Dunia Kaum Santri, Pahami Hadis dan Fikih sebelum Belajar Tasawuf
Tentang Orang-orang yang Mengaku NU
Bukan hanya kalangan santri yang mengaku NU. Yang nyeleneh pemikirannya, yang salah tingkahnya, yang nyari sensasi kerjanya, banyak dari mereka juga mengidentifikasi dirinya sebagai warga NU.
Tapi yang mana yang layak menisbatkan dirinya pada NU? Tentu tidak semua. NU punya garis perjuangan yang jelas, yaitu:
Pertama: Dalam bidang akidah mengikuti Imam Abul Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi
Kedua: Dalam bidang fikih mengikuti Imam empat: Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah, Hanbaliyah.
Ketiga: Dalam bidang tasawuf mengikuti Imam Junaid al-Baghdadi dan Imam Ghazali.
Jadi, kalau tidak sesuai dengan garis perjuangan tersebut maka itu dari pribadi masing-masing, bukan dari aktivitasnya di NU apalagi disebut sebagai ajaran NU. Semua orang bisa mengaku tapi tidak semua dapat diakui.
وَكُلُّ يَدَّعِي وصْلاً بِلَيْلَى * وَلَيْلَى لَا تُقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَا
"Semua orang mengaku punya hubungan dengan Laila, tapi Laila tidak mengakui punya hubungan dengan mereka"
Obrolan saya dan kawan saya, Gus Najih Ibn Abdil Hameed, tentang siapa NU dan siapa yang bukan NU.
Saya sebelumnya menulis bahwa garis perjuangan NU adalah Asy'ari-Maturidi dalam akidah, empat mazhab dalam fikih dan mengikuti pola tasawuf Imam Junaid dan Ghazali.
Kalau ada yang mengaku NU tapi tidak begitu garis perjuangannya, maka mereka bertindak atas nama mereka sendiri secara personal dan tidak ada hubungannya dengan NU.
Lalu Gus Najih komen sebagaimana di SS berikut. Lalu saya jawab seperti di SS pula. Kenapa ini saya angkat, sebab ini tema yang selalu berulang ditanyakan dan dipertanyakan.
"Tenang Gus Najih, gak ada yang bahaya kok."
Topik Penting
Saya sering sekali menulis tentang tema kesesatan mujassimah dalam tujuh tahun terakhir. Banyak mujassim zaman ini yang tersinggung sebab mereka tidak merasa sebagai mujassim.
Dikiranya kalau sekadar memaknai nash Al-Qur’an dan hadis dengan makna bahwa Allah punya badan yang terdiri dari organ-organ bukanlah mujassim selama meyakininya berbeda dengan makhluk. Padahal itulah yang dimaksud mujassim yang disepakati sesat oleh para ulama salaf, bahkan sampai banyak yang mengafirkan mereka, meskipun pengafiran ini adalah pendapat yang sangat lemah.
Namun, di samping kemarahan dan gengsi mereka untuk mengaku salah, saya melihat perubahan yang signifikan pada banyak pembaca akun ini. Awalnya banyak yang terang-terangan mengakui bahwa Allah punya organ fisik, punya ukuran fisik, punya volume, menempati ruang dan seterusnya yang tajsim sharih (ajaran mujassim terang-terangan), sekarang sudah tidak mau lagi mengatakan itu.
Sekarang banyak yang sudah mencari aman dengan hanya membaca teks ayat dan hadis tanpa menyimpulkan melebihi itu dan menghindari perkataan tajsim lagi. Diakui atau tidak, artinya mereka merasa kalau sebelumnya salah.
Meskipun selalu muncul pembaca baru yang masih terperangkap dalam kubangan tajsim yang menjijikkan, saya bersyukur sudah ada orang sebelumnya yang sadar. Andai ada satu dua orang saja yang bisa berubah menjadi lurus berkat kita, maka itu sudah bagus dan insyaallah besar pahalanya.
"Gak usah ngomong agama ndakik-ndakik kalau shalat subuhnya masih suka telat," kritik seseorang.
Meski bicara tentang konsep/teori tidak terkait langsung dengan ibadah privat, tapi itu pertanda orangnya salah prioritas; sama dengan orang yang memperdebatkan tentang bagaimana model topi dan kacamata yang bagus di saat celananya sedang sobek-sobek.
Ketika seseorang memberi nasihat begini pada orang lain: "Janganlah engkau merasa lebih baik dari orang lain", maka biasanya dia sedang merasa lebih baik dari orang yang dinasihati itu.
Belajar Hadis dan Fikih dulu baru boleh Belajar Tasawuf
من حصل الحديث والعلم ثم تصوف أفلح ومن تصوف قبل العلم خاطر بنفسه
"Siapa yang menguasai hadis dan ilmu fikih kemudian baru belajar tasawuf, maka dia beruntung. Siapa yang bertasawuf sebelum belajar ilmu fikih, maka dia mengkhawatirkan" (Imam al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin)
Akhirnya:
Ada dua orang yang sering tidak punya patokan standar dalam bertindak tapi bisa punya pengikut fanatik, yakni: Orang yang ngaku makrifat dan seniman. Kalau dikritik, keduanya biasanya bilang bahwa yang mengkritik belum sampai ke levelnya.
Demikian wallahu a'lam. Semoga bermanfaat. Amiin.
*) Diangkat dari catatan-catatan Abdul Wahab Ahmad, dosen Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UINKHAS) Jember.