Dunia Kehilangan Orang-orang Saleh, Pandangan dari Pesantren
KH Husein Muhammad, penulis buku-buku fikih perempuan dan sejarah intelektual Muslim, cukup memberikan renungan indah.
Dihiasi khazanah sastra yang dibacanya, teks yang hadir selalu memberikan ciri khas. Berikut di antara catatan Kiai Husein Muhammad yang perlu disimak (Redaksi):
Aku menulis buku : 'Ulama dan Intelektual yang Memilih Menjomblo". Salah satu diantaranya adalah Abu al Ala al Ma'arri (973 M-1057 M) .
Al-Ma’arri dikenal sebagai seorang Intelektual, penyair besar yang buta dan seorang pemikir bebas (liberal) sekaligus berpandangan "skeptis", "Pesimis".
Salah satu puisinya mendendangkan skeptisisme nya dalam menghadapinya kehidupan :
تأملنا الزمان فما وجدنا الى طيب الحياة به سبيلا
ذر الدنيا إذا لم تحظ منها وكن فيها كثيرا او قليلا
Aku telah merenungkan kehidupan
Aku tak menemukan jalan kehidupan yang menyenangkan
Ayo tinggalkan dunia ini, jika kau tak bahagia
Terimalah ia sedikit atau banyak
Pikiran-pikirannya kritikal dan sangat tajam. Ia mengutamakan akal sebagai sumber dari kebenaran dan wahyu. Ia acap mengkritik tajam doktrin-doktrin keagamaan formalistic dan tekstual konservatif yang sering tidak masuk akal dan dinilai membodohi rakyat. Rakyat awam dininabobokan dengan janji-janji sorga dan ditakut-takuti siksa neraka.
Bukan hanya pemimpin agama. Ia juga mengkritik para pemimpin negara. Menurutnya pemerintahan di berbagai Negara dipimpin oleh otak-otak penuh hasrat duniawi. Negara dan bangsa kehilangan pemimpin keagamaan yang saleh dan jujur.
Ini semua ia tulis dalam syair-syair yang ditulisnya dalam bukunya “Ilzam Ma La Yulzam” atau lebih dikenal dengan “Luzumiyyat al-Ma’arri”.
Di antara syair/puisinya yang menarik adalah :
يكفيك حزناً ذهاب الصالحين معــاً
ونحـنُ بعدهم في الأرض قطّان
ساس الأنـــــــام شياطين مسلطــــةٌ
فــي كلّ مصرٍ من الوالين شيطان
يَسوسونَ الأمورَ بغَيرِ عَقلٍ
فينفُذُ أمرُهم، ويقالُ: ساسَهْ
Duuuh,
Kita kini kehilangan orang-orang saleh
Kita hidup bagai kapas terbang di atas tanah
Rakyat di seluruh penjuru negara
Dipimpin oleh kaum emosional
Mereka mengatur tanpa akal budi
Mereka memaksakan kebijakan publik
Konon begitulah cara mengatur.
Betapa indahnya kata-kata Socrates ini :
قال سقراط علامة السلطان الذی يدوم ملكه ان يكون الدين والعقل حيين فی قلبه ليكون فی قلوب الرعية محبوبا.
Socrares : "tanda penguasa/pemimpin yang akan bertahan lama adalah manakala moralitas luhur/akhlaq dan akalbudi selalu dijaga dengan konsisten dan berkembang dinamis, sehingga rakyat mencintainya."(Socrates).
AKU RINDU
Entah sudah berapa lama di rumah aku hanya berdua dengan isteri. 3 anakku sudah bersama pasangan dan buah hati mereka masing-masing. Dua anakku yang lain masih di luar negeri, mencari bekal bagi masa depannya sendiri-sendiri.
Aku selalu merindukan mereka dan ingin kembali bersama seperti dahulu kala. Tapi aku sadar itu amat sulit.
Nah, dalam keadaan seperti ini, aku ingat aku pernah menulis ini :
“Setiap diri akan pergi dari rumahnya untuk mencari dirinya sendiri. Orang tua hanyalah tempat berlabuh. Rumah hanyalah tempat singgah sementara. Anak adalah amanah, titipan atau kepercayaan Tuhan kepada orang tua agar dirawat dan disayangi sampai mereka bisa berdiri sendiri dan mencari jati dirinya masing-masing”.
Pada akhirnya aku hanya bisa berdo'a semoga mereka sehat, sukses, damai, bahagia dan diberkahi Allah.
KANGEN ADIK-ADIK
Kemarin-kemarin, aku bertemu dengan orang-orang yang aku rindukan berhari-hari. Mereka adalah adik-adik kandung, bersama anak-anak mereka masing-masing. Di antara mereka ada yang sudah punya cucu. Jumlahnya berbeda-beda. Pertemuan itu mengingatkan pada masa-masa kecil dan remaja saat masih bersama di dalam satu rumah di bawah pelukan kasih ayah dan ibu, dengan seluruh nuansanya yang penuh ceria, bermain bersama atau tangis bersama dan cemburu.
Pertemuan itu indah sekali, penuh derai tawa ria, cengkerama dan canda yang manis, kemesraan yang merekahkan bunga dan tetes air mata bening yang membahagiakan. Rindu yang panjang telah terlunasi. Tubuh-tubuh yang berserakan, yang terpisah-pisah dan yang berjauhan itu telah menyatu kembali bagai dahulu kala, saat masih disatukan dalam sebuah rumah ibu yang bersahaja. Rumah yang kini hanya menjadi kenangan yang indah.
Aku kangen mereka. Semoga semuanya sehat, bahagia, bermanfaat dan dilimpahi berkah .
HM
Advertisement