Dzikir dan Doa, Ternyata Ini Beda Tipis
Dzikir sebagai salah cara mendekatkan diri kepada Allah. "Apa perbedaan antara dzikir dan berdoa?," tanya Irwansyah, warga Kendangsari, Surabaya pada ngopibareng.id.
"Sesungguh aktivitas mengandung doa adalah dzikir. Ketika seseorang berdoa dengan tulus, dia mengingat dan menyeru Allah, tanpa itu dia tidak dianggap sedang berdoa". Demikian penjelasan Prof M Quraish Shihab, dalam kitabnya Wawasan Al-Quran.
Sebaiknya, ketika seseorang berdzikir, dia akan merasa sangat kecil di hadapan-Nya dan tentu saja membutuhkan bantuan-Nya. Ketika itu, walaupun tidak terucapkan dengan kata-kata, sesungguhnya dia sangat mengharapkan pertolongan Allah dalam bentuk petunjuk maupun bimbang-Nya.
Manusia mempunyai ketergantungan kepada sesuatu yang bersifat adi-manusia, dalam hal ini Allah. Dzikir dan doa, di samping menjadi media yang menghubungkan manusia dengan Allah, juga menjadi bentuk pengakuan manusia akan keberadaan dirinya yang dependent (memiliki ketergantungan).
Dzikir dan doa, dua kata yang sudah kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Wawasan Al-Quran tentang dzikir dan doa, pakar tafsir ini menjelaskan, doa adalah bagian dari dzikir
Prof Quraish Shihab mengatakan, dzikir dapat dipahami dalam pengertian luas dan pengertian sempit. Dalam arti sempit adalah dilakukan dengan lidah saja, dan dalam artian luas adalah tentang kehadiran Allah dimana dan kapan saja serta kesadaran akan kebersamaannya, terhadapa apapun di alam raya ini serta bantuan dan pembelaanNya terhadap hamba-hambanya yang taat.
Sedangkan yang direnungkan dalam dzikir adalah Allah, Hari-hari Allah, Kitab Allah, tokoh-tokoh yang baik dan buruk serta diri manusia.
Prof Quraish menjelaskan dampak dzikir dalam dua hal. Dampak menjalankan dan dampak mengabaikan dzikir. Dalam bahasan mengenai dzikir, Quraish juga menjelaskan mengenai wirid. “Kendati istilah wirid dalam pengertian di atas tidak dikenal pada masa Nabi SAW, namun ini bukan berarti ia tidak memiliki dasar dari tuntunan agama.”
Pengertian di atas tadi tampaknya merujuk pada uraian penjelasan Alwi bin Muhammad bin Sahl al Husaini (w. 1900m), ketika menulis tentang Syarh dan Ratib al-haddah, bahwa yang dinamakan hizb, wirid dan ratib pada hakikatnya adalah kumpulan dari dzikir, doa dan kegiatan yang mengarah pada Allah yang disusun untuk mengingat, merenung dan memohon perlindungan Allah dari aneka keburukan serta meraih aneka kebajikan.
Ia adalah cara “membuka pintu” guna meraih makrifat serta pengetahuan. Itu semua disertai dengan kebulatan hati dan tekad mengarah kepada Allah swt. Doa disebutkan sebagai bagian dari dzikir. Ia adalah permohonan. (adi)