penasihat, KH Musthofa Aqil sebagai Ketua Umum dan Hery Haryanto Azumi sebagai Sekretaris Jenderal.
Sementara itu, Dadi Darmadi yang juga dosen sosiologi dan antropologi di UIN Syarif Hidayatullah kembali menjelaskan, dzikir di Istana Negara bisa menjadi wadah bagi pengembangan ulama melihat realitas negara.
"Dzikir Kebangsaan bisa sebagai wadah pengembangan ulama agar bisa melihat agama termasuk bagian dari realitas negara. Dengan begitu, sisi positif agama bisa diterapkan ke negara,” lanjut pria lulusan antropologi sosial dari Harvard University tersebut.
Dalam penjelasannya terkait rencana acara ini, pimpinan Pusat Majelis Taklim Qashrul ‘Arifin Plosokuning Yogyakarta, Gus Ruhullah Taqi (putra dari KH RM Irfa’i Nachrawi, pengasuh Pondok Pesantren Kesepuhan QA Atas Angin), memberikan apresiasi terhadap rencana MDHW ini. Sejumlah kiai dari pelbagai daerah diundang. Seperti dari Banyuwangi, dipimpin KH Masykur Ali.
Menurutnya, melalui forum tersebut bisa tercipta silaturahmi antara ulama dan umaro, sehingga dengan kedekatan itu bisa tercipta kerjasama yang baik demi menjaga NKRI sebagai negara yang aman sentosa di bawah naungan rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
"Kami mengapresiasi acara Dzikir Kebangsaan. Melalui forum itu bisa tercipta silaturahmi antara ulama dan umara, sehingga bisa terjalin kerjasama yang baik demi menjaga NKRI sebagai negeri yang aman sentosa di bawah naungan rahmat Tuhan Yang Maha Esa," kata Gus Ruhullah Taqi. (adi)