Dunia Tasawuf, Tiga Derajat dan Tingkatan Maqam Ridha
Keberadaan tasawuf tak bisa dipisahkan dari dunia pesantren. Nahdlatul Ulama mengikuti Imam Asyari dan Imam Maturidi dari sisi aqidah, imam empat mazhab dari sisi fiqih, dan Imam Junaid Al-Baghdadi serta Imam Al-Ghazali dari segi tasawuf.
Kenapa para kiai mengangkat nama Imam Junaid Al-Baghdadi? Apakah karena ia bergelar sayyidut thaifah di zamannya, pemimpin kaum sufi yang ucapannya diterima oleh semua kalangan masyarakat?
Junaid bin Muhammad Az-Zujjaj merupakan putra Muhammad, penjual kaca. Ia berasal dari Nahawan, lahir dan tumbuh di Irak. Junaid seorang ahli fikih dan berfatwa berdasarkan mazhab fikih Abu Tsaur, salah seorang sahabat Imam Syafi’i.
Junaid berguru kepada As-Sarri As-Saqthi, pamannya sendiri, Al-Harits Al-Muhasibi, dan Muhammad bin Ali Al-Qashshab. Junaid adalah salah seorang imam besar dan salah seorang imam terkemuka dalam bidang tasawuf. Ia juga memiliki sejumlah karamah luar biasa. Ucapannya diterima banyak kalangan. Ia wafat pada Sabtu, 297 H.
Makamnya terkenal di Baghdad dan diziarahi oleh masyarakat umum dan orang-orang istimewa.
Syekh Junaid Al-Baghdadi berkata:
ليس الرضا و المحبة كالخوف و الرجا فانما حالان لا يفارقان العبد فى النيا و الاخرة لانه في الجنة لا يستغني عن الرضا و المحبة.
Ridha dan mahabbah tidak seperti khauf dan raja’, karena keduanya tidak berpisah dengan hamba di dunia dan di akhirat, sebab di surga bukan tidak butuh dari ridha dan mahabbah.
Pada sisi lain, ulama dunia memberikan penjelasan soal ridha. Sementara itu, Imam Khomeni dalam pandangannya terhadap maqam ridho seperti maqam-maqam lainnya mempunyai derajat-derajat dan tingkatan-tingkatan:
1. Ridha kepada Rububiyah Tuhan
Salik dalam maqam ini menempatkan dirinya di bawah kepengaturan Hak Swt, dan dari aspek ini ia ridho dan senang. Dengan itu, syetan tidak punya kemampuan untuk menguasainya. Hanya salik yang demikian ini yang di bawah tarbiyah Tuhan akan selalu mengalami kerelaan dan kesenangan kepada Tuhan. Karena itu seluruh perintah-perintahNya diterimanya dengan kerelaan dan kesenangan.
2. Ridha kepada qadha dan qadar Tuhan
Yakni salik mendapatkan jalan ke maqam ridho yang mana ia rela dan senang terhadap apa saja yang datang dari Hak Swt, apakah perkara itu menyenangkan atau tidak menyenangkan. Bencana dan sakit serta apa yang berlawanan dengan ini, baginya adalah sama. Sebab semua itu merupakan pemberian sang kekasih dan ia rela serta senang atasnya. Ia berkeyakinan bisa saja kesempurnaan menusia justru diperolehnya lewat kemiskinan, menanggung bencana-bencana serta kesulitan-kesulitan.
3. Ridha dengan ridha Allah
Imam Khomeni melihat maqam mahabbah dan jazabah sebagai awal dan permulaan derajat ini. Salik pada kedudukan ini tidak memiliki kerelaan kepada dirinya, akan tetapi kerelaan dan kesenangannya mengikuti keridhoan Hak Swt. Oleh karena itu, maqam mahabbah dan maqam ridha mendapatkan keselarasan dan atas inilah dikatakan:
كل ما يفعل المحبوب محبوب
Apa saja yang dilakukan sang kekasih adalah disukai.
Yakni perbuatan dan hukum apa saja dari sang kekasih maka akan dibelinya dengan jiwa serta diterima dan dikerjakannya dengan suka cita.
Perlu diketahui bahwa urafa memandang maqam ridho adalah maqam daimi bagi salik. Yakni suatu maqam yang tidak terpisah dari salik di dunia dan di akhirat. Sementara sebagian maqam ada yang terkhususkan di dunia dan ada yang di akhirat.
Misalnya maqam khauf dan raja’ adalah maqam bagi salik yang terkhususkan di dunia. Sementara maqam ridho adalah maqam yang berkelanjutan hingga di akhirat.
Demikian catatan Ruhullah Makkawaru pada Estetika Spiritualitas.